5 Serangan Drone Tempur di Dunia Sebelum Tewaskan Qasem Soleimani

Tak hanya Qasem Soleimani, berikut adalah 6 insiden serangan drone yang menargetkan pemimpin dunia.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 06 Jan 2020, 13:04 WIB
Pengawal melindungi Presiden Venezuela Nicolas Maduro dengan perisai antipeluru saat serangan drone di Caracas, Venezuela, Sabtu (4/8). Serangan terjadi saat Presiden Maduro berpidato dalam HUT ke-81 Tentara Venezuela. (Xinhua via AP)

Liputan6.com, Jakarta - Tewasnya Jenderal Militer Qasem Soleimani pada Jumat 3 Januari 2020 membuat geger dunia. Hal tersebut terjadi karena Soleimani merupakan orang paling penting nomor dua di Iran setelah presiden. Bahkan, ia digadang-gadang sebagai sosok penerus mantan Presiden Ayatollah Ali Khemenei.

Qasem Soleimani tewas akibat ulah AS yang melakukan serangan drone ketika ia berada di bandara Irak. 

Rupanya, metode penyerangan menggunakan drone yang menargetkan tokoh pemimpin dunia ini bukanlah yang pertama. 

Berikut adalah 6 kasus serangan drone yang kebanyakan menargetkan para tokoh pemimpin dunia:

Saksikan video pilihan di bawah ini:


1. Presiden Venezuela Nicolas Maduro

Seorang pejabat militer terluka di kepala setelah insiden serangan drone berbahan peledak terhadap Presiden Venezuela Nicolas Maduro di Caracas, Venezuela, Sabtu (4/8). (Xinhua via AP)

Sebuah drone dilaporkan meledak di tengah pidato Presiden Venezuela Nicolas Maduro di ibu kota Caracas. Tidak ada satupun korban tewas, kecuali tujuh orang tentara yang terluka.

Menteri Komunikasi Jorge Rodriguez mengatakan insiden tersebut merupakan upaya serangan berbahaya bagi keselamatan hidup presiden.

Presiden Maduro terlihat berbicara di sebuah upacara militer, ketika dia dan pejabat lainnya tiba-tiba melihat ke atas dan terkejut oleh serangan drone yang mendadak. Sistem audio pun sempat terputus oleh kepanikan tersebut.

Puluhan tentara Venezuela terlihat berusaha melindungi presiden dan audiens yang panik menyelamatkan diri, sesaat sebelum agenda yang disiarkan secara langsung itu dihentikan sepihak.

Dalam cuplikan rekaman televisi, sempat terdengar beberapa kali suara tembakan keras dari udara, di tengah teriakan panik para hadirin.

Menteri Rodriguez mengatakan serangan itu terjadi ketika Presiden Maduro menyampaikan pidato dalam rangka ulang tahun ke-81 tentara Venezuela.

Baca Selengkapnya...


2. Kilang Minyak Aramco di Arab Saudi

Ilustrasi fasilitas minyak Aramco Arab Saudi (Creative Commons / Pixabay)

Walaupun tidak secara langsung menargetkan seseorang, serangan drone yang menyerang kilang minyak Aramco di Arab Saudi juga sempat menghebohkan publik. Pasalnya, imbas dari kejadian tersebut, harga bahan bakar hingga nilai tukar mata uang asing pun ikut terdampak. 

Dua kilang minyak utama diserang oleh drone atau pesawat tanpa awak yang membawa bom pada September 2019 lalu. Kelompok pemberontak Houthi dari Yaman mengaku bertanggung jawab atas serangan itu.

Walaupun juru bicara Kementerian Dalam Negeri Arab saudi Mansour al-Turki menjelaskan bahwa tidak ada korban jiwa dalam serangan drone tersebut, Aramco jelas akan merugi dalam jumlah besar.

Saudi Aramco merupakan perusahaan minyak dan gas (migas) terbesar di dunia yang dimiliki oleh pemerintah Arab Saudi.

Ini merupakan pukulan yang cukup besar bagi perusahaan tersebut. Alasannya, Saudi Aramco berencana untuk melakukan initial public offering (IPO) atau menawarkan saham perdana dalam waktu dekat ini. Dengan lumpuhnya dua kilang ini berakibat aset perusahaan harus dihitung ulang.

Selengkapnya di sini...


3. Wakil Ketua Taliban Pakistan

Pasukan Taliban (AP)

Pakistan mengumumkan bahwa militan seniornya, Khalid Mehsud, tewas dalam serangan drone AS pada Kamis, 8 Februari 2018. Melalui sebuah pernyataan, Mehsud dikabarkan tewas di Waziristan Utara, dekat perbatasan Afghanistan.

Mehsud merupakan wakil ketua Tehrik-e Taliban Pakistan (TTP), yang merupakan faksi Taliban Pakistan.

Selama ini TTP diduga menjadi dalang atas puluhan bom bunuh diri dan serangan lainnya di Pakistan.

Pada Desember 2017, militan TTP menyerbu sebuah perguruan tinggi di Peshawar, Pakistan. Sedikitnya sembilan orang tewas dan 36 lainnya luka-luka dalam peristiwa itu.

Kematian Mehsud dinilai akan makin melemahkan Taliban Pakistan. Kelompok militan itu pun terpaksa mengurangi aktivitasnya, karena serangan militer Pakistan yang relatif berhasil dalam beberapa waktu terakhir.

Pejabat Pakistan mengklaim bahwa banyak militan TTP dipaksa berlindung di Afghanistan atas hal tersebut.

Mehsud yang memiliki nama alias Khan Said Sajna merupakan pemimpin militan terpenting yang tewas. Sebelumnya, pada Agustus 2016, pemimpin ISIS di Afghanistan dan Pakistan Hafiz Saeed Khan juga tewas dalam sebuah serangan.

Mehsud tak hanya membuat TTP melancarkan serangannya ke militer di Waziristan Selatan, tapi juga di sejumlah wilayah Pakistan lain.

Ia dideskripsikan sebagai penerus dua pemimpin TTP, yakni Baitullah Mehsud dan Hakimullah Mehsud.

Pengaruhnya dapat dilihat dari bagaimana ia mengalahkan Mullah Fazlullah, yang merupakan pemimpin resmi ketiga TTP setelah Hakimullah tewas dalam serangan drone pada 2014.


4. Pemimpin Kelompok Militan Pakistan

Pemimpin kelompok militan Pakistan Jamaat-ul-Ahrar, Omar Khalid Khorasani (tengah). (Screenshot from Umar Media)

Pemimpin kelompok militan Pakistan Jamaatul-Ahrar, Omar Khalid Khorasani, tewas di Afghanistan. Menurut juru bicara kelompok tersebut, Asa Mansoor, Khorasani tewas oleh serangan drone yang diduga milik Amerika Serikat.

Ia menambahkan, sembilan militan lainnya turut tewas dalam serangan tersebut.

"Pemimpin Jamaat-ul-Ahrar Omar Khalis Khorasani yang terluka parah akibat serangan drone AS baru-baru ini di Provinsi Pakita, Afghanistan, meninggal akibat luka tersebut pada Rabu (18 Oktober 2017)," Mansoor kepada AFP melalui telepon.

Di sini lengkapnya...


5. Serangan Drone AS yang Tewaskan Warga Sipil Somalia

Drone intai Militer AS, RQ-4 Global Hawk. Iran mengklaim menembak jatuh drone tipe ini pada Kamis 20 Juni 2019 (Bobbi Zapka / USAF)

Amerika Serikat (AS) akhirnya mengakui bahwa pihaknya telah menewaskan korban sipil dalam operasi udara di Somalia. Negeri Paman Sam mengklaim bahwa seorang wanita dan sejumlah anak terbunuh akibat serangan drone, pesawat tak berawak pada April lalu.

Pengakuan ini sangat kontras dengan bantahan AS beberapa minggu lalu atas laporan Amnesty International. Kelompok hak asasi manusia internasional itu sempat mengatakan, 14 warga sipil tewas dalam lima serangan terpisah di Somalia.

Revisi klaim Amerika Serikat datang pasca-konferensi pers pada Jumat 5 April 2019, mengutip BBC News pada Sabtu (6/4/2019). Peninjauan kembali diperintahkan oleh Jenderal Thomas Waldhauser, kepala Komando Asia Afrika (Africom). Ia sebelumnya mengatakan adanya gangguan dalam pelaporan yang membuat klaim tidak tepat terkait korban sipil.

"Kepercayaan dan kredibilitas adalah inti dari operasi kami, kata Jenderal Gregg Olson, direktur operasi Africom, mengapresiasi langkah Waldhauster.

Olson menambahkan pihaknya akan berkomitmen untuk transparan dan belajar dari insiden yang disesalkan, agar tidak terulang di masa depan.

 

Berita lengkapnya...


6. Jenderal Militer Iran Qasem Soleimani

Qasem Soleimani, Jenderal Militer Iran yang tewas dalam serangan AS. (AP)

Jenderal top Iran terbunuh dalam serangan drone pada Jumat pagi (3/1/2019) di dekat bandara Baghdad. Angkatan militer Amerika Serikat (AS) memastikan bahwa serangan itu atas komando Presiden Donald Trump.

Sebuah pernyataan yang dikeluarkan Kamis malam oleh Pentagon menyebut serangan terhadap Soleimani "ditujukan untuk menghalangi rencana serangan Iran di masa depan."

Dilaporkan AP News, jenderal yang terbunuh adalah Qasem Soleimani (atau Suleimani) yang memimpin Pasukan Elit Quds Iran yang bertugas di bidang intel dan masuk ke dalam daftar teroris AS.

Soleimani adalah sosok jenderal berpengaruh di Iran. Kementerian Pertahanan AS mengatakan Soleimani berencana menyerang diplomat dan prajurit AS di Irak.

Soleimani tewas di mobilnya akibat serangan drone AS pada jalanan dekat bandara Baghdad. Pihak keamanan Irak berkata Soleimani baru tiba dari luar negeri, namun belum dipastikan apakah dari Lebanon atau Suriah.

Korban tewas lain adalah pejabat dari Pasukan Mobilisasi Populer (Popular Mobilization Forces/PMF) di Irak yang mendapat dukungan Iran. Salah satunya adalah Abu Mahdi al-Muhandis.

Laporan selengkapnya...

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya