Liputan6.com, Jakarta - Iran dan AS kini tengah menjadi sorotan dunia setelah Presiden AS Donald Trump memerintahkan pembunuhan jenderal paling berpengaruh di Iran, yaitu Jenderal Qasem Soleimani pada 3 Januari 2020. Boom..!! konvoi kendaraan jenderal top Iran tersebut hancur usai keluar dari Baghdad International Airpor.
Yang menarik lagi, serangan ini dilakukan melalui udara dengan menggunakan pesawat tanpa awak atau drone. Drone tersebut jenis MQ-9 Reaper. Drone ini buatan General Atomics Aeronautical Systems, perusahaan AS yang memang memproduksi pesawat tanpa awak dan radar militer.
Cara AS melangsungkan serangan ini menjadi perhatian salah satu mantan Menteri BUMN Dahlan Iskan. Dalam tulisannya berjudul 'Drone Qassem', Dahlan menyebutkan drone ini menjadi salah satu drone tercanggih yang dimiliki militer AS.
"Drone ini ukurannya hampir sebesar pesawat tempur. Panjang sayapnya hampir 20 meter. Hanya bobotnya yang ringan: 2,5 ton," tulis Dahlan seperti yang dikutip Liputan6.com, Senin (6/1/2020).
Baca Juga
Advertisement
Tak kalah menarik, Dahlan mengatakan bahwa harga drone pembunuh jendral top Iran ini jauh lebih murah dari pesawat tempur tercanggih AS yaitu F-35. MQ-9 Reaper ini harganya sekitar Rp 200 miliar.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Kehebatan MQ-9 Reaper
Dikutip dari berbagai sumber, mengenai spesifikasinya, MQ-9 Reaper memilik panjang 11 meter (m), lebar sayap 20 m, tinggi 3,8 m. Drone ini mampu terbang dengan kecepatan maksimal 482 km/jam dan kecepatan jelajah 313 km/jam. Untuk daya jelajah pesawat tanpa awak buatan AS ini mencapai 1.900 km dengan ketinggian jelahanya 7,5 km.
Untuk soal persenjataan, MQ-9 Reaper sebenarnya bisa dimodifikasi berbagai jenis senjata. Sebagai contoh, Dalam operasi militer Amerika di Afghanistan dan Irak, MQ-9 dilengkapi dengan rudal AGM-114 Hellfire.
Pesawat ini dilengkapi dengan IR targeting sensor, laser rangefinder dan synthetic aperture radar. MQ-9 dapat dibongkar pasang dan diangkut ke berbagai lokasi dengan mudah.
Advertisement
Perintah Donald Trump
Jenderal top Iran terbunuh dalam serangan drone pada Jumat pagi (3/1/2019) di dekat bandara Baghdad. Angkatan militer Amerika Serikat (AS) memastikan bahwa serangan itu atas komando Presiden Donald Trump.
Sebuah pernyataan yang dikeluarkan Kamis malam oleh Pentagon menyebut serangan terhadap Soleimani "ditujukan untuk menghalangi rencana serangan Iran di masa depan."
Dilaporkan AP News, jenderal yang terbunuh adalah Qasem Soleimani (atau Suleimani) yang memimpin Pasukan Elit Quds Iran yang bertugas di bidang intel dan masuk ke dalam daftar teroris AS.
Soleimani adalah sosok jenderal berpengaruh di Iran. Kementerian Pertahanan AS mengatakan Soleimani berencana menyerang diplomat dan prajurit AS di Irak.
Soleimani tewas di mobilnya akibat serangan drone AS pada jalanan dekat bandara Baghdad. Pihak keamanan Irak berkata Soleimani baru tiba dari luar negeri, namun belum dipastikan apakah dari Lebanon atau Suriah.
Korban tewas lain adalah pejabat dari Pasukan Mobilisasi Populer (Popular Mobilization Forces/PMF) di Irak yang mendapat dukungan Iran. Salah satunya adalah Abu Mahdi al-Muhandis.
Pihak PMF berkata tubuh Jenderal Soleimani tercabik-cabik akibat serangan. Jasadnya teridentifikasi berkat cincin yang ia pakai.
Penasihat Presiden Iran Hassan Rouhani yakni Hessameddin Ashena mengancam Iran siap melakukan pembalasan. "Siapapun yang melangkahi garis merah harus siap melawan konsekuensi," tulisnya via Telegram.
Presiden Donald Trump sedang berlibur di rumahnya di Mar-a-Lago, Florida. Namun, ia memposting foto bendera AS di Twitter.
Politikus oposisi Senator Richard Blumentshal menyebut tindakan Trump bisa mengancam perang baru. Namun, senator pro-Donald Trump Lindsey Graham justru memberikan pujian.
"Kepada pemerintah Iran: jika kamu ingin tambah, kamu akan diberikan lagi," tulis Graham di Twitter.