Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mencatat nilai investasi sektor industri hingga September 2019 mencapai Rp 147,3 triliun. Secara kumulatifhingga 2015 sampai dengan 2019 nilai investasi di sektor industri mencapai sebesar Rp 1.216,2 triliun.
"Januari sampai September 2019 penambahan nilai investasi Rp 147,3 triliun," ujar Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita, dalam paparannya, di Kantornya, Jakarta, Senin (6/1/2020).
Baca Juga
Advertisement
Agus menjelaskan, dari total investasi tersebut industri makanan dan minuman menjadi terbesar yakni mencapai Rp 41,43 triliun. Kemudian disusul oleh industri logam dasar, barang logam, bukan meson dan peralatannya mencapai Rp 37,61 triliun.
Selain itu, industri kimia dan farmasi tercatat menerima investasi sebesar Rp 22,10 triliun, industri edaran bermotor dan alat transportasi lain sebesar Rp 8,39 triliun dan industri kertas dan percetakan mencapai Rp 8,22 triliun.
Dengan melihat kondisi tersebut, Kementerian Perindustrian pun memproyeksikan pada tahun ini atau 2020 investasi sektor industri dapat tumbuh mencapai sebesar Rp 307 triliun. Sehingga secara kumulatif sejak 2015 hingga 2020 akan mencapai Rp 1.564,7 triliun.
"Diperkirakan 2020 investor masih risk averse dalam menyikapi kondisi global," jelasnya.
Reporter: Dwi Aditya Putra
Sumber: Merdeka.com
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Kalahkan China dan India, Indonesia jadi Tempat Investasi Paling Menarik
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebut bahwa Indonesia menjadi negara salah satu tujuan investasi paling menarik diantara negara-negara berkembang lainnya. Hal itu tercermin dari hasil survei yang dilakukan Bloomberg dari negara-negara maju lainnya.
Ketua Dewan Komisioner OJK, Wimboh Santoso, mengatakan tingginya minat investor ke Tanah Air menjadikan Indonesia menempati peringkat tertinggi. Sepanjang sejarah bahkan Indonesia bisa mengalahkan China dan India.
"Ini belum pernah terjadi. Ini juga yang paling menjanjikan diantara negara-negara emerging market lain khususnya investasi di pasar saham dan surat utang," kata Wimboh di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (2/1/2019).
Dia menuturkan, capaian tersebut tentunya tidak lepas atas kerja keras dan dukungan berbagai pihak bakm pemerintah, Bank Indonesia, dan selurub pelaku pasar modal. Sehingga sinergi dan kebijakan dibangun bersama mampu menimbulkan kepercayaan investor yang luar biasa.
"Tentunya ini indikasi yang bagus kepada prospek ekonomi indonesia kita ke depannya," imbuh dia.
Advertisement
Selanjutnya
Meski secara tren investasimengalami peningkatan cukup baik, dirinya juga tetap mewaspadai di 2020 ni masih ada beberapa faktor eksternal yang bisa saja berdampak. Diantaranya adalah ketidakadanya kesepakatan antara China dan dan Amerika Serikat serta brexit yang masih belum jelas.
"Di sisi lain kita tidak memungkiri 2020 masih ada hal yang perlu kita catat bahwa belum terjadinya kesepakatan dagang antara AS dan China," tandasnya.