Soal Natuna, Moeldoko Tegaskan Kedaulatan Tak Bisa Dinegosiasikan

Pemerintah tengah melakukan dua pendekatan dalam rangka menyelesaikan masalah Natuna dengan China.

oleh Athika Rahma diperbarui 06 Jan 2020, 14:19 WIB
Kepala Staf Kepresidenan, Moeldoko memberi paparan dalam Dialog Nasional II Pembangunan Ibu Kota Negara, di Jakarta, Rabu (26/6/2019). Moeldoko memaparkan terkait kondisi keamanan dan pertahanan Indonesia menghadapi rencana ibu kota dipindahkan ke Kalimantan. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko turut angkat bicara soal perairan Natuna yang dimasuki Kapal Coast Guard China tanpa izin. Menurutnya, kedaulutan tidak bisa dinegosiasikan.

Dalam menangani hal ini, pemerintah tengah melakukan 2 pendekatan. Pertama, pendekatan diplomasi atau politik.

"Diplomasi dimulai dengan yang soft. Sampai dengan yang hard. Sekarang menteri sudah melakukan langkah-langkah diplomasi," ujar Moeldoko di Kantor Kemenko PMK, Senin (6/1/2020).

Lalu, langkah kedua ialah lewat pendekatan militer atau ketahanan dan keamanan. Menurut Moeldoko, saat ini TNI sudah mengambil langkah-langkah antisipasif, dengan mengerahkan berbagai kekuatan untuk mengisi Natuna.

Setelah itu, pemerintah tidak akan berdiam diri, karena nanti akan ada penyelesaian lebih lanjut.

"Bentuknya apa, bentuknya ya pembicaraan tingkat tinggi. Bagi saya intinya kedaulatan tidak bisa dinegosiasikan," ungkapnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Kapal Nelayan China Masih Bertahan di Laut Natuna

Kapal bantuan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) untuk nelayan di Kepulauan Natuna. (Gideon/Liputan6.com)

Panglima Komando Gabungan Wilayah Pertahanan (Pangkogabwilhan) I TNI Laksamana Madya TNI Yudo Margono menyatakan hingga Minggu (5/1/2020) kapal nelayan China masih bertahan di Laut Natuna, Kepulauan Riau.

Menurut Pangkogabwilhan I,  kapal-kapal asing tersebut bersikukuh melakukan penangkapan ikan secara legal yang berjarak sekitar 130 mil dari perairan Ranai, Natuna.

"Mereka didampingi dua kapal penjaga pantai dan satu kapal pengawas perikanan China," kata Yudo Margono dalam konferensi pers di Pangkalan Udara TNI AL di Tanjungpinang, Kepri, Minggu seperti dilansir Antara.

Yudo menegaskan, TNI sudah melakukan gelar operasi dengan menurunkan dua unsur KRI guna mengusir kapal asing tersebut keluar dari Laut Natuna.

"Kami juga gencar berkomunikasi secara aktif dengan kapal penjaga pantai China agar dengan sendirinya segera meninggalkan perairan tersebut," tegas dia.

Operasi ini, kata dia, tidak memiliki batas waktu sampai kapal China betul-betul angkat kaki dari wilayah maritim Indonesia.

"Fokus kami sekarang ialah menambah kekuatan TNI di sana. Besok akan kami gerakkan empat unsur KRI lagi untuk mengusir kapal-kapal itu," kata Yudo. 


Memberi Peringatan

Gagah dan sangarnya pasukan TNI gelar apel siap amankan Laut Natuna dari kapal China. (Twitter @Puspen_TNI)

Sampai saat ini, kata Yudo,  tindakan yang dilakukan TNI masih bersifat persuasif dengan memperingati kapal China bahwa mereka sudah menerobos sekaligus menangkap ikan secara ilegal di Laut Natuna.

"TNI mengedepankan upaya damai dalam menangani persoalan ini," katanya menambahkan.

Pangkogabwilhan I turut menyampaikan berdasarkan pantauan TNI pada saat ini yang terdeteksi memasuki Laut Natuna hanya kapal nelayan China.

Kapal nelayan dari negara lain, seperti Vietnam, tidak berani lagi masuk ke zona tersebut. "Kapal nelayan Vietnam sudah banyak kami tangkap, jadi mereka tidak berani lagi," kata Yudo.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya