Liputan6.com, Israel - Amerika Serikat (AS) dengan mudahnya menewaskan seorang jenderal top Iran, Qasem Soleimani, dengan memakai drone atau pesawat tanpa awak. Tak ada satu pun prajurit AS yang tewas karena mereka cukup mengendalikan drone dari jauh.
Drone MQ-9 Reaper itu diterbangkan dari Qatar dan menyergap Qasem Soleimani ketika ia baru beranjak dari bandara Baghdad, Irak. Drone tersebut memang cocok untuk melakukan penyerangan target yang bergerak.
Baca Juga
Advertisement
Kehadiran drone pun telah mengubah lanskap peperangan modern. Terbukti jenderal yang sangat berpengaruh seperti Soleimani bisa dengan mudah disingkirkan drone.
Tak heran banyak negara-negara selain AS yang fokus pada sistem anti-drone. Sistem ini digunakan untuk mencegah drone milik orang tak bertanggung jawab hingga menangkal serangan drone teroris.
Berikut beberapa negara dari berbagai penjuru dunia yang sudah membuat sistem anti-drone:
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
1. Jepang
Jepang fokus pada sistem anti-drone untuk mengamankan Olimpiade Tokyo 2020. Salah satunya dengan menerbangkan drone besar dengan jaring untuk menangkap drone yang lebih kecil.
Asahi Shimbun juga menyebut Badan Kepolisian Nasional Jepang mempersiapkan "jammer" agar menganggu sinyal antara drone dan operatornya. Alhasil, drone akan turun perlahan, kembali ke asal, atau tak bisa beranjak di satu lokasi.
Advertisement
2. Israel
Apabila kini Iran protes karena jenderalnya tewas akibat drone, beberapa waktu lalu justru mereka mengirim drone untuk menyerang Israel. Serangan drone itu gagal karena Israel sudah punya sistem anti-drone.
Melansir US News, perusahaan sistem pendeteksi drone mencakup 17 persen dari industri drone di Israel. Negara itu pun sudah berhasil mengekspor sistem pertahanan drone mereka ke berbagai negara.
3. Rusia
Rusia juga sudah mengekspor sistem anti-drone mereka ke luar negeri, target konsumen mereka adalah negara-negara Timur Tengah. Salah satu perusahaan Rusia yang menjual sistem anti-drone adalah Rostec.
Rusia memamerkan sistem anti-drone mereka di Dubai Airshow pada November lalu. Timur Tengah dipilih sebagai sasaran akibat kasus diserangnya kilang minyak Saudi oleh drone Iran.
Advertisement
4. India
Masih pada 2019, India juga mengembangkan sistem anti-drone untuk digunakan di perbatasan India-Pakistan. Pasalnya, India berkata kerap melihat drone di daerah perbatasan.
Menurut News18.com, pasukan pertahanan perbatasan India sedang berusaha mengembangkan teknologi yang bisa mendeteksi dan menghancurkan drone. Sistem deteksi yang dicari adalah yang punya radar, jammer, pengendali sistem untuk menetralkan drone.
5. Singapura
Usai serangan kilang Arab Saudi, Menteri Pertahanan Singapura Ng Eng Hen menegaskan negaranya punya sistem untuk melawan drone canggih.
Ia menyebut Angkatan Bersenjata Singapura telah menyiapkan sistem pertahanan drone sejak 10 tahun belakangan, seperti sensor G550 Airbone Early Warning Aircraft dan Multi-Mission Radar.
"Kami percaya dapat mendeteksi drone itu (yang menyerang kilang Saudi), serta bisa menetralkannya," ujar Ng seperti dikutip Channel News Asia.
Advertisement
Indonesia?
Wakil Menteri Pertahanan Sakti Wahyu Trenggono mengakui Indonesia saat ini belum memiliki alat pendeteksi pengamanan drone. Padahal pengamanan sistem pendeteksi drone penting sebagai langkah keselamatan pejabat negara, terlebih Presiden Joko Widodo dikenal suka blusukan.
"Kita mau bikin," ujar Sakti saat ditanya Liputan6.com di Istana, Jakarta, Senin (6/1/2020).
Dia menuturkan, rencana itu sudah dikembangkan Badan Pangkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Bahkan model itu sudah dipamerkan BPPT di hanggar PT Dirgantara Indonesia, Kota Bandung, Jawa Barat, Senin 30 Desember 2019.
"Itu kemarin kan yang di peluncuran BPPT, setahun lagi lah, satu setengah tahun lagi lah, kita bisa," ujar dia.
Saat ini, Indonesia baru berhasil membuat sebuah drone yang mampu terbang terus menerus selama 24 jam. Pesawat udara nirawak (PUNA) ini berjenis medium altitude long endurance (MALE) dan dinamai Black Eagle. Kemampuan terbang terus menerus selama 24 jam membuat drone ini bisa digunakan untuk membantu menjaga kedaulatan NKRI dari udara, namun tidak untuk peperangan.