Liputan6.com, Yogyakarta - Pagi itu di Taman Binangun Jalan Mandung, Ngento, Pengasih, Kecamatan Pengasih, Kulon Progo, aktivitas berjalan seperti biasa. Namun, salah satu sudut di tempat itu terdapat Taman Curhat yang sedang diisi oleh anggota keluarga kecil.
"Biasanya memang tidak terlalu ramai di sini. Terus di sini juga ada atapnya jadi bisa berteduh juga," kata Dayat Warga Giripeni kepada Liputan6.com.
Keluarga kecil itu seolah asyik menikmati pagi di sudut taman Kota Wates Kulon Progo ini. Taman dalam taman ini terlihat sangat sederhana, hanya tempat duduk memanjang campuran dari batu bata dan semen yang dipayungi atap berwarna.
Baca Juga
Advertisement
"Kadang sih, tidak sering ke Taman Binangun ini, cuma ini kok ada spot baru Taman Curhat jadi duduk-duduk sambil ngawasi anak main-main," katanya.
Menurutnya Taman Curhat ini cukup berguna bagi yang datang ke Taman Binangun. Selain bisa digunakan untuk berteduh bisa juga digunakan untuk mengeluarkan isi hati atau curhat kepada pasangan.
"Ya kalau tidak ramai ya bisa ngobrol santai, curhat lah namanya. Cuma kalau orang (lain) paling ngobrolnya biasa," kata pekerja wiraswasta ini.
Taman Curhat yang ada di Taman Binangun ini sering ramai pada pagi hari atau sore hari. Terutama pada hari libur atau akhir pekan.
"Ramai kalau sore. Pagi paling ada satu dua dan petugas kebersihan. Sering dikunjungi ya karena murah meriah juga di sini, tidak bayar di Taman Curhat," kata Bapak tiga anak.
Taman Curhat dan Terapi Sosial
Taman Curhat merupakan inovasi Proyek Kesehatan Jiwa berbasis Komunitas yang difasilitasi oleh Pusat Rehabilitasi YAKKUM, dengan memperkenalkan Curhat (Curahan Hati) sebagai terapi sosial. Terapi sosial ini bisa dilakukan siapa saja dan kepada siapa saja sebagai pertolongan pertama ketika mengalami stres.
"Stres hingga depresi bisa datang kapan saja, terutama jika Anda sedang mengalami musibah atau mengalami masalah yang cukup berat," kata Siswaningtyas Tri Nugraheni, Manajer Proyek CEPLERY (Community Empowerment For Psychosocial Health, Livelihood and Emergency) Pusat Rehabilitasi Yakkum kepada Liputan6.com.
Tyas mengatakan tujuan dari inovasi ini adalah berbagi kepada masyarakat luas, orang yang mengalami gangguan jiwa atau disabilitas psikososial dapat pulih dengan peran dari orang yang terdekat dan masyarakat di sekitarnya. Salah satunya dengan curhat.
"Memberikan pesan kepada semua orang dan mengampanyekan curhat dapat meringankan beban pikiran, perasaan dan mencegah stres," katanya.
Tyas mengatakan Taman Curhat digunakan untuk kegiatan SHG (self help group) atau kelompok swabantu, tempat berkumpul orang dengan Disabilitas Psikososial, keluarga dan kader untuk saling mengerti kondisinya. Sehingga harapannya, kekuatan dari Curhat atau Curahan Hati membuat orang yang menghadapi masalah tidak merasa sendiri.
"Taman Curhat saat ini digunakan untuk umum, untuk semua kalangan, baik remaja, dewasa dan keluarga. Saat ini, orang yang berkunjung ke Taman Curhat mengetahui bahwa curhat merupakan cara untuk mengantisipasi stres, karena stres yang berkepanjangan dapat menyebabkan gangguan jiwa," katanya.
Taman Curhat tertulis kata-kata yang memiliki arti penting seperti persahabatan, kegembiraan dll. Kata-kata itu untuk menunjukkan bahwa curhat merupakan cara alami, berbagi pengalaman, bertukar pikiran dan berbagi perasaan, kepada orang-orang terdekat yang kita percayai.
"Curhat dengan orang-orang yang terdekat, membantu memulihkan kesehatan orang yang sedang berjuang menghadapi gangguan jiwa. Dengan curhat, beban hidup perlahan akan berkurang. Dengan curhat, tekanan berkurang," katanya.
Tyas menjelaskan Taman Curhat diluncurkan pada 29 Oktober 2019 oleh wakil Bupati Kulon Progo, Sutedjo. Acara launching taman curhat, bersamaan dengan rangkaian acara peringatan hari kesehatan jiwa sedunia.
"Pemeliharaan dikelola oleh Dinas Pekerjaan Umum," kata Kepala Proyek Pemberdayaan Kesehatan Jiwa Berbasis Masyarakat Pusat Rehabilitasi Yakkum ini.
Advertisement
Terinspirasi dari Kisah Bunuh Diri di Zimbabwe
Tyas menjelaskan jika Taman Curhat ini terinspirasi kejadian di pedesaan negara Zimbabwe. Saat itu, pernah ada warga yang berniat bunuh diri karena mengalami depresi berat.
"Padahal desanya, jauh dari psikiater dan psikolog. Untuk mengurangi tekanan, ia berinisiatif curhat," ujarnya.
Melalui curhat itulah warga itu kemudian berhasil mengurangi beban hidupnya. Sehingga rencana bunuh dirinya pun tidak jadi dilakukan.
"Saat ini, proyek "bangku curhat" menjadi bagian proyek kesehatan jiwa yang tersebar di pelosok Zimbabwe," katanya.
Tyas mengatakan ada alasan tertentu kenapa Taman Curhat itu ada di daerah Kulon Progo. Salah satunya karena angka orang yang mengalami gangguan jiwa di Kabupaten Kulon Progo tinggi.
"Untuk mengatasinya, bukan hanya tanggung jawab sektor kesehatan, tetapi lintas sektor. Namun, akses ke perawatan kesehatan jiwa dalam perawatan primer masih terbatas," katanya.
Menurutnya, perlu kiranya Penanganan Kesehatan Jiwa berbasis masyarakat dengan melibatkan para pihak. Langkah ini menjadi salah satu pendekatan rehabilitasi sosial bagi orang dengan Disabilitas Psikososial.
"Pembangunan taman curhat, diinisiasi Pusat Rehabilitasi YAKKUM bekerjasama dengan Dinas Kesehatan dan Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Kulon Progo," katanya.
Tyas menjelaskan, saat ini baru dibangun 2 taman curhat di Daerah Istimewa Yogyakarta. Pertama, di Taman Binangun Pengasih, Kulon Progo dan kedua, Taman Curhat di wisata Goa Ngringrong, Desa Mulo, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Gunung Kidul.
"Ada, (lagi) Taman Curhat yang dibangun di lokasi wisata Ngingrong, Desa Mulo, Kecamatan Mulo, Kabupaten Gunung Kidul. Taman Curhat dibangun, inisiatif proyek kesehatan jiwa yang dikelola Pusat Rehabilitasi Yakkum bekerjasama dengan Pemerintah Desa Mulo," katanya.
Taman Curhat merupakan proyek inovasi yang diharapkan dapat diadopsi di tempat-tempat lainnya di DIY dan wilayah-wilayah lain di Indonesia.
"Melalui kampanye kesehatan jiwa, di publikasi melalui medsos dan event-event kampanye pada level lokal maupun nasional. Termasuk, dipublikasi dalam media cetak maupun online," katanya.
Simak video pilihan berikut ini: