Ada Gumpalan Darah, Astronot Ini Lakukan Pengobatan Jarak Jauh Bumi-Luar Angkasa

Seorang astronot di luar angkasa melakukan pengobatan jarak jauh yang dibantu oleh seorang dokter yang berada di Bumi

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 12 Jan 2020, 06:00 WIB
Ilustrasi astronot (iStock)

Liputan6.com, Jakarta Pertama kali di dunia, sebuah tindakan medis jarak jauh antara Bumi dan luar angkasa berhasil dilakukan. Pasien adalah seorang astronot di sebuah stasiun ruang angkasa.

Dalam sebuah catatan kejadian, para penulis mengungkapkan bahwa astronot yang tidak disebutkan namanya itu mengalami kasus aliran darah yang stagnan dan menyebabkan gumpalan di vena jugularis internal.

Dikutip dari Fox News pada Minggu (12/1/2020), gumpalan darah tersebut ditemukan dalam sebuah studi vaskular terhadap 11 astronot yang sedang bertugas selama dua bulan. Pemeriksaan lanjutan oleh dua ahli radiologi di Bumi mengkonfirmasi adanya pembekuan darah.

Dilansir dari New York Post, para peneliti mencatat bahwa NASA belum pernah mengalami situasi tersebut di ruang angkasa. Dengan sisa empat bulan misi tersebut dan kesulitan mereka, NASA meminta bantuan dari dokter yang ada di bumi.

NASA memanggil Stephan Moll, ahli perawatan gumpalan darah dari University of North Caroline. Mereka sempat berhadapan dengan risiko yang mungkin muncul apabila menggunakan pengencer darah.

Simak juga Video Menarik Berikut Ini


Risiko Pengobatan di Luar Angkasa

Ilustrasi Stasiun Ruang Angkasa Internasional, atau ISS (AP)

Apabila gumpalan darah rusak dan melakukan perjalanan lewat sistem peredaran darah pasien, mereka bisa menyebabkan emboli paru dan membunuhnya. Namun, apabila pengencer darah digunakan, muncul risiko peningkatakn perdarahan yang sulit diatasi karena posisi pasien di luar angkasa.

Moll beserta para ilmuwan NASA tetap memutuskan menggunakan pengencer darah enoxaparin dengan dosis yang dikurangi setelah 33 hari. Hal ini memungkinkan suplai pengencer darah tetap bertahan hingga beberapa obat lain, termasuk pembalik antikoagulan tiba dengan pesawat ruang angkasa ke laboratorium di orbit.

Ketika kembali ke Bumi, gumpalan tersebut telah diratakan dan tidak memerlukan antikoagulasi lagi. Meski sempat kembali selama 24 jam usai pendaratan, mereka hilang 10 hari kemudian. Gejala lain tidak ditemukan enam bulan setelah astronot itu kembali dari misinya.

"Temuan ini menunjukkan bahwa tubuh manusia masih mengejutkan kita di luar angkasa," kata Dr. Serena Auñón-Chancellor, penulis studi dari Louisiana State University Health New Orleans School of Medicine yang juga anggota astronot NASA.

Sementara itu, NASA menyatakan bahwa mereka akan berkomitmen untuk memantau dinamika aliran darah astronot mereka, untuk melindungi kesehatan dan kinerjanya selama misi. Mereka juga telah memastikan bahwa stasiun luar angkasa internasional akan dilengkapi dengan perawatan yang sesuai panduan medis untuk para kru.

Laporan tersebut dimuat di New England Journal of Medicine dengan judul "Venous Thrombosis during Spaceflight."

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya