Liputan6.com, Jakarta Eden Garrity sedang berada dalam pesawat ketika tiba-tiba benda itu mengalami turbulensi dan membuatnya terjatuh. Pergelangan kakinya patah ketika hal itu terjadi.
Wanita yang merupakan kru di pesawat tersebut sedang bertugas dalam penerbangan dari Kuba ke Manchester pada bulan 2 Agustus tahun lalu. Saat itu, turbulensi membuatnya jatuh.
Advertisement
"Itu benar-benar menakutkan," kata Eden seperti dilansir dari New York Post pada Selasa (7/1/2020). "Pesawat melonjak hingga 500 kaki dalam hitungan detik. Kuatnya turbulensi membuat saya terbaring dan tertahan di lantai," ujarnya.
Kakinya terkunci hingga pergelangannya patah di tujuh tempat. Dia tidak sadar apa yang terjadi sebelum mencoba berjalan. Eden pun sempat pingsan.
Simak juga Video Menarik Berikut Ini
Harus Bertahan Selama Tujuh Jam
Keadaan menjadi lebih buruk karena Eden tidak bisa dilarikan ke rumah sakit dengan cepat. Pesawat baru mendarat tujuh jam kemudian. Dia pun harus menahan rasa sakitnya.
Kepada SWNS, Eden mengatakan bahwa mereka saat itu menabrak badai hujan es yang sangat besar. Pilot mengungkapkan padanya bahwa langit menghitam di sekeliling pesawat tersebut.
"Ini adalah turbulensi terburuk yang pernah saya alami sebagai kru atau penumpang sejauh ini," ujarnya.
Eden dibantu para penumpang untuk berbaring. Usai mendarat, dia segera dilarikan ke rumah sakit dan harus mendapatkan operasi serta menggunakan penahan logam. Dia juga harus menahan diri untuk berjalan selama dua bulan.
Selama perawatan, biaya ditanggung oleh tempatnya bekerja, yaitu Thomas Cook. Namun, maskapai tersebut dikabarkan bangkrut pada bulan September lalu. Hal ini membuat nasib Eden terkatung-katung.
Advertisement