Fakta-Fakta Reynhard Sinaga, Pemerkosa Ratusan Pria di Inggris

Modus yang digunakan Reynhard Sinaga adalah membujuk para korban ke apartemennya dengan kedok sebagai good Samaritan.

oleh Devira Prastiwi diperbarui 07 Jan 2020, 16:02 WIB
Reynhard Sinaga (sumber: Facebook/Reynhard Sinaga)

Liputan6.com, Jakarta - Reynhard Sinaga nama warga negara Indonesia yang tinggal di Inggris saat ini sedang menjadi perbincangan.

Reynhard Sinaga bukan tenar karena prestasinya. Melainkan dirinya divonis bersalah atas kasus pemerkosaan terhadap ratusan pria di Inggris.

Sejumlah korban Reynhard bahkan tak cuma sekali atau dua kali diperkosa, tapi hingga berkali-kali selama 2,5 tahun.

Modus yang digunakan Reynhard adalah membujuk para korban ke apartemennya dengan kedok sebagai good Samaritan, lalu membiusnya kemudian melecehkan secara seksual setelah mereka pingsan.

Berikut hal-hal tentang kasus Reynhard Sinaga, WNI yang memperkosa ratusan orang di Inggris dihimpun Liputan6.com:

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Rekam Adegan Pemerkosaan

THUMBNAIL REYNHARD

Seorang pria asal Indonesia, Reynhard Sinaga (36) divonis bersalah dalam 159 kasus perkosaan dan serangan seksual terhadap 48 korban pria di Manchester, Inggris.

Di antara 159 kasus tersebut terdapat 136 perkosaan. Bahkan, sejumlah korban diperkosa berkali-kali selama 2,5 tahun.

Modusnya, Reynhard membujuk para korban ke apartemennya dengan kedok sebagai good samaritan, lalu membius kemudian melecehkan secara seksual setelah mereka pingsan.

Reynhard juga dilaporkan merekam adegan pemerkosaan dengan menggunakan dua ponsel. Dia mengklaim, para korbannya menikmati memerankan fantasi seksualnya selama hubungan intim, tetapi pembelaan itu digambarkan sebagai "menggelikan" dan ditolak dengan suara bulat oleh empat juri pengadilan di Pengadilan Manchester.

Dalam rekaman video yang jadi barang bukti, banyak dari pria yang menjadi korbannya terdengar mendengkur saat diperkosa.

Seorang korban mengatakan, kepada pengadilan bahwa ia menunjukkan kepada Reynhard foto scan bayinya yang belum lahir sebelum jatuh pingsan.

Pengakuan itu menepis pernyataan Reynhard bahwa korban menyetujui apa yang diklaimnya sebagai "Fifty Shades of grey-type stuff".


Modus Aksi Bejat Reynhard Sinaga

THUMBNAIL REYNHARD

Reynhard Sinaga yang pindah ke Inggris sejak 2007 silam, ketika itu usianya 24 tahun. Dia diduga melakukan perkosaan terhadap ratusan pria. Korban dari aksi bejat Reynhard diduga berusia belasan atau awal 20-an.

Mereka biasanya pergi ke pusat kota Manchester. "Tidak menginginkan apa pun selain malam yang baik bersama teman-teman mereka," kata hakim Suzanne Goddard QC.

Pengadilan mendengar Reynhard memiliki formula yang telah diuji untuk menemukan korbannya di luar klub dalam beberapa menit berjalan kaki dari flatnya di Princess Street, pusat kota Manchester.

Dia akan pergi setelah tengah malam untuk menunggu di luar klub, biasanya Factory atau Fifth, dan memangsa sebagian besar pemuda heteroseksual yang telah diusir penjaga atau kehilangan teman mereka. Beberapa tidak punya uang untuk naik taksi ke rumah atau baterai ponsel mereka habis, sementara yang lain sakit.

Semua dalam keadaan mabuk ketika mereka didekati Reynhard yang berperawakan kecil dan tersenyum dalam kacamata berbingkai hitam, seperti tampak tidak berbahaya. Dia kemudian bertanya kepada para korbannya apakah mereka ingin ke apartemennya dan tidur di lantai atau minum-minum lagi, mereka sepakat.

Para juri diberi tahu bahwa Reynhard menyimpan barang-barang pria sebagai piala dan melihatnya di Facebook. Dia mengirim pesan singkat ke seorang teman untuk membual tentang satu korban: "Dia lurus pada tahun 2014. 2015 adalah terobosannya ke dunia gay hahaha."


Gunakan Obat Bius

Ilustrasi obat bius (Foto: unsplash.com/Michael Longmire)

Obat bius yang digunakan oleh Reynhard Sinaga diyakini oleh kepolisian bernama GHB, seperti dimuat oleh BBC, Selasa (7/1/2020).

GHB merupakan obat terlarang kelas C yang berbentuk cairan ataupun bubuk yang tidak berwarna, tidak berbau dan biasanya dilarutkan dalam air.

Obat GHB diyakini bisa menghasilkan perasaan euforia dalam dosis kecil, namun dalam dosis besar, GHB bisa menyebabkan ketidaksadaran hingga kematian.

GHB kerap digunakan oleh para penikmat klub malam dan kerap disebut sebagai "chemsex" yang mana artinya sering digunakan dalam kasus pelanggaran seksual.

Antara tahun 2007 hingga 2017, lebih dari 200 kasus kematian dikaitkan dengan obat jenis ini. Bahkan sejak 2014, obat ini disebut sebagai senjata pembunuhan.

Terkait erat dengan GBL, cairan tidak berwarna yang dijual adalah pembersih industri dan dikonversi menjadi GHB dalam tubuh.


Kasus Terungkap

Reynhard Sinaga, mahasiswa Indonesia di Manchester pelaku pemerkosaan terhadap 159 pria. (Source: Facebook)

Aksi Reynhard Sinaga terbongkar ketika salah satu korbannya terbangun saat diperkosa, kemudian menelepon 999 pada 2 Juni 2017. Polisi percaya Reynhard akan melanjutkan aksinya jika saja saat itu korbannya tidak terbangun.

Setelah penangkapan Reynhard, polisi menemukan film pada dua iPhone yang memperlihatkan dia memperkosa sejumlah pria muda yang tampaknya sedang tidur.

Ketika polisi Greater Manchester memeriksa perangkat digitalnya, mereka menemukan materi 3,29 TB setara dengan 250 DVD atau 300.000 foto yang menggambarkan serangan seksual berlangsung dalam satu kasus selama delapan jam.

Setiap kali korban tersadar, Reynhard akan mendorong mereka kembali ke lantai untuk melanjutkan serangan atau mengambil teleponnya untuk menghindari kecurigaan. Hanya sedikit yang tahu bahwa mereka telah diperkosa sampai polisi mengetuk pintu mereka beberapa tahun kemudian.

Hasil penyelidikan polisi mengidentifikasi 195 korban, yang semuanya tidak sadar ketika Reynhard melecehkan mereka. Penyelidik tidak pernah menemukan obat yang dia gunakan untuk melumpuhkan korbannya.

Tetapi para ahli mengatakan kepada juri bahwa mereka percaya para korban pasti telah diberi obat bius, mungkin dengan asam gamma-hydroxybutyric - dikenal sebagai GHB - atau sesuatu dengan efek yang sangat mirip. Bahkan dalam jumlah serendah 1ml, GHB dapat membuat seseorang tidak sadar.

Para korban menggambarkan bagaimana karier dan hubungan pribadi mereka menderita akibat pelecehan tersebut. Beberapa mengatakan mereka telah beralih ke alkohol dan menjadi terisolasi secara sosial, bahkan tidak dapat memberi tahu kerabat atau teman dekat tentang apa yang terjadi.

 


Korban Tak Sadarkan Diri

Reynhard Sinaga

Reynhard Sinaga, mahasiswa asal Indonesia yang kini telah divonis hukuman penjara atas kasus pemerkosaan, nyatanya tak hanya lihai dalam melancarkan aksinya tapi juga pintar dalam melakukan sandiwara.

Menurut laporan BBC, Selasa (7/1/2020), para korban yang mencapai ratusan jumlahnya ternyata tak pernah tahu bahwa mereka menjadi korban pemerkosaan sampai akhirnya diberi tahu oleh pihak kepolisian.

Kesan baik kerap diciptakan oleh Reynhard. Hal ini diketahui karena sejumlah korban memberikan kesaksian kepada polisi, dengan 48 dari mereka muncul di pengadilan selama empat persidangan. Dari para korban yang hadir di pengadilan, sebagian besar merupakan heteroseksual.

Ian Rushton, dari Layanan Penuntutan Mahkota mengatakan, dia pikir Reynhard mengambil "kesenangan khusus memangsa pria heteroseksual".

Sebagian besar korbannya tinggal di Manchester pada saat itu dan, secara keseluruhan, 26 adalah pelajar ketika mereka menjadi korban. Mereka pun menjelaskan bagaimana Reynhard beraksi.

Salah satunya sedang menunggu pacarnya di luar klub malam Fifth Avenue - sejak berganti nama menjadi Fifth Manchester - ketika ia didekati oleh "pria Asia kecil" yang tampak tidak berbahaya.

Pria itu diundang kembali ke flat Reynhard untuk menunggu pacarnya, tetapi tidak ingat lagi setelah diberi suntikan cairan bening untuk diminum.

Seorang pria lain menggambarkan bahwa ia "didekati oleh seorang pria muda Asia". Dia mengatakan, dia memiliki "ingatan samar-samar untuk menjelaskan bahwa ponsel saya sudah mati dan bahwa saya mencoba untuk mendapatkan taksi tetapi tidak ada yang menghampirinya".

 

Korban lain ingat teman-temannya mengantarnya ke taksi di luar klub. Ingatan berikutnya adalah terbangun di apartemen yang aneh.

Ketika dia bertanya kepada Reynhard tentang apa yang terjadi, dia menggambarkan bahwa dirinya memberi perawatan dan tempat berlindung setelah menemukannya terbaring di jalan.

 


Pembelaan Reynhard

Ilustrasi Pemerkosaan (Liputan6.com/Andri Wiranuari)

Iain Simkin, Crown Prosecution Service (CPS), jaksa yang bertindak untuk Layanan Kejaksaan Mahkota dalam keempat persidangan, mengatakan bahwa Reynhard Sinaga mengakui pelanggaran apa yang dia lakukan.

Hal yang lebih menakjubkan lagi adalah kenyataan bahwa dia membanggakan tentang pelanggaran yang diperbuatnya. Namun, itu bukan kali pertama Sinaga membangga-banggakan perbuatan kejam yang telah dilakukannya.

Pola pengiriman pesan terus berlanjut, dan kemudian pada bulan itu Sinaga kembali berbicara kepada teman-teman tentang salah satu pria yang telah diperkosa, bercerita bagaimana ia “bersenang-senang” bersama lelaki berusia 19 tahun yang sebenarnya telah dia bius dan perkosa.

Pernyataan mengejutkan lainnya, para lelaki yang dibius oleh Sinaga rupanya bersembunyi di lemarinya. Dia beralasan bahwa para lelaki menetap di apartemennya karena untuk membantu dan membiarkannya tidur di sana.

Walaupun sudah jelas dia melakukan banyak kesalahan, Sinaga tetap terus membantah melakukan kesalahan dan menjalankan empat persidangan di Pengadilan Manchester.

Dia menyatakan bahwa masing-masing korbannya melakukan hubungan seks konsensual dengannya, setuju untuk direkam dan bersedia untuk berpartisipasi dalam "permainan" seks yang menjadi bagian dari fantasinya. Keempat hakim sepakat bahwa pendapat yang diberikan Sinaga dianggap sebagai omong kosong.


KBRI Beri Bantuan Hukum

Ilustrasi vonis hakim, Foto: Istimewa

Atas kasusnya yang terbongkar setelah kurang lebih dua setengah tahun itu, kini Reynhard Sinaga divonis penjara oleh pengadilan setempat. Pemerintah tetap memberi perlindungan hukum melalui KBRI London. 

KBRI London telah melakukan penanganan kasus Reynhard Tambos Maruli Tua Sinaga (Reynhard Sinaga/RS) sejak 2017-2020. 

Menurut informasi yang diberikan oleh KBRI London, Reynhard akan menjalani proses persidangan yang dilakukan dalam empat tahap. Pada persidangan terakhir 6 Januari 2020, hakim memutuskan hukuman masa tahanan 30 tahun.

Pelindungan hukum yang dilakukan KBRI London dalam bentuk memastikan bahwa ia mendapat pengacara dan mendampingi selama rangkaian persidangan.

Sedangkan perlindungan non-litigasi dilakukan dalam bentuk kunjungan kekonsuleran selama RS berada di penjara serta memfasilitasi pertemuan dan komunikasi keluarga dengan RS dan pengacara.

Pelindungan pelindungan tersebut dilakukan untuk memastikan RS mendapatkan hak-haknya secara adil dalam sistem peradilan setempat.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya