Liputan6.com, Surabaya Sebanyak 36 balita di Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, teridentifikasi mengalami gizi buruk. Hal ini tampak dari ketidakseimbangan antara berat dan tinggi badan pada usia tertentu.
Dinas Kesehatan (Dinkes) Tulungagung menemukan kasus ini selama Januari sampai Desember 2019. Saat ini, sebagian kondisi balita yang tersebar di 19 kecamatan itu sudah ada yang membaik.
“Kasus gizi buruk balita tidak sepenuhnya terjadi karena asupan yang kurang baik dan kurang sehat, banyak faktor pemicunya,” ujar Siti Munawaroh, Kepala Seksi Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dan Gizi Dinkes Tulungagung, seperti yang dikutip dari Antara, Senin (6/1/2020).
Baca Juga
Advertisement
Menurut Siti, kondisi itu bisa dipicu beragam faktor, seperti, penyakit penyerta, faktor ekonomi, pola asuh yang salah, dan sebagainya. Ia mengungkapkan, kasus gizi buruk itu juga dilatarbelakangi kesehatan balita yang mengidap penyakit dalam dan juga kronis, seperti, TBC, kanker, dan jantung.
Selain faktor penyakit penyerta, gizi buruk juga rentan terjadi pada bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR). Kondisi bayi BBLR ini membutuhkan penanganan khusus, termasuk dari sisi pendampingan gizi supaya bisa melepas status gizi buruknya.
Ia menuturkan balita dengan gizi buruk berimbas pada pertumbuhan anak. Oleh karena itu, orang tua diminta memperhatikan asupan gizi anak.
Mengoptimalkan pemberian ASI minimal sampai dua tahun serta rajin membawa balita mengikuti program posyandu dapat meminimalkan gizi buruk pada balita.
“Temuan-temuan seperti kesesuaian berat dan tinggi badan sesuai kurva atau tidak biasanya saat posyandu,” ucapnya.