Turunkan Intensitas Hujan Jabodetabek, Ini Fakta Seputar Teknologi Modifikasi Cuaca BPPT

Hujan deras yang diprediksi masih akan terus berlangsung, menjadi patokan bagi pihak BPPT melakukan upaya penanggulangan, yakni dengan operasi Teknologi Modifikasi Cuaca.

oleh Liputan6.com diperbarui 08 Jan 2020, 18:18 WIB
Tim Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dan TNI AU melakukan persiapan modifikasi cuaca (hujan buatan) untuk penanggulangan bencana asap di Bandara Halim Perdana Kusuma, Jakarta, (01/11/2015). (Liputan6.com/Andrian Martinus)

Liputan6.com, Jakarta Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebutkan bahwa potensi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat masih ada di Jakarta, terutama pada periode 9 - 12 Januari 2020.

"Jadi prediksi cuaca sepekan ke depan, diprediksi intensitas hujan sedang-lebat masih akan terjadi," kata dia, usia rapat di Kemenko PMK, Jakarta, Selasa, 7 Januari 2020.

Namun, BMKG memprediksikan bahwa intensitas hujan tidak seekstrem curah hujan pada tanggal 1 Januari 2020.

Prediksi hujan deras yang masih akan terus berlangsung, menjadi patokan bagi pihak Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) melakukan upaya penanggulangan, yakni dengan operasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC).

Operasi TMC yang dilakukan oleh BPPT dan TNI dengan dukungan BNPB telah menurunkan intensitas hujan sedang hingga lebat yang seharusnya tiba di wilayah Jabodetabek.

Berdasarkan laporan BPPT, hujan berhasil diturunkan di perairan barat laut dan barat daya Jabodetabek.

Berikut ini fakta seputar Teknologi Modifikasi Cuaca untuk turunkan intensitas hujan yang dilakukan BPPT:

Saksikan video pilihan di bawah ini:


Tekan Intensitas Hujan hingga 40 Persen

Warga melintasi banjir di Jalan Hang Lekir, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Rabu (1/1/2020). Banjir tersebut disebabkan karena tingginya intensitas hujan yang mengguyur sejak Selasa (31/12/2019). (Liputan6.com/Johan Tallo)

Operasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) yang dilakukan oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) sudah dilakukan sejak 3 Januari 2020.

Operasi TMC bertujuan untuk mengurangi curah hujan yang masih saja tinggi di wilayah Jabodetabek. Rupanya upaya modifikasi cuaca ini menunjukkan hasil yang positif.

Kepala BPPT Hammam Riza mengatakan bahwa operasi modifikasi cuaca yang telah dilakukan dapat menekan intensitas hujan hingga 40 persen.

"Kalau kita membandingkan dengan prakiraan, kita menganggap bahwa harapan kita untuk mengurangi intensitas hujan sampai 30-40 persen, itu kelihatannya menunjukkan hasil yang cukup signifikan," kata Riza, ditemui usai rapat di Kemenko PMK, Jakarta, Selasa, 7 Januari 2020.


TMC Masih Akan Terus Dilakukan

Anak-anak bermain air saat banjir menggenangi Jalan Jatinegara Barat, Jakarta, Kamis (2/1/2020). Hujan yang terjadi kemarin malam membuat Kali Ciliwung meluap ke jalan. (merdeka.com/Imam Buhori)

Menilik dari prakiraan cuaca BMKG, udara basah dan bibit-bibit siklon dari arah Afrika masih akan terjadi.

Menanggapi hal ini, Riza mengungkapkan bahwa program TMC masih akan terus dilakukan.

"Tadi dari BMKG menyampaikan bukan hanya udara basah yang datang dari Afrika, tapi ada bibit-bibit siklon yang membawa angin kencang dan hujan yang lebat yang harus kita antisipasi dan kita mitigasi lebih lanjut lagi," ujar Riza.

Sebelumnya, pelaksanaan modifikasi cuaca, telah dilaksanakan 16 sorti penerbangan. Delapan penerbangan dengan menggunakan CN-295 dan delapan penerbangan dengan menggunakan Cassa 212.

"Delapan sorti penerbangan menggunakan CN-295 itu (mengangkut) 2,4 ton. Dengan Cassa 212 itu sekitar 800 kilogram setiap kali dalam satu penerbangan," jelas dia.


Tabur 32 Ton Garam ke Awan

Pada Selasa (7/1/2020), pesawat CN 295 dan Casa 212-200 milik TNI ini melakukan 4 sorti penyemaian awan dengan cakupan wilayah barat daya, barat, barat laut. (Dok. BNPB)

Hujan yang turun dimodifikasi dengan penggunaan Natrium Klorida (NaCl) yang ditebarkan ke bibit awan melalui pesawat CASA 212-200 dan CN-295.

Sejak dilakukan pada 3 Januari 2020 lalu, sudah sebanyak 32 ton garam yang ditaburkan BPPT untuk mencegah hujan ekstrem yang diprakirakan masih akan mengguyur Jabodetabek.

Hujan yang turun dimodifikasi dengan penggunaan Natrium Klorida (NaCl) yang ditebarkan ke bibit awan melalui pesawat CASA 212-200 dan CN-295.

Operasi Modifikasi Cuaca (TMC) dilakukan untuk mempercepat penurunan hujan sebelum mencapai wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek) dengan melakukan penyemaian garam.

Hal ini bertujuan untuk mengurangi curah hujan turun di area tersebut dalam rangka mencegah banjir.

Pada Selasa, 7 Januari 2020, pesawat CN 295 dan CASA 212-200 milik TNI ini melakukan 4 sorti penyemaian awan dengan cakupan wilayah barat daya, barat, barat laut. Total bahan semai NaCl untuk penyemaian mencapai 6,4 ton.

Berdasarkan laporan BPPT, hujan berhasil diturunkan di perairan barat laut dan barat daya Jabodetabek. Laporan ini merujuk pada data satelit yang menunjukkan wilayah terjadinya hujan. 


Kerjasama BPPT dan TNI

Tim BPPT dan TNI AU memasukkan alat TMC (Teknologi Modifikasi Cuaca) di Bandara Halim Perdana Kusuma, Jakarta, (01/11/2015). Tim BPPT dan TNI AU melakukan persiapan modifikasi cuaca untuk penanggulangan bencana asap. (Liputan6.com/Andrian Martinus)

Operasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) adalah salah satu upaya yang dilakukan BPPT dan TNI  untuk penanggulangan bencana banjir Jabodetabek dan sekitarnya.

Selain itu, pelaksanaan operasi TMC harus memperhatikan pertumbuhan hujan. Pantauan juga harus dilakukan secara berkesisnamabungan.

Oleh sebab itu, guna membantu pengamatan cuaca dan kondisi awan di wilayah target, BPPT juga bekerja sama dengan BMKG untuk melakukan analisis data cuaca yang tersedia dari radar Stasiun Meteorologi setempat.

 

(Winda Nelfira)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya