Donald Trump ke Rakyat Iran: Amerika Serikat Siap Berdamai

Presiden Donald Trump tak menyesal telah menyerang Jenderal Qasem Soleimani, tetapi ia berkata siap berdamai.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 09 Jan 2020, 10:30 WIB
Presiden Amerika Serikat Donald Trump (kanan), bersama istrinya Melania Trump (kiri) sesaat sebelum turun dari pesawat kepresidenan Air Force One (AFP/Saul Loeb)

Liputan6.com, Washington, D.C. - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menyampaikan keterangan pers terkait serangan rudal Iran ke pangkalan militer AS di Irak. Serangan Iran ternyata tidak menewaskan prajurit AS atau Irak.

"Tidak ada nyawa warga Amerika atau Irak yang tewas berkat langkah-langkah waspada yang diambil," ujar Donald Trump di Gedung Putih pada Rabu (8/1/2020) waktu setempat.

Trump berkata sistem deteksi dini bekerja dengan baik. Ia pun menegaskan tewasnya Jenderal Qasem Soleimani adalah atas komandonya karena jenderal Iran itu diketahui terlibat aksi terorisme.

"Atas arahan saya, militer AS berhasil mengeliminasi teroris top dunia Qasem Soleimani. Sebagai pemimpin pasukan Quds, Soleimani secara pribadi bertanggung jawab atas beberapa kejahatan terburuk seperti melatih pasukan teroris, termasuk Hizbullah," ujar Donald Trump.

Soleimani juga disebut bertanggung jawab atas serangan ke Kedubes AS dan taktik bom tepi jalan yang menewaskan prajurit AS. Pasukan Quds juga tercatat terafiliasi dengan Presiden Suriah Bashar al-Assad dan pasukan Houthi di Yaman.

"Dia (Soleimani) seharusnya diberantas sejak lama," ucap Trump.

AS pun siap memberikan sanksi ekonomi ke Iran yang dituding menjalan aksi teror di Timur Tengah. Trump pun mengecam perkembangan nuklir Iran, serta meminta NATO lebih aktif di Timur Tengah.

Namun, pada konferensi pers yang singkat itu Presiden Trump berkata siap berdamai dengan Iran. Dia berkata ingin ada kesepakatan yang membuat Iran tumbuh dan sejahtera.

"Kepada rakyat dan pemimpin Iran, kami ingin kalian punya masa depan, masa depan luar biasa yang kalian pantas dapatkan. Sejahtera di dalam negeri dan harmonis dengan negara-negara di dunia. AS siap merangkul perdamaian bersama mereka yang menginginkannya," tutup Donald Trump.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:


Saat Dunia Serukan Jalan Damai ke Iran, Pasca-Kematian Qasem Soleimani

Anggota parlemen Iran mengangkat tangan saat voting RUU yang menetapkan pasukan militer Amerika Serikat sebagai teroris, Teheran, Selasa (7/1/2020). Dalam RUU itu seluruh pasukan militer AS serta pihak terkait pembunuhan Jenderal Qasem Soleimani ditetapkan sebagai teroris. (ICANA NEWS AGENCY/AFP)

Kematian Qasem Soleimani bukan lah kasus gugurnya tokoh politik biasa. Sebab, amarah yang ditimbulkan akibat kepergian Soleimani menumbuhkan kemungkinan terjadinya perang dunia ketiga antara Amerika Serikat dan Iran. 

Tentu, tak ada pihak yang menginginkan hal itu terjadi. Maka dari itu, sambil menyampaikan ucapan belasungkawa, sejumlah menteri luar negeri melakukan diskusi tukar pendapat dengan Menlu Iran, Mohammad Javad Zarif untuk mengantisipasi terjadinya hal tersebut. 

"Selama beberapa hari belakangan ini Menlu Iran telah menerima telepon dan pesan dari berbagai negara Asia Tengah dan kawasan Timur Tengah. Semuanya menyampaikan pesan dukacita yang mendalam kepada masyarakat kawasan dan menyerukan agar persoalan yang ada ini diselesaikan dengan jalur dialog dan cara damai," papar Dubes Iran untuk Indonesia, Mohammad Azad.

Negara-negara tersebut termasuk Pakistan, Rusia, India dan China. 

Selain ucapan belasungkawa, para menteri luar negeri negara-negara tersebut menambahkan bahwa juga terjadi diskusi tukar pendapat antar negara. Berbagai ide juga telah dibicarakan untuk mencari jalan keluar yang damai untuk masalah ini.

Bahkan, menteri luar negeri Qatar pun pergi mengunjungi Iran usai kematian Qasem Soleimani. 

Azad pun menyampaikan bahwa Iran memiliki tanggung jawab diplomasi untuk mempergunakan berbagai alat dan pendekatan untuk membela kepentingan negara.

Seperti yang disampaikan oleh perwakilan tetap Iran di Perserikatan Bangsa-Bangsa, bahwa Amerika Serikat selama ini telah memulai perang ekonomi dengan Iran. Dan kini, telah meluas ke perang militer.

Semua hal tersebut dilakukan oleh AS di saat Iran tak mengharapkan terjadinya perang apapun.


Harapan Kepada Indonesia

Presiden Joko Widodo (kanan) bersama Menko Polhukam Luhut Panjaitan (kedua kanan) saat berada di atas kapal perang KRI Imam Bonjol 383 di perairan Natuna, Kepulauan Riau, Kamis (23/6). (Foto: Setpres)

Dalam pertemuannya dengan Menteri Luar Negeri Indonesia, Dubes Azad mengatakan bahwa Indonesia selama ini telah melakukan upaya perluasan perdamaian dan keamanan di kawasan Timur Tengah. 

"Saya berharap usaha tersebut dapat ditingkatkan oleh Indonesia, supaya Indonesia bisa memainkan perannya di kawasan kami," tambah Azad. 

Iran juga berharap supaya negara-negara penting dan berpengaruh seperti Indonesia dapat memainkan perannya di kawasan dan terus menyebarluaskan keamanan di Timur Tengah. 

Sementara, Wakil Presiden Ma'ruf Amin menyebut tidak ada pihak yang untung jika terjadi perang.

"Saya kira tidak ada yang diuntungkan, termasuk yang tidak ikut perang itu akan jadi korban," kata Ma'ruf di Istana Wakil Presiden, Jakarta Pusat, Rabu (8/1/2020).

Sebab itu kata dia, langkah yang harus dilakukan yaitu mencegah peperangan. Jika terjadi kata dia akan merugikan semua pihak di segala lini.

"Sangat merugikan bagi dunia, ekonomi rusak, politik juga blok-blok akan terbangun, itu sangat berbahaya sekali," ungkap Ma'ruf.

Sebab itu seluruh pihak kata dia harus membantu satu sama lain agar meredakan ketegangan antara AS dan Iran. Salah satunya itu melalui PBB.

"Oleh karena itu di Timteng dan negara-negara yang cinta damai kita berusaha melalui PBB untuk menahan tidak terjadi perang," ujar Ma'ruf.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya