PM Inggris Boris Johnson Desak Trump Menurunkan Ketegangan dengan Iran

Boris Johnson mendesak Trump untuk menurunkan situasi secepatnya guna menghindari konflik lebih lanjut.

oleh Liputan6.com diperbarui 09 Jan 2020, 13:00 WIB
PM Boris Johnson bersalaman dengan Presiden Donald Trump. (Liputan6/AP/Evan Vucci)

Liputan6.com, London - Perdana Menteri Inggris Boris Johnson dan Presiden AS Donald Trump membahas serangan rudal Iran pada Rabu 8 Januari 2020, bahkan kedua pemimpin itu secara terpisah memberikan pendekatan berbeda tentang bagaimana cara mencegah Iran mengembangkan senjata nuklir.

Dilansir dari CNA, Kamis (9/1/2020), kedua pemimpin sekutu itu berbicara dalam sebuah panggilan sebelum Trump, berbicara tentang mundur dari respons militer terhadap Tehran sebagai balasan atas serangan di pangkalan militer di Irak yang menaungi pasukan AS, kata juru bicara Johnson dan White House.

Serangan Iran terjadi setelah Amerika Serikat membunuh seorang komandan tinggi Iran di Baghdad pekan lalu. Trump mengatakan tidak ada tentara AS yang tewas dalam serangan di Tehran.

Johnson, dalam panggilan itu, mendesak Trump untuk menurunkan situasi secepatnya guna menghindari konflik lebih lanjut, kata juru bicara Johnson.

Saksikan video pilihan di bawah ini:


Koordinasi Erat

Menteri Luar Negeri Inggris, Boris Johnson. (AFP)

“Kedua pemimpin membahas situasi saat ini di Timur Tengah dan setuju untuk melanjutkan koordinasi erat dalam mendukung kepentingan keamanan nasional bersama,” kata juru bicara Gedung Putih, Judd Deere dalam sebuah pernyataan. Kendati demikian dia tidak memberikan detail lainnya.

Tetapi para pemimpin yang negaranya adalah sekutu dekat Iran, secara terpisah mendukung pendekatan yang berbeda ke Iran.

Johnson mengatakan kepada parlemen Inggris sebelumnya pada hari Rabu bahwa perjanjian nuklir 2015 yang dinegosiasikan antara Iran dan enam kekuatan dunia, termasuk Amerika Serikat dan Inggris, tetap menjadi pilihan terbaik untuk mencegah Iran mengembangkan senjata nuklir.

Trump menarik diri dari kesepakatan itu pada 2018 dan mengadopsi kampanye “tekanan maksimum” yang melawan Teheran.


Donald Trump Sebut Pakta dari Pendahulunya Kurang Baik

Presiden AS Donald Trump (AP PHOTO)

Dalam sambutannya di Gedung Putih pada hari Rabu, Trump menyebut pakta yang dinegosiasikan di bawah pendahulunya, dari Partai Demokrat Barack Obama “sangat tidak baik”.

“Sudah tiba waktunya bagi Inggris, Jerman, Prancis, Rusia, dan China untuk mengakui kenyataan ini,” kata Trump.

“Mereka sekarang harus melepaskan diri dari sisa-sisa kesepakatan Iran—atau JCPOA—dan kita semua harus bekerja sama untuk membuat kesepakatan dengan Iran yang membuat dunia menjadi tempat yang lebih aman dan lebih damai."

 

Reporter: Deslita Krissanta Sibuea

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya