Liputan6.com, Jakarta - Berbeda dengan Indonesia yang baru membiasakan berdiri di satu sisi eskalator atau tangga jalan dan mendahului di jalur satunya, Tokyo, London, dan Hong Kong malah mengimbau orang berhenti melakukannya.
Melansir dari Says, Kamis, 9 Januari 2020, sejak Desember 2018, East Japan Railway Co (JR East) merilis kampanye untuk meminta komuter setop berjalan di eskalator. Tanda imbauannya sudah ditaruh di Tokyo Train Station.
Baca Juga
Advertisement
Juga, sekarang orang malah mendengar pengumuman lewat pengeras suara yang mengatakan, "Tolong berdiri di kedua sisi eskalator."
Jepang nyatanya bukanlah negara pertama yang berusaha menghapus kebiasaan lama tersebut. City Tab melaporkan, beberapa kota besar dunia, seperti Hong Kong, London, dan Washington, juga mengimbau publik untuk tak lagi berdiri di satu sisi eskalator.
Kampanye ini diriliis dengan alasan orang yang berjalan di eskalator ternyata punya risiko celaka lebih tinggi. Studi oleh Japan Elevator Association di Tokyo menemukan lebih dari 880 insiden eskatalor pada 2013--2014 disebabkan orang berjalan dan lari di eskalator.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Bahayanya Berjalan atau Lari di Eskalator
Petunjuk di laman resmi Japan Elevator Association memuat alasan orang tak seharusnya berjalan di eskalator, termasuk risiko tergelincir dan jatuh karena tiba-tiba tak seimbang. "Ada kemungkinan meninggal atau mengalami cedera parah," catatan tersebut menambahkan.
Di samping, bila orang memutuskan berhenti di dua sisi eskalator, secara matematika, akan lebih banyak orang berpindah ke atas atau bawah dalam waktu tersebut.
Menurut Londonist, percobaan selama enam bulan di Holborn Station, London menemukan, kebiasaan berdiri di dua sisi membuat perpindahan untuk rata-rata 151 penumpang setiap menit. Sementara, di 'eskalator normal', hanya bakal ada 115 penumpang yang berpindah.
Kendati, hasilnya bisa saja berubah, lantaran menyesuaikan pada ukuran eskalator dan pergerakan pemakainya.
Advertisement