Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator Perekonomian, Airlangga Hartarto, memastikan bahwa hubungan antara Indonesia dan China saat ini berlangsung baik-baik saja. Pernyataan ini menyusul adanya ketegangan kedua negara terkait batas teritorial laut di Perairan Natuna.
Seperti diketahui, hubungan Pemerintah Indonesia dan China memanas menyusul dugaan pencurian dilakukan kapal negeri tirai bambu di perairan Natuna. Indonesia sendiri sudah menyampaikan protes lewat nota diplomatik ke China.
"Sudah tidak panas, sudah dingin," singkat Menko Airlangga di temui di Istana Wakil Presiden, Jakarta, Kamis (9/1).
Baca Juga
Advertisement
Di tempat terpisah, sebelumnya Airlangga mengaku belum bisa menyimpulkan dampak dari memanasnya hubungan antara Indonesia dan China terhadap ekonomi RI. Apalagi belakangan China diketahui sedang gencar melakukan investasi di Tanah Air.
"Terlalu dini, masih belum bisa kita simpulkan dan ini masih sedang dalam proses," ujar Airlangga.
Airlangga mengungkapkan, persoalan di perairan Natuna sebetulnya sudah berlangsung lama. Tak hanya kapal nelayan dan coast guard China saja yang terpantau di perairan tersebut, namun belakangan kapal nelayan Vietnam dan Malaysia juga melaut di sana.
Berdasarkan Konvensi United Nations Convention on The Law of The Sea (UNCLOS) 1982 perairan Natuna masuk dalam Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Indonesia. Sehingga kapal-kapal asing tidak bisa memasuki zona tersebut.
Reporter: Dwi Aditya Putra
Sumber: Merdeka.com
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Bersengketa soal Natuna, Bagaimana Nasib Investasi China di Indonesia?
Hubungan Pemerintah Indonesia dan China memanas menyusul dugaan pencurian dilakukan kapal Negeri Tirai Bambu di perairan Natuna. Indonesia sendiri sudah menyampaikan protes lewat nota diplomatik ke China.
Menteri Koordinator Perekonomian, Airlangga Hartarto, mengaku belum bisa menyimpulkan dampak dari memanasnya hubungan antara Indonesia dan China terhadap ekonomi RI. Apalagi belakangan China diketahui sedang gencar melakukan investasi di Tanah Air.
"Terlalu dini, masih belum bisa kita simpulkan dan ini masih sedang dalam proses," ujar Airlangga ketika ditemui di kantornya, seperti ditulis Kamis (9/1).
Airlangga mengungkapkan persoalan di perairan Natuna sebetulnya sudah berlangsung lama. Tak hanya kapal nelayan dan coast guard China saja yang terpantau di perairan tersebut, belakangan kapal nelayan Vietnam dan Malaysia juga melaut di sana.
Berdasarkan Konvensi United Nations Convention on The Law of The Sea (UNCLOS) 1982, perairan Natuna masuk dalam Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Indonesia. Sehingga kapal-kapal asing tidak bisa memasuki zona tersebut.
Sebelumnya, Menteri Pertahanan Prabowo Subianto mengaku telah berbincang mengenai nasib perairan Natuna yang saat ini telah diklaim China sebagai daerah teritorialnya. Pemerintah akan mengambil sikap, utamanya mencari jalan keluar yang tepat.
"Kita tentunya gini, kita masing masing ada sikap. Kita harus cari satu solusi baik-lah di ujungnya. Saya kira ada solusi baik," jelas dia
Menurut Prabowo, solusi terbaik saat ini sangat tepat ketimbang mengambil langkah-langkah tindakan tegas. Sebab bagaimana pun kata dia, China merupakan negara sahabat Indonesia dalam hal perdagangan.
"Kita selesaikan dengan baik ya, bagaimanapun China negara sahabat," katanya
Reporter: Dwi Aditya Putra
Sumber: Merdeka.com
Advertisement