Liputan6.com, Jakarta - Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga menyatakan, pembayaran klaim perusahaan asuransi Jiwasraya akan segera dimulai pada kuartal II 2020.
Menurut Arya, hal itu dilakukan sejalan dengan proses penyehatan bisnis perusahaan.
"Nanti kuartal II akan dimulai, tahun ini, yang pasti kuartal II dengan Jiwasraya Putra, holdingisasi, kita bertahap lah," papar Arya di Kementerian BUMN, Kamis (9/1/2020).
Baca Juga
Advertisement
Nantinya, akan diprioritaskan pembayaran bagi nasabah-nasabah kecil. Namun, tidak dijelaskan kriteria nasabah kecil tersebut.
Setidaknya, ada 3 langkah yang dilakukan untuk menyehatkan keuangan Jiwasraya. Pertama, dengan membentuk lembaga Jiwasraya Putra.
"Jiwasraya Putra, yang bersih dari induknya, utang dan sebagainya, ini sudah kami mulai sounding ke mana-mana, due diligence nanti investor masuk. Diharapkan Rp 3 triliun masuk," ujarnya.
Kedua, membentuk holding BUMN asuransi. Ketiga, menjual aset untuk mencari investor.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Serikat Pekerja BUMN Dukung Kejagung Kejar Pembobol Jiwasraya
Federasi Serikat Pekerja BUMN Bersatu (FSPBB) mendukung upaya Kejaksaan Agung (Kejagung) dalam mengusut tuntas kasus PT Asuransi Jiwasraya (Persero). Sesuai dugaannya, permasalahan Jiwasraya ini disebabkan kesalahan investasi perusahaan.
Menanggapi hal ini, Sekretaris Jendral FSPPB, Tri Sasono meyakini di dalam kepemilikan saham PT Trada Alam Minera Tbk (TRAM) dan PT Inti Agri Resources Tbk (IIKP) yang dikelola Heru Hidayat, terdapat indikasi fraud dengan modus transaksi jual-beli saham dengan harga yang tidak wajar.
Motifnya, menurut dia, direksi lama Jiwasraya di era Hendrisman Rahim dan Hary Prasetyo memborong saham TRAM dan IIKP dengan harga yang tinggi. Namun selang beberapa bulan dua saham tadi jatuh dengan nilai yang sangat rendah.
Untuk menyembunyikan transaksi ini, katanya, manajemen lama Jiwasraya kemudian menempatkan sebagian saham TRAM dan IIKP dalam bentuk reksadana saham melalui penunjukkan sejumlah manajer investasi.
“Kalaupun saham tersebut harganya naik juga bukan akibat kinerja bisnis perusahan. Tetapi akibat goreng-menggoreng saham,” katanya kepada wartawan Rabu (8/1/2019).
Advertisement