Makna Senyum Patung Penjaga Istana Majapahit Semarang

Istana Majapahit pernah menjadi tempat yang sangat prestisius bagi anak-anak dan remaja Semarang dan sekitarnya. Bagaimana kini?

oleh Edhie Prayitno Ige diperbarui 10 Jan 2020, 02:00 WIB
Bangunan Istana Majapahit ini pernah sangat ngetop di era 1980-an (foto: Liputan6.com / edhie prayitno ige)

Liputan6.com, Semarang = Anak-anak sekolah di Semarang dan kota lain di timur kota Semarang pernah memiliki sebuah taman rekreasi kebanggaan. Setiap kali berprestasi, mereka akan diajak mengunjungi Taman Rekreasi Istana Majapahit. Ini bukan sebuah istana dari kerajaan Majapahit, namun sebuah taman wisata yang berada di Jalan Majapahit Semarang.

Veronica, warga Mranggen Kabupaten Demak mengaku, tiap liburan pada era 1980-an ia selalu mengunjungi Istana Majapahit. Ia yang sekarang bertugas di Kota Semarang mengaku saat itu Istana Majapahit menjadi simbol gengsi anak sekolah.

"Fasilitas utamanya memang kolam renang. Saat itu kolam renang adalah hal yang mewah. Tapi di dalam juga ada kebun binatang mini dan wahana permainan lainnya," kata Vero.

Pertumbuhan kota di sisi timur kota Semarang ternyata tak mampu diikuti oleh pengelola Taman Rekreasi Istana Majapahit. Tempat itu semakin menyempit, bukan secara area, namun kemampuan merawat wahana yang ada.

"Saya lupa terakhir tahun berapa, tapi saat itu memang sudah mengalami kemunduran," kata Vero.

Istana Majapahit pernah juga menjadi harapan para pedagang tiban saat lebaran. Tiap lebaran taman rekreasi Istana Majapahit penuh berjejal pengunjung. Bahkan untuk masuk saja harus antre. Antrean karena melebihi daya tampung inilah yang dimanfaatkan para pedagang makanan kakilima.

"Tiap lebaran, selalu berlimpah. Pengunjung nggak peduli harga makanan. Meski mahal mereka beli," kata Pak Sabar seorang pedagang soto.

Era tahun 1990-an Kelompok Wayang Orang Ngesti Pandawa harus berpindah homebase. Gedung Rakyat Indonesia Semarang (GRIS) yang dulu menjadi gedung pertunjukkan tetapnya dijual oleh Pemkot Semarang. Mereka kelimpungan mencari tempat manggung.

Berbekal pesangon dari Pemkot Rp 1 Milyar, Ngesti Pandawa menggelar pertunjukkan di gedung GRIS yang baru. Hanya bertahan beberapa bulan karena akustik dan setting gedung memang tidak diperuntukkan untuk pertunjukkan, akhirnya WO Ngesti Pandawa menggelar pertunjukkannya di hall Istana Majapahit.

Setiap hari pertunjukkan di Istana Majapahit ini sukses menghadirkan penonton dalam jumlah besar. Hari Senin-Rabu digunakan untuk pertunjukkan Wayang Orang, sedangkan Kamis malam untuk pertunjukkan ketoprak. Jumat-Minggu kembali menggelar Wayang Orang.

"Itu tiket nontonnya Rp 5 ribu. Saat-saat terakhir malah penonton 10 atau kurang mereka tetap main," kata Budi, warga Tlogomulyo Semarang.

Di era 1990-an itulah Istana Majapahit bisa bertahan dengan cukup bagus. Kolam renang dengan berbagai kedalaman tersedia. Setiap hari Minggu pagi, selalu ramai dengan anak-anak yang les renang. Otomatis taman rekreasi itu ramai.

"Dan malamnya juga ramai karena ada pertunjukkan wayang orang setiap hari. Tak jarang menghadirkan bintang-bintang nasional seperti Yati Pesek, Mamiek Podang, hingga Timbul Srimulat dan dalang Ki Manteb Sudarsono," kata Budi.

 

simak video pilihan berikut


Diserang Investor Retail

Bangunan penuh mural istana ini cat-nya mulai mengelupas dan berkesan seram. (foto: Liputan6.com / edhie prayitno ige)

Menjelang tahun 2000, banyak yang membangun kolam renang untuk memfasilitasi anak-anak yang berlatih atau les renang. Istana Majapahit otomatis mendapat kompetitor baru. Apalagi tak ada pembaharuan fasilitas disana.

"Saya lupa persisnya, tapi Ngesti Pandawa hengkang dari Istana Majapahit itu menandai matinya Taman Rekreasi bergengsi ini," kata Budi.

Almarhum Cicuk Sastrosudirdjo yang era 1990-an itu menjadi ketua Perkumpulan Wayang Orang Ngesti Pandawa pernah menyebutkan bahwa pihaknya tak dapat bertahan karena sewa gedung pertunjukkan itu terus naik. Sementara pendapatan murni mengandalkan jumlah tiket terjual.

"Jangankan untuk sewa gedung dan bayar awak wayang, untuk merawat perlengkapan wayang saja kami nombok. Bayangkan saja dengan pendapatan tiket tujuh orang, harga tiket Rp 10 ribu, sementara beaya produksi bisa mencapai ratusan ribu," katanya saat itu.

Tak jelas mulai kapan Istana Majapahit ini tutup. Gerak investor cukup cepat, salah satunya adalah tanah itu kemudian digunakan untuk retail swalayan. Secara luasan, area Istana Majapahit sudah berkurang.

"Sekarang malah parah mas. Nggak ada kegiatan apapun. Malam juga sepi kecuali warung-warung kakilima," kata Budi.

Patung Punakawan yang berdiri di depan pintu loket masih tersenyum. Tapi secara umum melihat gedung ini tak lagi bisa membuat tersenyum, justru perasaan horor yang menyelinap.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya