Incar Predator Seks Anak, Microsoft Deteksi Obrolan di Internet

Microsoft dikabarkan sedang mengembangkan alat untuk mendeteksi predator seks anak lewat fitur obrolan

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 11 Jan 2020, 16:00 WIB
Ilustrasi Pelecehan Anak (iStockphoto)​

Liputan6.com, Jakarta Raksasa teknologi Microsoft mengungkapkan bahwa mereka tengah mendeteksi sebuah alat yang mampu mendeteksi predator seks anak yang mencari mangsa lewat fitur obrolan di permainan gim daring.

Microsoft menamakan ini sebagai "Project Artemis." Alat ini secara otomatis akan memindai percakapan berbasis teks dan menilai potensi seseorang untuk mencoba menjadi predator seks dan mengeksploitasi mereka secara seksual.

Dikutip dari New York Post pada Jumat (10/1/2020), hasil laporan tersebut kemudian ditinjau oleh pemeriksa manusia, untuk kemudian ditindaklanjuti apakah ini harus dilaporkan ke penegak hukum atau tidak.

"Eksploitasi seksual dan pelecehan seksual anak secara daring dan deteksi child grooming secara daring, adalah masalah berat," kata Courtney Gregoire, chief child digital safety officer Microsoft seperti dikutip dari NBC.

Simak juga Video Menarik Berikut Ini


Mengembangkan Teknologi Pendeteksi Predator Seks Anak

Papan Nama Booth Microsoft di Computex 2017. Liputan6.com/Mochamad Wahyu Hidayat

Gregoire menambahkan, meski langkah ini bisa dianggap sebagai sebuah kemajuan, bukan berarti ini bisa menyelesaikan semua kasus semacam ini.

"Namun kami tidak terhalang oleh kompleksitas dan rumitnya masalah seperti itu," ujarnya dalam sebuah blog.

Alat ini sedang dalam pengembangkan oleh sebuah tim yang dipimpin oleh ahli forensi digital Hany Farid di Dartmouth College. Nantinya, mereka akan mulai dikaitkan di beberapa layanan obrolan daring serta gim Roblox.

Hari Jumat waktu setempat, mereka juga akan merilisnya secara gratis lewat organisasi anti-trafficking nirlaba Thorn.

Beberapa perusahaan teknologi sebelumnya juga dikabarkan telah membuat kecerdasan buatan untuk memerangi berbagai kejahatan di internet. Facebook diberitakan telah membuat alat untuk menghentikan revenge porn, sementara Google membuat alat untuk menemukan gerakan ekstremis di Youtube.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya