Sindrom Patah Hati Bahaya Bagi Kesehatan, Kenali Gejalanya

Jangan menyepelekan gejala dari sindrom yang satu ini

oleh Sulung Lahitani diperbarui 11 Jan 2020, 15:34 WIB
Gambar ilustrasi

Liputan6.com, Jakarta - Stres ekstrem akibat patah hati ternyata benar-benar dapat membahayakan kesehatan. Bahkan, para peneliti telah mengonfirmasi ini dalam beberapa tahun terakhir. Merkea menyebutnya sindrom patah hati.

Sindrom seperti ini terjadi tak hanya pada kehilangan seseorang yang dicintai. Sindrom patah hati juga bisa karena hewan peliharaan mati, perawatan medis yang penuh stres, kehilangan pekerjaan, atau bahkan stres karena akibat lainnya.

Sindrom ini umumnya menyerang wanita. Meski literatur medis tentang ini masih sangat jarang, tapi telah banyak kasus terungkap.

 


Selanjutnya

Ilustrasi Patah Hati (via spdi.eu)

Mengutip dari WebMD, selama periode 6 tahun, para peneliti dari MD Anderson Cancer Center di Houston menemukan 30 pasien yang menjalani pengobatan kanker memenuhi kriteria sindrom patah hati. Para peneliti mengatakan diagnosis harus dipertimbangkan pada pasien kanker yang mengalami nyeri dada.

Laporan lain menyajikan riwayat kasus dari dua wanita yang ditangani seorang dokter. Satu pasien dirawat karena penyakit paru-paru kronis sementara yang lain gastritis. Keduanya menunjukkan gejala sindrom patah hati.

 


Selanjutnya

Ilustrasi/copyright unsplash.com/Anthony Tran

Gejalanya dapat berupa saat jantung pasien "pecah," ruang pompa utama, ventrikel kiri melemah, dan menyebabkan rasa sakit serta sesak napas. Kondisi ini reversibel dan dapat menyebabkan komplikasi mirip dengan yang terjadi setelah serangan jantung.

Para ahli menduga itu disebabkan oleh membanjirnya hormon (seperti adrenalin) yang dihasilkan selama situasi stres yang membuat jantung tersengat. Lebih lanjut, gejala sindrom patah hati sering menyerupai serangan jantung, nyeri dada, sesak napas, mual, muntah, bahkan jantung berdebar.

 


Selanjutnya

Ilustrasi./Copyright pixabay.com

Kepala Bagian Kardiologi Klinis di Institut Kesehatan Spektrum Frederik Meijer Heart & Vascular di Grand Rapids, MI, Jefrrey Decker mengungkapkan bahwa sindrom patah hati tidak terjadi begitu saja setelah seseorang atau hewan peliharaan mati. Melainkan nyeri hebat terlebih dahulu memicu sindrom ini.

 


Selanjutnya

Ilustrasi./Copyright pixabay.com/freestocks

Ahli jantung di Memorial Hermann Heart & Vascular Institute Houston, Abhijeet Dhoble mengatakan bahwa lebih dari 6.200 kasus sindrom patah hati dilaporkan pada 2012 di Amerika Serikat, naik dari sekitar 300 pada 2006.

"Hampir selalu ada pemicu stres yang berbeda. Seringkali, seorang pasien mengalami banyak hal sekaligus dan membuat jantung mereka seperti tersengat," punkas Dhoble.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya