Liputan6.com, Jakarta Perhatikan tutur kata maupun perilaku ketika berhadapan dengan korban kekerasan seksual. Lalu, bagaimana kita bisa menghadapi korban kekerasan seksual dengan cara yang tepat?
Menurut dokter spesialis kedokteran jiwa Gina Anindyajati, dalam menghadapi kejadian seperti ini bisa dihadapi dalam dua setting.
Advertisement
"Yang pertama apakah kita sebagai profesional, seperti tenaga medis, pegawai pemerintahan, aparat penegak hukum, guru, dosen, wartawan, atau juga bisa kita sebagai personal, seperti keluarga, teman dekat, kolega, dan audiens," kata Gina.
Sebagai profesional maupun personal dalam menghadapi korban kekerasan seksual sama-sama perlu memperhatikan tindakan seperti berikut:
1. Kembangkan empati
Saat bertemu korban kekerasan seksual perlu mengembangkan empati dalam tragedi yang telah dialami olehnya. Dengan hal tersebut kita dapat berpikir jernih untuk membantu menuntaskan tragedi tersebut.
"Dengan empati kita bisa membantu korban dan orang-orang lain yang mungkin juga ikut terdampak pada tragedi tersebut," kata Gina.
2. Perhatikan kondisi psikis
Tidak hanya memperhatikan kondisi fisik korban tetapi juga peelu memperhatikan kondisi psikiatrik korban. Menurut Gina, dengan melakukan hal tersebut kita bisa membantu mengarahkan bertemu dokter untuk mendapatkan pengobatan yang tepat bagi korban.
3. Netral dan tidak menghakimi
Bersikap netral dan tidak menghakimi tidak hanya berlaku untuk pelaku kekerasan seksual, tetapi berlaku juga untuk korban.
Perlu diketahui juga perlu untuk menggunakan bahasa yang netral dan tidak menghakimi, bahasa yang juga tidak memberikan exposure terhadap kekerasan seksual.
4. Memberikan rasa aman
Wajib untuk kita memberikan rasa aman dan meyakinkan bahwa kerahasiannya akan terjaga.
5. Melaporkan kekerasan seksual yang terjadi
"Hanya dengan melaporkanlah kita dapat melindungi korban dan calon-calon korban lainnya," kata Gina.
Simak Video Menarik Berikut Ini:
6. Hindari Menanyakan 'Mengapa'
Ketika ada korban dari kekerasan seksual yang datang, untuk sebisa mungkin hindari menanyakannya dengan sebuah tanya "mengapa".
7. Tidak bergosip atas kejadian tersebut
Proses pemberitaan yang berlebihan memiliki resiko yang menyebabkan korban mengalami re-traumatisasi.
Korban atau orang lain yang pernah mengalami hal serupa akan terpapar kembali dengan adanya pemberitaan tragedi tersebut, yang pada akhirnya terjadi re-traumatisasi yang dapat memperburuk kondisi korban.
8. Menyediakan waktu mendengarkan keluh kesah si korban
Sediakan waktu untuk mendengarkan segala keluh kesah dari korban dan juga menolong dengan mencarikan atau mengantarkan ke tenaga profesional.
9. Berikan dukungan
Tetap menjaga hubungan baik dengan menanyakan kabar dari si korban dan menyisihkan waktu untuk memberikan perhatian dan dukungan.
10. Membangun rasa hormat
Terutama apabila kita sebagai audiens, yang tidak mengetahui korban secara dekat, wajib untuk membangun hubungan positif yang didasari pada rasa hormat, kenyamanan, dan keamanan.
Hargai privasi korban dan keluarga korban. Apabila tidak terlalu kenal dan dekat, tidak perlu untuk mencari informasi yang terlalu detail.
Penulis : Vina Muthi A.
Advertisement