Liputan6.com, Jakarta - Di Surabaya, Jawa Timur terdapat banyak kampung, mulai dari kampung wisata, kampung sejarah, dan kampung-kampung lainnya. Namun, apakah Anda tahu jika di Surabaya terdapat beberapa kampung yang unik?
Direktur Eksekutif Rujak Center for Urban Studies, Elisa Sutanudjaja mengatakan, kampung-kampung tersebut bisa menjadi Transit Oriented Development (TOD). Masyarakat dapat jalan kaki dari kampung untuk ke halte. Hal ini dapat mendorong masyarakat untuk memakai transportasi umum.
"Kampung-kampung yang seperti itu sudah memenuhi syarat untuk dikatakan sebagai transit oriented development. Asal, ada transportasi umumnya dekat situ. Jadi orang akan jalan kaki dari kampungnya untuk ke halte dan motor tidak menginvansi kampung-kampung,” kata Elisa saat berbincang dengan Liputan6.com, Jumat, 10 Januari 2020.
Selain itu, menurut Elisa, kampung-kampung di Surabaya mempunyai keunikan karena mempunyai aturan bagi pengendara motor yang akan melewati kampung tersebut, harus mematikan mesin motornya.
Baca Juga
Advertisement
Akibatnya, tidak bannyak motor yang berlalu-lalang di kampung tersebut. Elisa juga menyebutkan beberapa kampung yang sudah menerapkan sistem itu antara lain di Kampung Kemayoran dan Kampung Peneleh.
"Nah itu bagus banget, dan di open street maps, itu sudah diidentifikasi kampung mana yang tidak boleh motornya dinyalakan. Yang bagus dicontoh dari Surabaya, ya, itu. Bagaimana caranya bikin kampung, manajemen kampung yang bisa memaksa orang mematikan motor,” kata dia.
Bukan tanpa sebab, Elisa juga mengatakan beberapa dampak yang akan didapat jika kampung-kampung mempunyai aturan motor dilarang menyalakan mesinnya.
"Dampaknya, anak-anak aman bermain, dan udaranya juga lebih nyaman. Lalu gang-gangnya jadi ruang sosial warga sesungguhnya tanpa perlu takut dilewati motor. Lalu aktivitas sosialnya lebih hidup, pejalan kakinya lebih nyaman. Kalau misalnya di kampung itu langsung terhubung dengan halte BRT (bus rapid transit) atau apa pun, orang yang di kampung akan otomatis terdorong naik kendaraam umum. Karena jalan di gangnya nyaman," kata Elisa.
Elisa juga mengatakan, sistem tersebut membuat Surabaya memiliki nilai tambah, Namun, ia menyadari mempunyai sistem seperti itu sulit diterapkan di daerah lain. Akan tetapi, hal itu yang patut untuk dicontoh.
“Yang bikin keren surabaya sebenarnya bisa membuat kampung-kampungnya banyak yang bebas motor itu. Mesti ditiru di kota-kota lain, bagaimana caranya orang-orang surabaya bisa membuat kampungnya bebas motor itu. Di Jakarta kampung jadi shortcut, jalan tikus,” kata dia.
(Shafa Tasha Fadhila-Mahasiswa PNJ)