Din Syamsuddin: Jangan Manfaatkan Natuna dengan Sentimen SARA

Menurutnya, karena ketegangan di kawasan Natuna terjadi antara Indonesia dan China, maka isu rasial dinilai sangat mungkin berpotensi terjadi.

oleh Muhammad Radityo Priyasmoro diperbarui 14 Jan 2020, 02:17 WIB
Din Syamsudin nonton bareng film Cinta Laki-Laki Biasa

Liputan6.com, Jakarta - Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah yang juga Pendiri Centre for Dialogue and Cooperation among Civilizations (CDCC) Din Syamsuddin meminta masyarakat tidak terjebak isu rasial terkait polemik kawasan di Natuna.

Menurutnya, karena ketegangan di kawasan Natuna terjadi antara Indonesia dan China, maka isu rasial dinilai sangat mungkin berpotensi terjadi.

"Jangan memanfaatkan dengan sentimen sektarian, ras, maupun agama, itu tidak menguntungkan," tegas Din di Jakarta Selatan, Senin (13/1/2020).

Din Syamsudin menilai masyarakat Indonesia kerap terjebak dengan narasi klaim Pancasilais dan NKRI Harga Mati. Menurutnya hal tersebut tidak salah, namun untuk problem di kawasan Natuna saat ini Indonesia lebih memerlukan kehadiran dari aksi nyata elemen terkait.

"Kita sering terjebak dengan klaim-klaim tersebut, tapi bukan soal klaimnya tapi kehadiran kita dari Sabang sampai Merauke itu," lanjut Din.

Untuk itu, Din mendukung penyelesaian Natuna lebih mengutamakan jalan tengah atau the middle path. Sebab, Indonesia dapat melihat langkah strategis yang lebih tepat dan terukur.

"Jalan tengah ini pada hemat saya tidak berarti kita gamang goyang dalam prinsip, kita tetap terukur dalam prinsip namun luas dalam artikulasi," terang Din Syamsudin.

Din juga menyinggung terkait cara diplomasi yang diajarkan Bung Karno terkait Trisaktinya. Pertama, kemandirian kedaulatan dalam politik, berdaulat secara politik. Kedua, berdikari secara ekonomi, dan Ketiga berkemuliaan secara budaya bebas aktif.

"Cara Indonesia dan diplomasi Indonesia ya jalan tengah tadi," Din menandasi.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya