Kisah Perjuangan Nila, Anak Tukang Jamu yang Jadi Dokter

Dia pun pernah patah arang. Sebab, banyak yang berpendapat keluarganya tak bakal mampu membiayainya kuliah kedokteran

oleh Galoeh Widura diperbarui 14 Jan 2020, 09:00 WIB
Nila Munaya, dokter muda lulusan UMP, denga kedua orang tuanya yang berprofesi sebagai tukang jamu dan ASN. (Foto: Liputan6.com/Dok. UMP)

Liputan6.com, Purwokerto - Mimpi Nila Munaya, gadis kelahiran Brebes, Jawa Tengah, 10 Maret 1995, menjadi dokter akhirnya terwujud. Anak tukang jamu ini menjalani sumpah dokter di Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP), Senin, 13 Januari 2020.

Di balik capaian itu, Nila anak pasangan Sofwan Moh Ishom dan Nur Aeni ini harus melalui perjuangan berat untuk menggapai cita-citanya. Maklum, latar belakang ekonomi keluarganya sangat biasa, hanya sekadar cukup.

Seperti para bijak yang bilang gantungkan cita-cita di langit, Nila benar-benar menjalaninya. Tujuannya satu, sulung dari dua bersaudara ini ingin mengangkat derajat kedua orangtuanya dengan menjadi dokter.

Nila terlahir dari keluarga sangat sederhana. Ayahnya bekerja sebagai penjual jamu, sedangkan ibunya sebagai guru, mengabdi sebagai guru honorer 10 tahun yang lantas diangkat menjadi ASN tahun 2006 lalu.

Profesi orangtuanya yang sangat biasa itu tidak secuil pun membuat Nila rendah diri. Bahkan, kondisi keluarganya membuatnya Nila bertekad bulat mengerahkan segenap kemampuannya.

"Saya dari kecil ketika ditanya mau jadi apa? Saya jawab ingin menjadi dokter. Meskipun awalnya orangtua ragu dan khawatir tidak mampu membiayai kuliah saya,” ucapnya.

Latar belakang keluarganya yang sangat biasa itu pula yang membuat salah satu guru Nila di SD Brebes sana bersimpati. Bahkan, sang guru curhat kepada rekannya soal cita-cita Nila yang tinggi itu.

Fakta itu sempat membuat Nila gundah. Dia pun pernah patah arang. Sebab, banyak yang berpendapat keluarganya tak bakal mampu membiayainya kuliah kedokteran.

Simak video pilihan berikut ini:


Tekad Keluarga untuk Kuliahkan Nila

Fakultas Kedokteran (FK) UMP melantik 20 dokter baru, terdiri dari 14 dokter wanita dan 6 dokter pria, dalam Sumpah Dokter FK UMP di Aston Hote Purwokerto, Senin (13/1/2020). (Foto: Liputan6.com/Dok. UMP)

Tetapi, di tengah keterbatasan, kedua orang tuanya punya tekad kuat agar salah satu dari keluarganya menjadi dokter.

“Berkat dukungan dari semua pihak, kami percaya Allah akan memberikan rezeki dan memberi pertolonganNya, sehingga Insya Allah bisa menjalani semuanya sampai akhir," dia menuturkan.

Ibunda Nila, Nur Aeni bercerita, sejak kecil Nila memang bercita-cita menjadi seorang dokter. Aeni mengaku sempat mengatakan kepada Nila bahwa untuk menjadi dokter butuh biaya sangat banyak.

Tetapi, tekad anaknya memang bulat. Bagi keluarga, tak ada pilihan lain selain tekad kuat untuk menguliahkan anaknya menjadi seorang dokter.

“Dari keluarga saya memang hanya memiliki keinginan dan tekad yang kuat modal bismillah untuk memiliki harapan salah satu dari keluarga kami ada yang di bidang kesehatan, khususnya menjadi dokter,” kata Nur Aeni.

Nila menyelesaikan S1 Pendidikan Dokter di UMP, Banyumas, Jawa Tengah, tahun 2017. Ia lantas melanjutkan pendidikan ke jenjang Profesi Dokter (koas) di Rumah Sakit jejaring dan utama, satu tahun di RS Dr Soeselo, Slawi, selanjutnya ke Puskesmas Jatilawang, Banyumas, RSUD Salatiga, dan B2P2TOOT Tawangmangu untukk stase herbal.

Setelah melewati perjuangan panjang, Nila akhirnya melaksanakan sumpah dokter, Senin (13/1/2020) bersama dengan 19 dokter lainnya. Fakultas Kedokteran (FK) UMP melantik 20 dokter baru, terdiri dari 14 dokter wanita dan 6 dokter pria, dalam Sumpah Dokter FK UMP di Aston Hote Purwokerto, Senin (13/1/2020).

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya