Liputan6.com, Jakarta - Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo (SYL) berambisi Kementerian Pertanian (Kementan) harus mengembangkan komoditas yang memiliki nilai ekonomi dan meningkatkan devisa melalui akselerasi ekspor selama 5 tahun ke depan.
Sejalan dengan hal tersebut, ia menargetkan ekspor produk pertanian melonjak hingga 300 persen dalam kurun waktu 2020-2024. Itu akan turut ditunjang oleh target lain seperti peningkatan produksi minimal 7 persen per tahun, serta kerugian turun dari 12 persen menjadi 5 persen.
"Kemudian kami pun bertekad meningkatkan investasi pertanian dari Rp 54 triliun di 2019 menjadi Rp 200 triliun di 2024," terang dia dikutip dari pernyataan tertulis, Selasa (14/1/2020).
Baca Juga
Advertisement
Kementan akan semakin masif dalam pemanfaatan Kredit Usaha Rakyat (KUR) sektor pertanian. "Kami siapkan Rp 50 triliun per tahun. Gunakan KUR untuk perkuat permodalan para petani," sambungnya.
Syahrul melanjutkan, Kementan juga menargetkan peningkatan efisiensi biaya produksi, menumbuhkan pengusaha millenial hingga bertambah 2,5 juta orang, serta penyerapan tenaga kerja 50 juta orang.
Target lainnya, yakni penurunan daerah rawan pangan dari 18 persen menjadi 10 persen hingga pencegahan stunting lewat komoditas pangan yang terjaga baik.
"Yang terpenting lagi, Kami memastikan stabilitas harga gabah saat panen raya, melalui Komando Strategi Penggilingan Padi (Kostraling)," tandasnya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Kementan Lepas Ekspor Perdana Pupuk Organik Cair Jateng ke Malaysia
Sebelumnya, sda sekitar 10 ribu liter pupuk organik cair dan dekomposer senilai Rp 400 juta diekspor ke Malaysia. Setiap bulan, Indonesia akan mengekspor ke Malaysia sesuai teken kontrak yang dilakukan.
Dua negara lain, seperti Thailand dan Vietnam ternyata juga berminat untuk mengimpor pupuk organik cair produksi PT. Indo Acidatama Tbk yang berlokasi di Kebakramat, Kabupaten Karanganyar, Solo Raya, Jawa Tengah.
Terkait pengeksporan itu, Direktur Jenderal Sarana Prasarana Kementerian Pertanian, Sarwo Edhy, melepas ekspor perdana Pupuk Cair Organik produksi PT. Indo Acidatama. Tbk ke Malaysia, pada Jumat 13 Desember 2019.
"Sesuai visi pemerintah sesuai arahan presiden, Kementan akan mendorong peningkatan volume ekspor sektor pertanian hingga tiga kali lipat. Hal tersebut sudah ditekankan Mentan Sahrul Yasin Limpo," ujar Sarwo.
Sarwo juga menjelaskan bahwa produk pupuk organik cair dan dekomposer produksi PT. Indo Acidatama Tbk, ini sudah terbukti sangat baik (efektif dan efisien) di Kalimantan. Selain itu pupuk tersebut juga memiliki pH terbaik, dari 3 meningkat menjadi 5-6 lebih tinggi.
Sarwo didampingi Staf Khusus Menteri Pertanian Lutfi menjelaskan, sebelumnya sebanyak dua ton per hektar, lahan pertanian menggunakan dolomit atau kapur. Namun hasilnya sangat lambat. Namun dengan pupuk organik itu, hasil lebih cepat dan efisien dalam aplikasi maupun distribusinya ke lapangan.
"Ke depan sesuai arahan mentan dengan Konstratani, kami akan membangun unit pengolahan pupuk organik (UPO) di setiap kecamatan, hingga mamandirikan kebutuhan petani akan pupuk organik. Tentu kami akan terus membangun kerja sama dengan produsen pupuk organik dan dekomposer seperti PT. Indo Acidatama Tbk," jelas Sarwo.
Sementara produsen pupuk dan dekomposer PT. Indo Acidatama, Hartanto menjelaskan bahwa pengembangan produk mereka sudah berjalan lebih dari 12 tahun. "Kami merintis serta mensosialisasikan penggunaan pupuk organik cair ditingkat petani, dari Sabang hingga Merauke."
"Ini juga menjadi salah satu tanggung jawab kepada negara dan bangsa. Sebenarnya kita juga harus bertanggung jawab terhadap kerusakan lahan pertanian, akibat pemakaian pupuk anorganik yang tidak terkendali ditingkat petani," tambah Hartanto.
Marjinalisasi lahan pertanian akibat pupuk anorganik yang tidak terkendali tentu sangat merugikan petani. Oleh karena itu, Hartanto berharap agar pemerintah terus menggaungkan pemakaian pupuk organik, agar provitas usaha tani dapat ditingkatkan.
"Lihat seperti sekarang ini, ternyata problem marginalisasi lahan pertanian bukan semata-mata ada di negeri ini. Negara tetangga di Asean bahkan global saat ini merasakan dampak penggunaan pupuk anorganik yang tidak terkendali di tingkat petani."
Maka dari itu, Hartanto mengajak agar masyarakat terus mendukung pemerintah. Caranya dengan meningkatkan penggunaan pupuk organik, serta mengurangi penggunaan pupuk anorganik yang signifikan.
"Agar ke depan dunia usaha tani dapat menarik minat generasi muda kita," tegas Hartanto.
Advertisement