Liputan6.com, Bologna - Eks pembalap MotoGP asal Italia, Loris Capirossi, meyakini bahwa musuh utama Ducati bukanlah kurangnya usaha pebalapnya atau kurang kompetitifnya motor mereka, melainkan Marc Marquez.
Pernyataan itu dia sampaikan dalam wawancara dengan Paddock GP. Selama tiga tahun terakhir, Ducati menjadi runner up di belakang Marc Marquez lewat Andrea Dovizioso.
Advertisement
Hal ini membuat Capirossi yakin bahwa Ducati sejatinya punya pembalap yang hebat dan motor yang mumpuni. Namun, masalah terbesar pabrikan motor asal Italia itu adalah Marquez, yang kelewat perkasa.
"Ducati itu pabrikan besar. Menurut saya, mereka masih punya motor yang kompetitif. 2019 adalah musim perdana Danilo di tim pabrikan, dan ia belum bisa mengendalikan tekanan yang ada. Ia menang di Mugello, tapi musimnya seperti rollercoaster," ujar Capirossi soal Danilo Petrucci.
Di lain sisi, Capirossi juga meyakini bahwa Dovizioso harus mempertahankan mentalitasnya yang kuat demi mengalahkan Marc Marquez pada 2020, apalagi Ducati telah berusaha melakukan perubahan pada motor mereka.
Saksikan Video Marc Marquez di Bawah Ini
Mentalitas Menurun
"Dovi menjalani musim yang baik, karena kembali jadi runner up. Meski begitu, saya rasa melawan Marc membuat mentalitasnya sedikit merosot. Marc sangat sulit dikalahkan. Ducati memang bekerja keras merakit motor 2020, tapi masalah utama mereka bernama 'Marquez'. Jika tak ada Marc, Ducati pasti sudah juara," ungkapnya.
Pada 2019, Ducati hanya meraih tiga kemenangan, sangat berbeda dengan 2017, di mana mereka meraih enam kemenangan, serta 2018 saat mereka meraup tujuh kemenangan. Capirossi pun yakin penurunan ini bukan karena hengkangnya Jorge Lorenzo ke Repsol Honda.
Advertisement
Pengembangan Ducati
"Saya rasa tidak. Saya bahkan yakin bahwa pengembangan Ducati seutuhnya ada dalam tanggung jawab Dovi. Jorge jelas mencoba melakukan perubahan pada Desmosedici, tapi itu hanya berlaku untuk gaya balapnya. Tak ada tujuan lainnya," pungkas tiga kali juara dunia ini.
Sumber: Paddock GP
Disadur dari Bola.net (Anindhya Danartikanya, published 13/1/2020)