Liputan6.com, Jakarta - Direktur Pengembangan Investasi BPJS Ketenagakerjaan atau BP Jamsostek, Amran Nasution mengatakan, dana investasi perusahaan tersebut pada 2019 sebesar Rp 431 triliun. Sebagian besar dana tersebut diinvestasikan ke Surat Berharga Negara (SBN) dan sisanya ke obligasi.
"Sebanyak 58 persen SBN-nya. Kan ada obligasi BUMN, private. Nah itu total 62 persen. Tambah deposito 10 persen jadi ada 72 persen BPJamsostek itu fixed income. Enggak terkait dengan gonjang-ganjing index," ujar Amran di Hotel Bidakara, Jakarta, Selasa (14/1/2020).
Baca Juga
Advertisement
Selain SBN dan obligasi, BP Jamsostekjuga melakukan investasi di saham. Namun, saham yang dimaksud bukan saham gorengan seperti yang banyak dilakukan oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) bermasalah.
"Saham 18 persen. Tapi kita LQ45 semua. Kalaupun tidak LQ45 dulu dia LQ keluar. Contoh, kita ada Garuda kecil, terus terang dikit. Karena BUMN kan. Dulu dia LQ sekarang sudah tidak, keluar. Itu jumlahnya 1,89 persen," jelas Amran.
"Saham kita LQ 45. Full LQ 45. Jadi kita ngga mau main yang goreng-gorengan. Memang pada saat untung, untung sesaat, tapi pada saat rugi begini," sambungnya.
Hasil Investasi
Sementara itu, BPJS Ketenagakerjaan menargetkan meraup untung dari realisasi investasi sebesar Rp 36 triliun, namun baru terealisasi sebesar Rp 30 triliun. Target tidak tercapai karena target indeks saham tahun lalu direvisi dari 7.300 menjadi 6.299.
"Sudah keluar tapi masih bergerak. Insha Allah Rp 30 triliun. Targetnya Rp 36 triliun. Tidak tercapainya bukan karena apa. Tapi memang karena kondisi indeks kita mempunyai asumsi pada saat itu 7.300. Sekarang cuma 6.299 tutupnya," tandasnya.
Reporter: Anggun P. Situmorang
Sumber: Merdeka.com
Advertisement