Liputan6.com, Cirebon - Pemanfaatan teknologi marak dilakukan baik dalam kehidupan sehari-hari maupun kebutuhan ekonomi dalam berbagai skala. Bahkan, saat ini, teknologi merambah kepada perusahaan pembiayaan digital atau akrab disapa Fintech.
Sebagian orang menilai, maraknya perusahaan fintech khususnya yang melayani pinjam meminjam di Indonesia dinilai akan mengancam sektor usaha lain di sektor mikro, kecil, dan menengah (UMKM) seperti koperasi.
Namun, GM Kospin Sinar Merak Santoso (SMS) Cirebon Ridwan Fariddudin mengatakan, pada era teknologi ini, perkembangan usaha koperasi perlahan menyesuaikan diri.
Baca Juga
Advertisement
Sejumlah koperasi di Cirebon bahkan sudah mulai berpikir ke arah pemanfaatan fintech sebagai alat memudahkan anggota koperasi. Dengan layanan digital, anggota koperasi dapat menikmati berbagai kemudahan seperti mengecek saldo, transfer rekening antar bank, maupun antarkoperasi hingga pembelian pulsa dan mengisi saldo Gopay, Ovo, dan Dana.
"Kospin SMS salah satu koperasi yang sudah memanfaatkan digital atau fintech. Kami sendiri jujur sudah mengantisipasi perubahan atau disrupsi era teknologi yang memang sudah menggila," kata Ridwan Fariddudin, Sabtu (4/1/2020).
Dia mengatakan, Koperasi SMS merupakan salah satu koperasi simpan pinjam yang fokus kepada usaha kecil menengah. Tercatat ada 4.570 anggota yang bergabung ke koperasi SMS dan sudah menggunakan aplikasi bernama SMS Mobile.
Dia menjelaskan, SMS Mobile tersebut memudahkan anggota untuk melakukan pengecekan saldo dan keuntungan anggota secara seketika hingga isi pulsa. Tiap tahun, anggota koperasi SMS bertambah sekitar 1.000 orang.
"Memang bagi koperasi, ini merupakan hal baru, berbeda dengan perbankan yang sudah terlebih dahulu memanfaatkan teknologi finansial. Tapi kami terus berupaya menyesuaikan diri dengan perkembangan kekinian," kata dia.
Ridwan mengatakan, digitalisasi koperasi yang dikembangkan Koperasi SMS masih akan terus berkembang. Bahkan, kata dia, ke depan perkembangan digitalisasi koperasi mirip seperti perusahaan fintech.
Melihat perkembangan di sektor ekonomi, pemerintah seharusnya mendukung penguatan sektor ekonomi mikro. Sebab, sebagian besar penduduk Indonesia sekitar 50 juta berkembang di sektor UMKM.
"Jadi kalau pemerintah dukungannya ke Dana, Gopay, Ovo, Grab ya saya kira keliru karena ketika warga memanfaatkan itu uangnya akan ditarik keluar. Tapi ketika dukungan penuh terhadap pegiat koperasi atau ekonomi mikro maka uangnya ya muter di bawah," kata dia.
Menurut dia, esensi ekonomi bukan hanya teknologi tapi bagaimana uang uang dikelola bisa bermanfaat untuk masyarakat di bawah.
"Kalau koperasi sudah digital uang masyarakat Cirebon sudah pasti berputar di Cirebon. Apalagi kita sudah bayar pajak," kata dia.
Ridwan tidak memungkiri perkembangan koperasi ke depan sudah mengarah kepada fintech. Oleh karena itu, dia mengaku sudah mempersiapkan aplikasi yang lebih mempermudah anggota koperasi untuk bertransaksi maupun simpan pinjam.
Selain aplikasi SMS Mobile Banking, pihaknya tengah mengembangkan aplikasi branchless. Anggota yang hendak mengajukan pinjaman tak perlu ke kantor koperasi, cukup mengisi data di ponsel pintar anggota sendiri layaknya pengajuan pinjaman di perusahaan fintech.
"Untuk yang branchless masih dibahas internal anggota dulu.Uji coba dilakukan lewat marketing yang kami sebar di pasar tradisional. Jadi pedagang anggota Kospin SMS yang ingin pinjam tanpa harus ke kantor bisa lewat marketing kami. Secara seketika realtime saldo anggota otomatis berubah jika pinjaman disetujui. Kalau sekarang untuk mengajukan pinjaman anggota memang harus ke kantor," kata Ridwan.
Kospin SMS mulai menerapkan sistem digital sejak tahun 2016 lalu. Dia mengaku masih belum memiliki orientasi besar untuk beralih badan usaha menjadi Fintech.
"Kalau branchless sudah bisa diakses oleh semua anggota di Cirebon maka ke depan tidak menutup kemungkinan isi saldo koperasi bisa lewat mini market," kata dia.
Tetap Koperasi
Dia memastikan akan fokus mengelola koperasi dengan berbagai terobosan dan inovasi kekinian. Bahkan, kedepan Koperasi SMS akan menyasar kalangan millenial untuk turut serta membangun sektor ekonomi rakyat dengan ikut koperasi.
"Apapun jenis koperasinya saya kira kalangan millenial harus peduli dan berpartisipasi karena keuntungannya jelas. Nah tekfin hanya menjadi tools atau alat saja untuk modernisasi pengelolaan koperasi," kata dia.
Namun demikian, dia mengaku ada dua tantangan besar yang harus dilalui koperasi jika ingin bermigrasi dari manual menjadi digital. Di antaranya adalah mengedukasi anggota dan regulasi pemerintah tidak mempersulit izin usaha koperasi baru.
"Edukasi anggota penting karena sebagian besar anggota kami kan pedagang pasar kadang mereka menganggap ribet dan kami dengan sabar memberi penjelasan serta pendampingan sampai anggota paham," ujar dia.
Untuk menjadi anggota Kospin SMS, para calon anggota diminta membayar iuran sebesar Rp 30 ribu. Jumlah tersebut terbagi atas iuran wajib Rp 10 ribu, iuran pokok Rp 10 ribu dan sukarela Rp 10 ribu.
"Setelah terdaftar diberi kode e channel untuk bisa menikmati fitur dalam aplikasi SMS Mobile Banking. Kalau ganti HP harus register lagi, pendaftaran SMS Mobile banking berdasarkan nomor Imei," sambung dia.
Salah seorang anggota Kospin SMS Cirebon Roby mengaku merasakan manfaat dan kemudahan dalam mengakses koperasi digital. Roby bergabung ke Kospin SMS sejak tahun 2017.
Selama bergabung, Roby memanfaatkan fitur dan layanan yang tersedia di Kospin SMS ini. Baik untuk transaksi sampai melakukan pinjaman.
"Sebelum gabung saya tanya-tanya dulu ke orang pas jadi anggota tidak ribet dan semua mudah," kata dia.
Menurut dia, penggunaan aplikasi digital koperasi dapat memudahkan anggota. Terutama transparansi anggaran yang dimiliki setiap anggota. Dalam aplikasi, anggota koperasi juga diperbolehkan memiliki lebih dari dua rekening. Masing-masing rekening dapat digunakan sesuai keinginan.
"Kebetulan saya kan selain kerja ada usaha juga di rumah buka konter pulsa dan jual beli ponsel. Setiap kali karyawan saya setor ke Kospin SMS laporan langsung saya bisa cek lewat aplikasi jadi real time," ujar dia.
Sementara itu, Ketua Koperasi Harapan Sejahtera IAIN Syekh Nurjati Cirebon Edy Candra mengatakan koperasi digital yang dikelolanya merupakankoperasisimpan pinjam dan pembiayaan syariah.
Sebagian besar anggota koperasi merupakan pegawai negeri sipil (PNS) maupun non PNS di kampus IAIN Syekh Nurjati Cirebon. Untuk menjadi anggota koperasi, pengelola menerapkan kebijakan yang berbeda.
"Kalau untuk PNS simpanan pokoknya Rp 200 ribu, simpanan wajib Rp 100 ribu dan simpanan sukarela bebas. Untuk yang non PNS simpanan pokok Rp 100 ribu, simpanan wajib Rp 50 ribu simpanan sukarela bebas nilai," ujar dia.
Koperasi kampus yang dikelola Edy tersebut sudah menggunakan sistem digital. Edy ikut program yang dirilis Pemprov Jabar untuk penggunaan aplikasi bernama Smart kop.
Namun, untuk peminjaman, Koperasi Harapan Sejahtera lebih fleksibel kepada anggotanya. Anggota koperasi tak perlu menerima uang tunai jika ingin meminjam.
"Bisa melalui transfer, bisa datang ke kantor koperasi fleksibel saja tergantung keinginan anggota. Kami fleksibel karena kan anggota kami masih dari lingkup kampus jadi soal data anggota sudah kami ketahui," kata dia.
Besaran pinjaman, kata Edy sesuai kapasitas dan integritas anggota koperasi itu sendiri. Bisa dalam jumlah besar maupun jumlah kecil. Untuk pinjaman yang menggunakan agunan, Koperasi Harapan Sejahtera memiliki aturan tersendiri.
Jika pinjaman di bawah Rp 10 juta, peminjam tidak perlu menggunakan agunan. Jika pinjaman di atas Rp 10 juta, menggunakan agunan.
"Jangka waktu bisa sampai 5 tahun dan lebih fleksibel sesuai kebutuhan anggota dan kemampuan membayar karena kami kan berbasis syariah," ujar Edy.
Selain memudahkan anggota meminjam, layanan yang didapat dari Koperasi Harapan Sejahtera yakni cek saldo, bayar token, PDAM, listrik, isi pulsa.
"Bahkan nabung di koperasi kami bisa via transfer dan saldo akan terupdate secara otomatis. Kami sudah bekerjasama dengan perbankan syariah di Cirebon seperti BRI Syariah, Mandiri Syariah untuk memberikan layanan seperti bayar cicilan tanpa harus ke kantor," kata dia.
Advertisement
Menuju Fintech
Edy tidak memungkiri perkembangan usaha fintech mulai marak di Indonesia. Namun, Edy yakin keberadaan fintech tidak akan mengikis eksistensi koperasi jika dapat menyesuaikan diri.
Edy mengatakan, seiring dengan perkembangan, Koperasi Harapan Sejahtera sudah berpikir melakukan ekspansi ke fintech. Namun, kata dia, wacana tersebut belum menjadi prioritas.
"Kalau disetujui anggota ya mungkin kedepan koperasi bisa fintech pinjaman online jadi tidak terbatas hanya pada internal anggota di kampus saja. Tapi ini kan belum disetujui anggota , kalau nanti disetujui baru akan mengajukan apakah perlu ekspansi ke luar," ujar dia.
Dia mengatakan, jika koperasi tersebut memutuskan ekspansi ke fintech, akan mengambil model pinjaman online dan tetap berbasis syariah. Hanya saja, badan hukum dan regulasinya harus mengacu pada aturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
"Belum terburu-buru, kita hanya memanfaatkan tools-nya saja dulu," ujar dia.
Kabid Koperasi dan UMKM Dinas Perdagangan Koperasi dan UKM Kota Cirebon Saefudin Jupri mengaku selalu memantau perkembangan koperasi di Kota Cirebon. Bahkan, kata dia, Pemkot Cirebon memiliki program koperasi di tingkat RW.
Namun, pemanfaatan digital baru dilakukan oleh beberapa koperasi di Cirebon. "Dari catatan kami ada delapan koperasi di Cirebon yang menggunakan aplikasi atau sudah digitalisasi," sebut Jupri.
Dari data yang ada, tercatat 30 koperasi di Kota Cirebon yang sudah diberikan pelatihan mengenai digitalisasi. Namun, baru beberapa saja yang sudah mengaplikasikannya.
Pelatihan tersebut mulai dari tingkat Provinsi Jawa Barat hingga Kota Cirebon. Menurut dia, digitalisasi koperasi sangat baik untuk menunjang kinerja.
"Semua transparan anggota bisa melihat saldo tabungan mereka seketika. Bahkan sudah bisa transaksi antar bank dan itu kami apresiasi," ujar Jupri.
Saksikan video pilihan berikut ini: