Selain Jepang, Korea Selatan Berupaya Ajak India Gabung dalam RCEP

Hingga saat ini, India masih belum tergabung dalam perjanjian RCEP. Sejumlah negara tengah berupaya untuk menarik India, termasuk Korea Selatan.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 15 Jan 2020, 07:01 WIB
Duta Besar Republik Korea Selatan untuk Indonesia Kim Chang-Beom pada Press Conference Paparan Duta Besar Republik Korea, Selasa (14/1/2020). (Liputan6.com/Jihan Fairuzzia)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Luar Negeri Jepang Toshimitsu Montegi menyampaikan upaya yang sedang dilakukan pemerintah Jepang guna menarik India untuk tetap bergabung dalam kesepakatan Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (Regional Comprehensive Economic Partnership/RCEP) dalam kunjungannya ke kantor Sekjen ASEAN, Jumat lalu. 

Nyatanya, tak hanya Jepang yang melakukan upaya tersebut. 

Duta Besar Republik Korea untuk Indonesia, Kim Chang-beom juga menyampaikan upaya yang dilakukan oleh Korea Selatan untuk mengajak India kembali bergabung. 

"Kami harap pada East Asian Summit (EAS) selanjutnya di Hanoi, kami dapat melihat kesimpulan dari perjanjian RCEP," tutur Chang-beom. 

Ia turut menyampaikan bahwa masalah ini jadi salah satu perhatian khusus bagi pihak Korsel. Selain itu, pihaknya juga ingin bekerja sama lebih dekat bersama para negosiator Indonesia dan juga ASEAN. 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


India Keluar dari RCEP

Perdana Menteri Narendra Modi (AP)

RCEP merupakan suatu perjanjian di bidang ekonomi yang melibatkan sepuluh negara anggota Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara, ASEAN, tiga anggota ASEAN Plus Three dari Asia Timur serta dua anggota ASEAN Plus Six.

Total 16 negara yang terlibat yaitu Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, Brunei Darussalam, Vietnam, Laos, Myanmmar, dan Kamboja serta China, Jepang, Korea Selatan, Australia, Selandia Baru dan India. 

Namun, pada KTT ASEAN ke-35 yang diselenggarakan di Bangkok pada November 2019 lalu, India menyatakan tidak akan bergabung dalam pakta perdagangan RCEP.

Satu hal yang menjadi alasannya adalah khawatir atas dampak dari kesepakatan tersebut yang mempengaruhi masyarakat sipil India dan mata pencahariannya, yang mayoritas dari kalangan miskin. Selain itu, India juga khawatir bahwa produsen lokalnya akan terhimpit oleh produk-produk dari China. 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya