Liputan6.com, Jakarta Pemerintah Kota Surabaya melakukan berbagai upaya mengantisipasi banjir selama musim hujan tahun ini salah satunya membangun saluran air, termasuk pembangunan box culvert di hampir seluruh wilayah Kota Pahlawan, Jatim.
Kepala Dinas PU Bina Marga dan Pematusan Kota Surabaya, Erna Purnawati mengatakan bahwa sampai saat ini saluran baru ini sudah mencapai 293,87 kilometer. Saluran air ini terus disambungkan hingga hilirnya ke laut, Senin 14 Januari 2020.
"Kami terus mengerjakan proyek box culvert di berbagai titik yang belum selesai," kata Erna, dilansir dari Antara.
Baca Juga
Advertisement
Selain itu, lanjut dia, pengerukan sungai dan saluran terus dilakukan, hingga saat ini hasil pengerukan itu mencapai 2.865.002 meter kubik. Sedangkan lumpur hasil pengerukan itu dimanfaatkan untuk membangun lapangan, taman, makam, boezem, sekolah, rusun, pasar, dan berbagai fasilitas pemerintahan lainnya.
"Setelah kami hitung, ternyata ini dapat menghemat APBD sebesar Rp13-75 miliar per tahun," ujarnya.
Antisipasi lainnya, kata dia, Pemkot Surabaya terus memperbanyak rumah pompa dan menambah kapasitas pompa airnya. Hingga saat ini, di Surabaya sudah ada 59 rumah pompa yang tersebar di berbagai lokasi di Kota Surabaya.
Setiap rumah pompa itu memiliki beberapa pompa air dengan dengan kapasitas yang bermacam-macam. Khusus pompa banjir berkapasitas 1-5 meter kubik perdetik sudah ada 204 unit, sedangkan pompa Sludge berkapasitas 0,25 meter kubik perdetik ada 66 unit.
"Kami juga terus menambah bozem atau waduk. Hingga saat ini sudah ada 72 bozem dengan luas 1.446.925 meter persegi dan volume 6.008.139 meter kubik. Kami juga revitalisasi brandgang dengan pengerukan, rehabilitasi, dan pelarangan membangun gedung di atasnya," ujarnya di Surabaya.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini
Antisipasi Banjir Rob
Sedangkan untuk mencegah banjir rob yang diakibatkan oleh air laut yang pasang, lanjut dia, Pemkot Surabaya membangun Tanggul Kali Lamong yang panjangnya 8 kilometer lebih. Selain itu, pintu air yang berbatasan dengan laut juga ditinggikan dan diperbaiki, sehingga dipastikan ketika air laut pasang, tidak masuk ke daratan.
"Kami juga memperbanyak ruang terbuka hijau dan pohon-pohon di semua wilayah Surabaya untuk menyerap air lebih banyak. Hingga saat ini jumlah total luasan RTH di Surabaya 7.290,53 hektare atau sama dengan 21,79 persen dari luas wilayah Kota Surabaya," kata Erna.
Ia memastikan bahwa berbagai upaya itu tidak cukup sampai di situ. Namun, ke depan Pemkot Surabaya masih akan terus menambah saluran air dan menyelesaikan beberapa proyek box culvert yang belum selesai.
Selain itu, ruang terbuka hijau akan terus ditambahkan dan pengerukan saluran dan sungai akan terus menjadi aktivitas rutin ke depannya.
"Rencananya kami akan menambah pompa air di 18 titik di Kota Surabaya dan berencana menambah kapasitas pompanya, sehingga proses ini akan terus berlanjut hingga akhirnya Kota Surabaya terbebas dari banjir," katanya.
Diketahui sejak awal Tri Rismaharini menjabat Wali Kota Surabaya pada tahun 2010-2011, hampir separuh atau 50 persen wilayah Kota Surabaya kebanjiran. Dengan kegigihannya membuat skema penanganan banjir dan perbaikan di semua sektor, akhirnya banjir di Kota Surabaya nyaris tidak lagi ditemukan. Meskipun masih ada genangan air, dapat dipastikan air itu akan cepat surut seiring berhentinya hujan.
Pengalaman kebanjiran 10 tahun silam, pasti masih melekat di benak warga Kota Surabaya. Mereka masih ingat betul ketika berjibaku dengan air, baik di rumah maupun di jalanan Surabaya. Bahkan, tak jarang kawasan Mayjen Sungkono, terutama komplek Darmo Park Vida Swalayan menenggelamkan sepeda motor yang sedang diparkir.
"Waktu itu saya lihat bioskop di sana (Darmo Park Vida Swalayan), baru 1 jam hujan, lha kok sepeda saya sudah tenggelam, tinggal kelihatan spionnya saja, sedih saya. Sekarang, saya sudah tidak melihat itu lagi di Vida, aman terkendali sekarang," kata Suparno, warga Dukuh Pakis, Kelurahan Dukuh Pakis, Kecamatan Dukuh Pakis.
Advertisement
Pengalaman Banjir Warga Surabaya
Pengalaman yang sangat menyedihkan juga dialami oleh Sri Wahyu Indrayanti, warga Jalan Simo Katrungan Baru, Kelurahan Petemon, Kecamatan Sawahan, Surabaya. Sekitar tahun 2000-an, hujan turun sejak sore hingga malam, sehingga banjir pun tak terhindarkan.
Malam itu, dia bersama keluarganya harus gotong royong mengangkut lemari, kulkas, kipas, televisi dan berbagai perabotan rumah tangga supaya tidak terkena air.
Saat itu, kata dia, hujan tak kunjung reda dan banjir pun semakin meninggi. Akhirnya, lewat tengah malam, dia bersama keluarganya terpaksa mengungsi di rumah tetangganya yang baru dibangun dan belum ditinggali karena jendela-jendelanya belum selesai.
"Kami terpaksa tidur di rumah tetangga yang rumahnya masih tahap pembangunan. Kedinginan, sedih, kecewa campur aduk menjadi satu. Itu tidak akan pernah saya lupakan sepanjang hidup saya," kata Sri mengisahkan pengalaman kebanjiran.
Bagi Sri, pengalaman itu menjadi kisah kelam yang hanya bisa dikenang. Kini, ia sangat bersyukur sudah tidak lagi kebanjiran setelah banyak pembangunan box culvert dan saluran di daerahnya. Ia juga merasa pembangunan yang dilakukan oleh Pemkot Surabaya benar-benar dirasakan oleh warga.
"Sekarang kalau hujan deras banget, baru ada genangan sedikit di sekitar rumah saya. Genangan itu surut berbarengan dengan hujan reda. Bersyukur bangetlah pokoknya," kata dia.