Liputan6.com, Jakarta - Surabaya, salah satu kota metropolitan di Indonesia dengan jumlah penduduk mencapai 2,87 juta jiwa pada 2017. Meski kota metropolitan, banyak kisah masa lalu yang terjadi di kota ini dan menjadi sejarah, termasuk soal pendidikan.
Pendidikan di Surabaya pada masa kolonial Belanda bisa dikatakan belum merata karena banyaknya sekolah di Surabaya hanya menerima mahasiswa Belanda dan elite pribumi. Namun, seiring waktu sektor pendidikan di Kota Pahlawan menjadi perhatian untuk menciptakan sumber daya manusia (SDM) berkualitas.
Berbicara tentang pendidikan di Surabaya, hal ini tidak bisa lepas dari salah satu universitas yang ada di kota pahlawan ini, yaitu Universitas Negeri Surabaya. Universitas Negeri Surabaya (UNESA) adalah salah satu Perguruan Tinggi Negeri (PTN) yang ada di Surabaya.
Baca Juga
Advertisement
Mengutip dari laman web resmi unesa.ac.id, Rabu (15/1/2020) sejarah mengenai UNESA tak bisa dipisahkan dari IKIP Surabaya yang mulai sekitar 1950. Awalnya, kursus B-I dan B-II bidang Ilmu Kimia dan Ilmu Pasti memanfaatkan kelas dan laboratorium dari Hoogere Burger School (HBS).
Kursus tersebut diselenggarakan di kota Surabaya guna memenuhi kebutuhan tenaga guru tingkat SLTP dan SLTA. Kursus-kursus tersebut di antaranya B-I dan B-II Kimia, B-I dan BII Ilmu Pasti, B-I Bahasa Inggris, B-I Bahasa Jerman, B-I Teknik, B-I Pendidikan Jasmani, B-I Ekonomi, B-I Perniagaan, dan B-I Ilmu Pesawat.
Kemudian pada 1957, kursus-kursus B-I dikelompokkan menjadi dua, Kursus B-I Umum yang meliputi bahasa Inggris dan bahasa Jerman, dan Kursus B-I Kejuruan, yang meliputi Kimia, Ilmu Pasti, Ekonomi, Perniagaan, Teknik, Pendidikan Jasmani, dan Ilmu Pesawat. Kursus-kursus tersebut berlangsung sampai 1960.
Berbarengan dengan keinginan menghilangkan dualism kursus B-I dan B-II dengan lulusan yang tidak bergelar, dan Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan (FKIP) yang menghasilkan lulusan bergelar, sesuai Ketetapan MPRS No. 11/MPRS/1960 kedua kursus tersebut diintegrasikan ke dalam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) yang mencetak guru sekolah lanjutan.
Setelah itu, berdasarkan SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 6/1961 pada 7 Februari 1961 digagas menjadi salah satu fakultas dalam FKIP Universitas Airlangga Cabang Malang dengan nama FKIP Universitas Airlangga Cabang Surabaya.
Kemudian dengan berdirinya Akademi Pendidikan Guru (APG) pada 1962 yang kemudian menjadi Institut Pendidikan Guru (IPG) muncul kembali dualisme. Dalam upaya menghilangkan dualisme tersebut, dilakukan integrasi IPG dengan FKIP menjadi Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) berdasar Surat Keputusan Presiden nomor 1/1963 tertanggal 3 Januari 1963.
Pada 20 Mei 1964 hingga ekitar 19 Desember 1964, FKIP Universitas Airlangga di Malang, statusnya berubah menjadi IKIP Malang Pusat dan FKIP Universitas Airlangga Cabang Surabaya berubah menjadi IKIP Malang Cabang Surabaya.
Pada 19 Desember 1964 secara resmi IKIP Surabaya berdiri sendiri dengan pimpinan suatu presidium berdasarkan SK Menteri Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan nomor 182/1964. Pada 1964 IKIP Surabaya mempunyai lima fakultas, yaitu:
1. Fakultas Ilmu Pendidikan
2. Fakultas Keguruan Ilmu Sosial (FKIS)
3. Fakultas Keguruan Sastra Seni (FKSS)
4. Fakultas Keguruan Ilmu Eksakta (FKIE)
5. Fakultas Keguruan Ilmu Teknik (FKIT)
Kemudian pada 1 Maret 1977, Sekolah Tinggi Olahraga (STO) berintegrasi dengan IKIP Surabaya, dan pada 22 Februari 1977 resmi menjadi Fakultas Keguruan Ilmu Keolahragaan (FKIK). Dengan ini, IKIP Surabaya mempunyai enam fakultas Berdasarkan Peraturan Pemerintah R.I. nomor 27/1981.
Setelah itu, untuk menyelenggarakan perluasan mandate (wider mandate), IKIP Surabaya berubah menjadi Universitas Negeri Surabaya (UNESA) berdasar SK Presiden RI nomor 93/1999 tertanggal pada 4 Agustus 1999.
(Shafa Tasha Fadhila-Mahasiswa PNJ)