Liputan6.com, Semarang - Deklarasi dan pengumuman berdirinya kerajaan Keraton Agung Sejagat yang ternyata hanya berumur beberapa hari, menyisakan sejumlah jejak. Sang raja, Sinuhun Toto Santoso Hadiningrat ternyata memiliki jejak suram sejak lama.
Pada 2016, Toto Santoso pernah mendirikan organisasi kemasyarakatan bernama "Jogjakarta Development Committee" atau Jogja DEC. Saat itu Jogja DEC dicurigai punya kemiripan dengan Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar).
"Jogjakarta Development Committee bukan Gafatar ataupun Gafatar jilid dua, bukan teroris, akan tetapi didirikan dengan penuh welas asih untuk memanusiakan manusia," kata Toto yang saat itu menjadi Dewan Wali Amanat Panitia Pembangunan Dunia untuk Wilayah Nusantara.
Baca Juga
Advertisement
Saat itu sang Raja Keraton Agung Sejagat, Toto menyebut, Jogja DEC didirikan untuk membantu menjalankan misi kemanusiaan. Organisasi ini memiliki jaringan tingkat dunia yang didanai Lembaga Keuangan Tunggal dunia ESA Monetary Fund yang berpusat di Swis.
Menurut Toto, DEC masuk Indonesia pada 2014 dan pertama mensosialisasikan gerakannya di Yogyakarta. Saat itu DEC berjanji akan memberikan dana antara USD50-200 kepada anggotanya.
Dalam konfrensi pers yang ia gelar di Ndalem Pujokusuman, Keparakan, Margangsan, Yogyakarta, Toto mengatakan pemilihan mata uang dolar Amerika adalah solusi agar perekonomian Indonesia dan dunia tak terpuruk, yang bisa menyebabkan potensi perang dunia ketiga.
Bagi mereka yang telah bergabung maka akan mendapatkan NIK (Nomor Induk Kemanusiaan) yang disebutnya bersifat global. Ketika itu Toto mengklaim dirinya telah memiliki pengikut sebanyak 10 ribu orang.
Pertemuan yang diadakan Toto di Ndalem Pujokusuman 2016 keberatan karena rumahnya menjadi lokasi pertemuan organisasi Jogja DEC tanpa izin. Bahkan Acara tersebut juga tak diketahui RT/RW setempat.
Tentu saja ini cerita lama, jauh sebelum kerajaan Keraton Agung Sejagat dideklarasikan.
Jogja DEC
Saat itu Toto menyebut tak menarik biaya dari anggotanya, namun salah seorang anggota mengaku membayar Rp15 ribu untuk bisa bergabung. Saat itu masyarakat Cangkringan Sleman mendapat sosialisasi bahwa Jogja DEC mengajak masyarakat yang mau ikut menjadi anggota, dengan syarat membayar uang pendaftaran sebesar Rp20 ribu, dan setelah menjadi anggota akan digaji Rp5 juta per bulan.
Untuk menjadi anggota, tidak ada ketentuan khusus, dan setiap anggota yang sudah mendaftar akan diberikan diklat. Kepada anggota yang sudah terdaftar akan diberikan BLK (Bantuan Langsung Kemanusiaan) sebesar USD50-100 per bulan per orang dan asuransi jiwa sebesar USD100.
Setelah resmi menjadi anggota, akan mendapat NIK (Nomor Induk Kemanusiaan) yang terdaftar dalam pengkajian informasi terpadu seluruh Indonesia dan diberi kartu identitas (ID Card). Jogja DEC juga menggunakan logo PBB dan menyebut sumber dananya berasal dari Swis.
Dalam deklarasi kerajaan Keraton Agung Sejagat, Totok Santoso Hadiningrat menyebut dirinya Sinuhun, sehingga pengikutnya juga memanggil demikian. Sedangkan istrinya dipanggil dengan sebutan Kanjeng Ratu.
Para pengikut tersebut bukan dari desa sekitar, namun justru banyak berasal dari Yogyakarta.
Advertisement
Keyakinan Punggawa Kerajaan
Tim Liputan6.com mencoba mencari informasi dari salah satu pengikutnya. Linda, seorang warga Sleman mengaku terlibat dalam keanggotaan Keraton Agung Sejagat itu. Ia disebut sebagai 'punggawa kerajaan'.
"Ini nyata lho. Bukan hoaks. Kerajaan Agung Sejagat muncul sebagai pelunasan janji 500 tahun runtuhnya kerajaan Majapahit tahun 1518," katanya melalui sambungan telepon.
Linda juga mengatakan, munculnya Keraton Agung Sejagat itu untuk menyambut kehadiran Sri Maharatu (Maharaja) Jawa kembali ke tanah Jawa.
Linda menyebutkan bahwa di masa lalu Toto Santoso memang terlibat dalam Jogja-DEC. Namun saat ini posisinya sudah dilepas.
Menirukan ucapan Toto yang menunjukkan sejumlah dokumen, Linda menyebutkan bahwa Keraton Agung Sejagat sudah didaftarkan di Mahkamah Internasional. Sengaja mengambil lembaga dunia karena kerajaan ini akan menjadi pusat kekuasaan dunia.
"Tinggal disahkan oleh Mahkamah Internasional," katanya.
Tak hanya itu, Linda juga menyebut bahwa para pejabat juga sudah tahu tentang hal ini, termasuk Presiden Joko Widodo.
Linda mengaku tak tahu proyeksi kerajaan ini akan seperti apa jika benar-benar mendapat pengesahan. Ia tak berani mendahului para konseptor kerajaan.
"Pak Toto ini kan punya darah Raja Solo, dan istrinya juga trah Raja Yogya," kata Linda.
Apakah nasib para Punggawa Keraton Agung Sejagat itu akan bernasib sama dengan anggota Jogja-DEC atau Gafatar setelah sang Raja dan sang Ratu ditangkap.
"Saya yakin tidak. Gusti Allah sudah menghendaki munculnya kerajaan ini," katanya.
Simak juga video pilihan berikut ini: