Hangatnya Sajian Asinan Sawi Kering, Penganan Khas Imlek Warga Garut

Sebagai sayuran yang kaya kalori, sayuran sawi siap disajikan dalam keadaan hangat, menemani perayaan Imlek 2020.

oleh Jayadi Supriadin diperbarui 16 Jan 2020, 07:00 WIB
Kiki, petani sayuran sawi asal Garut, Jawa Barat, menunjukan asinan sawi kering siap dikirim untuk menemani perayaan imlek 2020 kali ini (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Liputan6.com, Garut - Menggunakan lahan pertanian semi kering, sekitar empat petani Kampung Hegar Sari, Kecamatan Kadungora, Garut, Jawa Barat, tampak sibuk mengatur ribuan batang tanaman sawi kering yang baru saja dipanen, untuk perayaan Tahun Baru Imlek 2020.

Mereka terlihat berbagi tugas, mulai mengaduk pencampuran tanaman, menjemur hingga mengemasi tanaman sawi kering hasil dari fermentasi sederhana yang baru saja mereka lakukan.

Bagi masyarakat Garut produk itu terlihat biasa, tetapi jangan salah hasil asinan sawi kering asal kota Dodol ini, kerap menjadi hidangan santapan utama saat perayaan Imlek berlangsung.

"Produk kami biasanya dibawa (dipasarkan) ke Pontianak, Singapura bahkan Jepang," ujar Kiki Ucup (30), salah satu petani asinan sawi kering, saat ditemui Liputan6.com di area tanamnya, Rabu (15/1/2020).

Menurutnya, proses pengolahan fermentasi asinan sawi kering yang dilakukan masyarakat sekitar Kadungora, sudah berlangsung sejak lama. Awalnya, masyarakat mengenal sayuran itu kerap disajikan dalam keadaan segar, sebagai lalapan, tetapi kini telah berubah.

Selain keuntungan yang terbilang besar dengan harga jual tinggi, proses pengerjaan pun terbilang mudah dan sederhana. Tercatat hanya pasokan terik matahari yang kerap mereka keluhkan, seiring mulai masuknya musim hujan.

"Pengeringan menjadi sedikit lambat, sebab faktor utama (kesuksesan) pengeringan asinan sawi ya penyinaran tadi," dia menerangkan. 

Kiki menyatakan berdasarkan informasi yang ia peroleh, seluruh asinan sawi kering yang dihasilkan, kerap digunakan saat perayaan Imlek berlangsung.

"Katanya justru disajikan dalam keadaan segar (setelah diolah) menjadi bahan pelengkap sajian lainnya saat Imlek," kata dia.

Untuk satu kilogram asinan sawi kering ia jual di kisaran harga Rp 16-20 ribu per kilogram, sementara sawi segar yang masih berada di area pertanian atau pasar becek tradisional, hanya dihargai Rp700 –1.000 per kilogram.

"Lumayan setahun sekali khusus Imlek, kebutuhannya cukup tinggi hanya sekitar satu bulan menjelang dan sesudah Imlek," kata dia.

 

 

 


Proses Fermentasi

Ribuan batang tanaman sawi segar tengah dikeringkan setelah menjalani proses fermentasi sederhana di area pertanian Kadungora, Garut, Jawa Barat (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Kiki menyatakan, proses fermentasi dan pengeringan asinan sawi kering khas Imlek ini terbilang mudah dan sederhana. Siapkan bahan tanaman sawi segar dengan garam secukupnya.

"Patokannya untuk satu ton tanaman sawi, garamnya satu kuintal dengan campur air sekitar 35 liter," kata dia.

Kemudian aduk dan campurkan ketiga bahan tersebut, dalam sebuah terpal anti air sebagai media utama dalam proses fermentasi asinan sawi kering tersebut.

"Upayakan seluruh bahan dan garam serta air harus bercampur dengan rata, kalau tidak nanti busuk," kata Tuti (30), istri Kiki yang turut serta di lapangan, menerangkan.

Setelah ketiga bahan itu tercampur rata, kemudian simpan hingga tiga hari sebelum dilakukan pengeringan dengan cara menjemurnya di bawah terik sinar matahari, di area lahan pertanian yang sudah disiapkan.

"Biasanya pengeringan juga dilakukan sekitar tiga hari, namun tergantung cuaca juga, kalau hujan bisa lebih lama," ujar dia.

Asinan sawi kering yang siap dipanen, ujar dia, biasanya memiliki tekstur agak kaku dengan kandungan kadar air sekitar 15 persen, dari jumlah awal sebelum fermentasi tanaman sayuran itu berlangsung.

"Patokannya dari satu ton sawi basah, hanya dihasilkan sekitar 150 kilogram asinan sawi kering siap panen," kata dia. 

Tidak ada rahasia yang disembunyikan dalam proses fermentasi itu, tetapi lambannya pengeringan, ujar dia, kerap menjadi kendala utama yang dihadapi petani, saat proses fermentasi asinan sawi dilakukan.

"Siapa pun bisa melakukan asal bahannya tersedia, prosesnya cukup mudah," kata dia.

Selain menyehatkan, ia berharap asinan sawi kering yang dihasilkan memberikan nilai tambah ekonomi bagi masyarakat. "Saya pernah menghasilkan hingga lima ton selama persiapan Imlek berlangsung," dia menceritakan salah satu capaian tertinggi selama lima tahun terakhir.

Seperti diketahui, saat perayaan hari raya Imlek berlangsung, setiap anggota keluarga dari keluarga masyarakat Tionghoa akan berkumpul di sebuah tempat untuk mensyukuri pergantian tahun tersebut.

Mereka bakal meluapkan kegembiraan sesama anggota keluarga dengan ceria. Tak lupa deretan makanan lezat kombinasi makanan tradisional Tionghoa dan makanan Indonesia turut disajikan, sebagai kebiasaan mereka dalam perayaan Tahun Baru kalender Tionghoa tersebut.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya