Bukan di Swiss, Pemandangan Gurun Salju Ini Ada di Arab Saudi

Salju di wilayah barat laut Arab Saudi membuat warga gembira. Pariwisata pun meningkat.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 15 Jan 2020, 12:11 WIB
Salju turun di wilayah barat laut Arab Saudi. Unta turut menikmati pemandangan. Dok: Twitter Kedubes Arab Saudi di AS @SaudiEmbassyUSA

Liputan6.com, Tabuk - Arab Saudi kedatangan salju di wilayah pegunungan barat daya. Warga pun tampak asyik menikmati pemandangan gurun yang berselimut putih salju.

Dilaporkan Arab News, Rabu (15/1/2020), wilayah yang mengalami hujan salju adalah daerah utara Tabuk dan Jabal Al Lawz, Al-Daher, dan pegunungan Alqan. Wilayah bersalju di Saudi adalah destinasi wisata populer.

Aparat pun bersiaga di jalan-jalan untuk mengamankan situasi. Kedubes Saudi di Amerika Serikat (AS) menyebut salju juga turun di daerah proyek kota futuristik NEOM yang berlokasi di Tabuk.

Warga Arab Saudi pun membagikan foto-foto salju itu di media sosial. 

Salah satu warganet di kota Arar di utara Arab Saudi berkata: "Ini bukan Kanada! Ini bukan Swiss! Ini bukan Alaska! Ini Kerajaan Saudi Arabia!"

Tak hanya manusia, unta pun turut memandangi salju yang menggantikan padang yang biasanya kering. Ini bukan pertama kalinya salju Arab Saudi heboh di media sosial, tahun lalu salju juga turun di Tabuk.

Situs cuaca AccuWeather menyebut salju kali ini terjadi karena ada badai dari selatan Eropa dan Mediterania yang datang ke Timur Tengah pekan lalu. Udara dingin pun ikut terbawa dan hasilnya turun salju.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:


Arab Saudi Kini Tak Pisahkan Pria dan Wanita Saat di Restoran

Ilustrasi restoran

Andalan Arab Saudi untuk menarik wisatawan tak hanya salju. Kerajaan ultra-konservatif ini melakukan reformasi sosial demi menunjang investasi. Salah satunya dengan tak lagi memisahkan pria dan wanita di restoran. Aturan ini juga berlaku di kota suci Makkah.

Dilaporkan Arab News, Wali Kota Makkah Mohammed Abdullah Al-Quwaihis berkata amendemen aturan ini juga diharapkan memudahkan kehidupan warga dan wirausahawan.

"Aturannya akan positif dan melonggarkan banyak syarat dan larangan, tetapi mereka tidak akan mempengaruhi inti pekerjaan dalam hal kesehatan masyarakat dan makanan, dan keputusan ini akan menambah aliran investasi dan jumlah serta bermacam jenis restoran," ucapnya.

Pelonggaran aturan ini dilakukan atas regulasi Kementerian Bidang Munisipalitas dan Pedesaan Arab Saudi. Kementerian menetapkan restoran tak perlu lagi pula memisahkan pintu masuk antara laki-laki dan perempuan.

Keputusan ini pun disambut baik oleh pengamat serta para pebisnis Arab Saudi. Faktor biaya menjadi sorotan pebisnis yang menyebut pemisahan pria dan wanita membuat ongkos bertambah.

"Kami memiliki masalah pertambahan biaya karena diwajibkan membuat dua counter untuk dua bagian berbeda, dan sekarang dengan adanya amandemen ini kementerian telah membantu kami untuk mulai bekerja dan mengurangi biaya," ucap Nasser Al-Shalhoub, pemiliki toko kopi Chaoua.

Selain biaya, amandemen ini disambut positif karena memberi keleluasaan bagi pemilik restoran untuk mengatur denah. Selama ini, aturan pemisahan gender di Arab Saudi membuat bagian keluarga selalu penuh, sementara bagian khusus pria biasanya sepi.

"Bagian keluarga biasanya penuh. Kamu seringkali tak bisa mencari tempat duduk sementara bagian pria biasanya kosong karena mereka tak pergi ke restoran sesering wanita," ujar Ruba Al-Harbi, manajer restoran dan influencer kuliner. 


Reformasi Sosial

Presiden AS, Donald Trump berjabat tangan dengan Putra mahkota Arab Saudi, Pangeran Mohammad bin Salman di Gedung Putih, Selasa (20/3). Kunjungan ini sebagai bagian dari perjalanan ke Amerika di ketegangan antara Arab Saudi dan Iran. (AP Photo/Evan Vucci)

Analis compliance Dareen Rajeh berkata perlu waktu bagi restoran di Arab Saudi untuk membiasakan diri akan regulasi baru ini. Ia pun menyambut baik aturan ini agar pandangan masyarakat bisa semakin terbuka.

"Kita perlu memuka cakrawala kita dan fokus ke masalah-masalah yang lebih penting," ujarnya.

Namun demikian, pelonggaran aturan ini tidak berlaku bagi tempat-tempat lain, seperti kantor pemerintah atau pernikahan.

Ini bukan langkah pertama Arab Saudi melonggarkan aturan sosial. Sebelumnya, Arab Saudi juga sudah mengizinkan para wanita untuk mengendarai mobil sendiri.

Reformasi ini didorong oleh Pangeran Mohammed bin Salman yang merupakan putra mahkota Arab Saudi. Salman juga makin gencar meningkatkan investasi negaranya di sektor teknologi dan menggandeng SoftBank dari Jepang. Itu ia lakukan untuk lepas dari ketergantungan pada sumber daya alam negaranya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya