Orang Miskin di Jawa Capai 12 Juta Orang, Terbanyak Dibanding Pulau Lain

Provinsi yang mengalami penurunan persentase penduduk miskin di September antara lain Papua sebesar 0,9 persen.

oleh Liputan6.com diperbarui 15 Jan 2020, 13:50 WIB
Seorang pedagang melintasi permukiman warga di Kawasan Penjaringan, Jakarta, Sabtu (23/11/2019). Bank Dunia mengukur tingkat kemiskinan dengan batas Upper Middle-Income Clas atau kelas menengah mempunyai pendapatan US$ 5,5 atau setara Rp 77 ribu per hari. (merdeka.com/Imam Buhori)

Liputan6.com, Jakarta - Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto, merilis kondisi kemiskinan di Indonesia pada September 2019. Hasil survei membuktikan, jumlah penduduk miskin di Jawa masih yang terbesar, sementara persentase masyarakat miskin terbesar berada di Maluku dan Papua.

"Persentase penduduk miskin terbesar berada di wilayah Pulau Maluku dan Papua, yaitu sebesar 20,39 persen. Sementara itu, persentase penduduk miskin terendah berada di Pulau Kalimantan, yaitu sebesar 5,81 persen," ujarnya di Kantor BPS, Jakarta, Rabu (15/1/2020).

"Dari sisi jumlah, sebagian besar penduduk miskin masih berada di Pu|au Jawa sekitar 12,56 juta orang, sedangkan jumlah penduduk miskin terendah berada di Pulau Kalimantan sebesar 0,96 juta orang," sambungnya.

Adapun 6 provinsi yang mengalami penurunan persentase penduduk miskin di September antara lain Papua sebesar 0,9 persen, lalu Papua Barat sebesar 0,66 persen, kemudian NTT dan NTB turun sebesar 0,68 persen. Disusul oleh Bengkulu turun sebesar 0,32 persen dan Lampung turun 0,32 persen.

"Sementara itu, satu provinsi yang mengalami kenaikan persentase penduduk miskin yaitu Maluku Utara sebesar 0,14 persen," jelas Suhariyanto.

 


Penyebab Kemiskinan

Seorang anak berjalan di permukiman kolong tol kawasan Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (16/1). BPS mencatat persentase jumlah penduduk Indonesia miskin pada September 2018 sebesar 9,66 persen atau menurun 0,16 persen. (Merdeka.com/Iqbal S Nugroho)

Menurut hasil survei BPS, terdapat 6 faktor yang mempengaruhi kemiskinan pada periode Maret hingga September 2019. Pertama, rata-rata upah nominal buruh tani per hari pada September 2019 naik sebesar 1,02 persen dibanding Maret 2019.

Kedua, selama periode Maret 2019-September 2019, tingkat inflasi umum cukup rendah, yaitu sebesar 1,84 persen. Ketiga, NiIai Tukar Petani (NTP) pada Juli 2019, Agustus 2019, dan September 2019 selalu berada diatas 100, dengan nilai berturut-turut sebesar 102,63; 103,22; dan 103,88.

Keempat, pada periode Maret 2019-September 2019, secara nasional harga eceran beberapa komoditas pokok antara lain beras, daging ayam ras, minyak goreng, telur ayam ras, dan ikan kembung mengalami penurunan.

 


Faktor Kelima dan Keenam

Penjual jamu gendong melintasi permukiman warga di Kawasan Penjaringan, Jakarta, Sabtu (23/11/2019). Bank Dunia mengukur tingkat kemiskinan dengan batas Upper Middle-Income Clas atau kelas menengah mempunyai pendapatan US$ 5,5 atau setara Rp 77 ribu per hari. (merdeka.com/Imam Buhori)

Kelima, menurut desil pengeluaran per kapita per bulan (dari susenas), rata-rata pengeluaran per kapita pada kelompok penduduk 10 persen terbawah (Desil 1) periode Maret 2019-September 2019 mengalami peningkatan sebesar 4,01 persen, Iebih tinggi dibandingkan pertumbuhan garis kemiskinan pada periode tersebut yang sebesar 3,60 persen.

Keenam, terjadi peningkatan cakupan penerima Program Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT). Jumlah kabupaten/kota penerima Program BPNT yang terealisasi pada Triwulan III 2019 mencapai 509 kabupaten/kota. Jumlah ini meningkat 289 kabupaten/kota dibandingkan Triwulan I 2019.

Reporter: Anggun P. Situmorang

Sumber: Merdeka.com

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya