Mampukah Indonesia Saingi China soal Pembayaran Digital?

Tren pembayaran digital di Indonesia terus berkembang setiap tahunnya.

oleh Tira Santia diperbarui 15 Jan 2020, 16:26 WIB
DANA QRIS (Foto: DANA)

Liputan6.com, Jakarta - Ipsos Indonesia mencatat penggunaan alat pembayaran digital pada tahun 2019 berkembang pesat. Namun dari riset Ipsos, Indonesia masih belum bisa menerapkan pembayaran digital secara menyeluruh.

"Nah di Indonesia belum bisa, saya rasa masih separo-separo, dan belum kerasa saat ini. Tapi ini sangat menggembirakan buat Indonesia untuk go cashless," kata Managing Director Ipsos Indonesia, Soeprapto Tan, dalam ajang Ipsos Marketing Summit 2020: Indonesia The Next Cashless Society, Pullman Jakarta Central Park, Jakarta, Rabu (15/1/2020).

Ia pun mencontohkan negara Cina. Sebagai negara yang sudah menerapkan pembayaran digital hampir menyeluruh, 95 persen masyarakat China sudah tidak melakukan transaksi menggunakan uang fisik atau tunai.

Meskipun warga di China ada yang lupa membawa dompet, baginya, tidak merasa khawatir. Karena cukup membawa smartphone, warga China masih bisa hidup dengan melakukan pembayaran digital.

Kendati begitu, di Indonesia juga sudah mulai membuka peluang untuk go cashless. Hal ini dilihat dari hasil survei Ipsos bahwa selama tahun 2019 sudah terjadi 4,7 juta jumlah transaksi.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Motif Mengguanakan Pembayaran Online

Karyawan BI melakukan transaksi menggunakan QR Code Indonesian Standard (QRIS) di kantor BI, Jakarta, Sabtu (17/8/2019). QRIS merupakan transformasi digital pada Sistem Pembayaran Indonesia sangat membantu percepatan pengembangan ekonomi dan keuangan digital di Indonesia. (Liputan6.com/HO/Rizal)

Selain itu, diakhir tahun 2019 Ipsos menemukan beberapa motif pengguna atau konsumen di Indonesia yang menggunakan pembayaran digital. Mereka sebagai konsumen merasa yakin, aman dan nyaman dalam menggunakan pembayaran non-tunai.

Motif selanjutnya, konsumen menikmati penggunaan pembayaran digital karena memberikan pengalaman baru dalam bertransaksi.

"Kalau kita lihat dari semua elemen yang kita ukur tidak ada satupun hal-hal, seperti negatif kekawatiran mereka, mereka bilang very fun, sebenernya membuat hidupnya mereka menjadi lebih progresif, saya rasa potensinya kalau di Indonesia tuh masih realistis," katanya.

 


Paling Banyak Digunakan

Kehadiran Dicatat QR Code, Mahasiswa Sibuk Cari Cara Titip Absen

Menurutnya dengan adanya motivasi pengguna memilih menggunakan alat pembayaran digital maka tidak perlu membawa uang fisik lagi.

"Nah itu kenapa orang tertarik dengan penggunaan e-wallet atau e-money, sebenarnya mereka percaya menggunakan digital payment itu, bahwa mereka merasa progresif di hidupnya, jadi hidupnya mereka tuh ada sesuatu yang baru dunia baru yang sehingga mereka beradaptasi dan exciting," Ungkapnya.

Diketahui memang dompet digital yang paling banyak digunakan di Indonesia saat ini adalah OVO, Gopay, e-money dan kartu Flazz.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya