Makin Sering Bercinta, Tunda Menopause

Wanita yang melakukan hubungan seksual setiap minggu 28 persen lebih lambat mengalami menopause awal dibandingkan mereka yang berhubungan seksual kurang dari sekali sebulan.

oleh Fitri Syarifah diperbarui 16 Jan 2020, 23:59 WIB
Ilustraasi foto Liputan 6

Liputan6.com, Jakarta Bercinta memiliki banyak manfaat kesehatan. Selain membuang kalori, sesi berhubungan intim dengan pasangan ternyata juga bisa menunda menopause.

Seperti yang tertulis dalam studi terbaru belum lama ini. Dalam penelitian tersebut, wanita yang melakukan hubungan seksual setiap minggu 28 persen lebih lambat mengalami menopause dibandingkan mereka yang berhubungan seksual kurang dari sekali sebulan.

Demikian pula, mereka yang berhubungan seks setiap bulan memiliki kemungkinan 19 persen lebih lambat untuk menopause dibandingkan mereka yang berhubungan seks kurang dari sekali sebulan.

Penulis utama studi ini, Megan Arnot di University College London mengungkapkan, hubungan seksual menandakan kemungkinan ovulasi (sel telur siap untuk dibuahi sel sperma). Selama ovulasi, seorang wanita lebih rentan terhadap penyakit karena sistem kekebalan tubuh terganggu.

"Teori lama ini justru menemukan, gejala awal menopause berkurang seiring dengan masa ovulasi," kata Megan, seperti dikutip CNN.

Penelitian ini didasarkan pada US Study of Women's Health Across the Nation  yang meneliti kesehatan wanita paruh baya sejak 1996.

Hampir 3.000 wanita ikut serta dalam studi ini (wawancara selama periode 10 tahun). Mereka memiliki usia rata-rata 45 tahun ketika studi dimulai, rata-rata memiliki dua anak, dan sebagian besar sudah menikah. Sekitar 45% wanita mengalami menopause alami pada usia 52 tahun.

 

Simak video menarik berikut ini:


Apakah pria juga berpengaruh?

Ilustrasi pasangan menonton film porno (iStockphoto)

Pada awal penelitian, tidak ada wanita yang memasuki masa menopause, tetapi 46% sudah mengalami peri-menopause dini (seperti menstruasi yang tidak teratur dan hot flashes) dan 54% adalah pra-menopause (memiliki siklus teratur dan tidak menunjukkan gejala peri-menopause atau menopause).

Kemudian, para peneliti memilah faktor-faktor yang bisa menjelaskan hubungan tersebut, termasuk tingkat estrogen, pendidikan, indeks massa tubuh (IMT/BMI), ras, kebiasaan merokok dan waktu pertama kali memulai menstruasi.

"Aktivitas seksual tidak hanya didefinisikan sebagai hubungan seksual. Melainkan seks oral, rangsangan diri dan sentuhan seksual atau belaian juga termasuk," kata Arnot.

Arnot juga menguji apakah hal ini juga mempengaruhi pria? Berdasarkan teori, meningkatnya paparan feromon pria akan menunda menopause. Namun, mereka tidak menemukan korelasi antara hubungan seks dengan menopause pada pria.

"Ini adalah pertama kalinya sebuah penelitian menunjukkan hubungan antara frekuensi berhubungan seks dan menopause," kata Arnot. Langkah selanjutnya adalah mencoba mereplikasi temuan dalam kelompok populasi lain, meskipun hanya sedikit data yang tersedia tentang seks dan menopause.

"Mekanisme hubungan antara seks dan menopause adalah jalan yang menjanjikan untuk penelitian di masa depan dan dapat membuka pintu pada intervensi perilaku," kata Arnot.

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya