Liputan6.com, Jakarta Pare telah menjadi obat tradisional India selama berabad-abad. Baru-baru ini, suplemen ekstrak pare menjadi populer sebagai obat alternatif diabetes. Sekarang, penelitian baru pada tikus tampaknya menunjukkan bahwa ekstrak pare dapat membantu melawan kanker.
Pare (Momordica charantia) adalah kerabat dari mentimun dan zucchini. Berasal dari negara bagian Kerala, India Selatan. Distribusi pare semakin meluas, diawali dari China di abad ke-14. Lalu menyebar lagi ke wilayah Afrika dan Karibia.
Advertisement
Secara tradisional, pare telah membantu mengobati banyak masalah kesehatan, dan belum lama ini terkenal sebagai obat alami melawan diabetes. Buah pare juga merupakan makanan pokok masakan Asia tertentu, menambah rasa unik masakan lokal melalui rasa pahit yang khas.
Baru-baru ini, Prof. Ratna Ray dari Saint Louis University di Missouri serta rekan-rekannya menemukan sesuatu yang menarik dan telah dirilis di jurnal Cell Communication and Signaling. Tim melakukan percobaan dengan menggunakan model tikus dan hasilnya menunjukkan bahwa ekstrak pare tampaknya efektif dalam mencegah tumor kanker tumbuh dan menyebar.
Simak video menarik berikut ini:
Studi terbatas masih menggunakan tikus
Prof. Ray yang tumbuh di India mengatakan, ia tidak hanya akrab dengan kualitas pare, namun juga dengan khasiat pare. Prof. Ray pun penasaran akan khasiat pare yang disebut bisa membantu perawatan antikanker.
Prof. ray dan tim memutuskan untuk menguji ini dalam studi pendahuluan dengan menggunakan ekstrak pare pada berbagai jenis sel kanker - termasuk sel kanker payudara, prostat dan kepala serta leher. Hasilnya menunjukkan bahwa ekstrak pare menghentikan replikasi sel, yang menunjukkan bahwa kemungkinan akan efektif dalam mencegah penyebaran kanker.
Dalam percobaan lebih lanjut-- masih menggunakan model tikus, para peneliti menemukan bahwa ekstrak tumbuhan mampu mengurangi kejadian kanker lidah. Selanjutnya, Prof. Ray dan tim mencoba mencari tahu apa yang membuat senyawa pare unggul terhadap sel kanker.
Masih menggunakan model tikus, kalini tim mempelajari mekanisme interaksi ekstrak pare dengan tumor kanker mulut dan lidah. Hasilnya menunjukkan bahwa ekstrak pare berinteraksi dengan molekul yang memungkinkan glukosa (gula sederhana) dan lemak untuk bepergian ke seluruh tubuh, dalam beberapa kasus 'memberi makan' sel-sel kanker dan memungkinkan mereka untuk berkembang.
Dengan mengganggu jalur tersebut, ekstrak pare pada dasarnya menghentikan pertumbuhan tumor kanker, dan bahkan menyebabkan kematian beberapa sel kanker.
"Semua studi model hewan yang telah kami lakukan memberi kami hasil yang sama, sekitar 50% pengurangan pertumbuhan tumor," kata Prof. Ray.
Masih belum jelas apakah khasiat ekstrak pare akan memiliki efek yang sama pada manusia, tetapi Prof. Ray dan rekannya menjelaskan bahwa inilah yang ingin mereka ketahui ke depannya.
"Langkah kami selanjutnya adalah melakukan studi dengan perlakuan terhadap manusia (penderita kanker) untuk melihat apakah pare memiliki manfaat klinis dan merupakan terapi tambahan yang menjanjikan untuk perawatan saat ini," kata Prof. Ray.
Prof. Ray tampak yakin bahwa pare, setidaknya memberi dampak positif bagi kesehatan. "Beberapa orang mengonsumsi apel sehari-harinya, dan saya akan makan pare setiap hari. Saya menikmati rasanya," katanya.
"Produk alami memainkan peran penting dalam penemuan dan pengembangan berbagai obat untuk pengobatan berbagai jenis penyakit mematikan, termasuk kanker. Oleh karena itu, penggunaan produk alami sebagai obat pencegahan menjadi semakin penting," pungkas Ray.
Advertisement