Jokowi: Eksportir Tak Suka Rupiah Menguat

Presiden Jokowi menyatakan ada pihak yang dirugikan dengan penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 16 Jan 2020, 16:02 WIB
Presiden Jokowi didampingi Menteri ATR/BPN Sofyan Djalil memberikan keterangan pers rencana pemindahan Ibu Kota Negara di Istana Negara, Senin (26/8/2019). Lokasi Ibu Kota berada di wilayah Kabupaten Pejaman Penajam Pasar utara dan Kabupaten Kutai Kartanegara di Kaltim. (Liputan6 com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengapresiasi nilai tukar rupiah yang terus menguat dalam beberapa waktu terakhir. Namun, ia menambahkan, ada beberapa pihak yang tak suka dengan penguatan tersebut.

Salah satunya eksportir, yang disebutnya merasa terancam dengan kurs rupiah yang perkasa lantaran bakal berimpak terhadap daya saing.

"Kalau menguatnya terlalu cepat kita harus hati-hati. Ada yang senang ada yang tidak senang. Eksportir pasti tidak senang karena rupiah menguat, sehingga daya saing kita akan menurun," jelas Jokowi saat menghadiri Pertemuan Tahunan Industri Jasa Keuangan 2020 di Jakarta, Kamis (16/1/2020).

Di tempat yang sama, melanjutkan pernyataan Jokowi, Deputi Gubernur Bank Indonesia Dody Budi Waluyo mengungkapkan, penguatan yang terjadi pada rupiah saat ini lantaran mata uang negara telah sesuai dengan fundamental.

"Bukan hanya rupiah sendirian yang menguat, tapi karena ada faktor fundamentalnya. Dengan nilai tukar sekitar Rp 13.600 masih sesuai dengan fundamental kita," kata Dody.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Tak Ada yang Dirugikan

Petugas melakukan pengepakan lembaran uang rupiah di Bank Mandiri, Jakarta, Kamis (21/12). Bank Indonesia (BI) mempersiapkan Rp 193,9 triliun untuk memenuhi permintaan uang masyarakat jelang periode Natal dan Tahun Baru. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Berbanding terbalik dengan Jokowi, Dody menganggap tak ada pihak yang dirugikan dalam penguatan rupiah ini. Tak terkecuali eksportir, yang harga komoditasnya saat ini mengacu pada harga global.

"Kalau melihat harga komoditas global, komoditas kita memang kecenderungannya masih turun karena world trade membuat harga turun," terang dia.

Sebagai informasi, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat pada Kamis (16/1/2020) berhasil rebound dari pelemahan satu hari sebelumnya. Rupiah hari ini dibuka terapresiasi 17 poin di level Rp 13.678 per dolar AS.

Adapun perdagangan rupiah pada Rabu (15/1/2020) kemarin ditutup pada level Rp 13.695 per dolar AS, melemah 0,11 persen atau 15 poin.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya