Liputan6.com, Jakarta - Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Kartika Wirjoatmodjo menyampaikan, ada empat calon investor yang tertarik untuk menyehatkan perusahaan PT Asuransi Jiwasraya (Persero).
Keempat calon investor tersebut disebutnya akan masuk melalui anak usaha Jiwasraya yakni PT Asuransi Jiwasraya Putra yang telah dibentuk pada 2019 lalu.
"Ada beberapa dari investor luar negeri. Ada tiga dari asing satu dari lokal investornya," kata Kartika usai Pertemuan Tahunan Industri Jasa Keuangan 2020 di Ritz-Carlton Hotel, Jakarta, Kamis (16/1/2020).
Baca Juga
Advertisement
Namun, Kartika masih enggan menyebutkan secara rinci nama jelas dari empat investor tersebut. Menurut dia, saat ini Kementerian BUMN bersama dengan Kementerian Keuangan dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) masih terus menggodok skema yang baik untuk penyehatan Jiwasraya.
"Jangan sebut nama nanti mereka takut," ucap dia.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Keuangan Negatif
Kondisi keuangan PT Asuransi Jiwasraya (Persero) tengah sakit, dengan catatan ekuitas negatif Rp 23,92 triliun per September 2019. Untuk memenuhi rasio solvabilitas atau Risk Based Capital (RBC) 120 persen, perusahaan membutuhkan dana sebesar Rp 32,89 triliun.
Kondisi Jiwasraya makin sakit jika melihat laporan keuangan unaudited perusahaan pada 31 Desember 2018. Kala itu, ekuitas tercatat negatif Rp 10,24 triliun. Statusnya pada saat itu sudah dilakukan perbaikan cadangan namun belum dengan impairment aset.
Penerbitan JS Saving Plan pada 2013 pun turut memperuruk keadaan. Ini lantaran perusahaan butuh ketersediaan likuiditas yang tak sedikit karena ada utang jatuh tempo setiap tahun.
Advertisement
Semakin Memburuk
Sayangnya, penerbitan produk itu membuat keuangan Jiwasraya semakin memburuk. Hal ini karena perusahaan butuh ketersediaan likuiditas yang tak sedikit karena ada utang jatuh tempo setiap tahun.
Tak ayal, Jiwasraya tercatat defisit sebesar Rp 15,33 triliun pada tahun lalu. Selain itu, perusahaan juga memutuskan untuk menghentikan pembayaran klaim jatuh tempo sejak Oktober 2018 sebesar Rp 802 miliar.