Cegah Penipuan Lewat Dompet Digital, Literasi Keuangan Tak Boleh Putus
Pengamat ekonomi Yustinus Prastowo, menilai maraknya penipuan dompet digital melalui kode one time password (OTP) terjadi karena kurangnya edukasi. Oleh karena itu diperlukan edukasi literasi keuangan oleh pemerintah kepada masyarakat.
Fenomena penipuan lewat OTP tersebut bukanlah hal yang baru. Ia menilai hal tersebut terjadi karena banyak orang merasa sudah memahami teknologi digital. Padahal sebenarnya tidak semudah seperti yang digambarkan.
"Di sini literasi jadi penting, kita ambil contoh saya juga pernah mengalami seperti itu kan, pesan taksi online di telepon dimintai OTP, ya karena kita merasa betul yang menelpon ini yang saya pesan, saya memberikan, ternyata salah, jelas-jelas sebelumnya ada peringatan tidak boleh memberikan itu kepada siapa pun," ungkap Yustinus dalam ajang Ipsos Marketing Summit 2020: Indonesia The NextCashless Society, Pullman Jakarta Central Park, Jakarta, Rabu (15/1/2020).
Baca Juga
Bahkan sering kali kita menganggap sudah paham literasi digital, namun nyatanya belum terliterasi dengan baik.
"Pentingnya peran pemerintah menurut saya, dia tidak boleh lagi hanya prosedural, sosialisasi, sifatnya yang bikin aturan sosialisasi sudah harus betul-betul menciptakan suatu medium format literasi yang inheren, dengan kebutuhan masyarakat," ungkapnya.
Selanjutnya, ia menyarankan bagaimana pemerintah bisa menjaga supaya tidak terjadi kasus penipuan melalui OTP lagi, dengan terlebih dulu melakukan literasi ke otoritas pemerintahan.
"Nah saya di sini melihat dari sisi otoritas itu penting, literasi kepada otoritas juga," jelasnya.
Menurutnya, dengan melakukan literasi yang dimulai dari otoritas, akan menghasilkan pemain-pemain atau pengguna yang kredibel dari awal.
Advertisement