Liputan6.com, Jakarta - Sejarawan Indonesia Bonnie Triyana menyampaikan sejumlah catatan terkait pengakuan Perdana Menteri atau PM Belanda Mark Rutte atas kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945.
Meski demikian, Bonnie memandang pengakuan itu telah menandai babak baru pemahaman sejarah Belanda terhadap revolusi kemerdekaan Indonesia.
Advertisement
"Pengakuan ini mengakhiri ambiguitas sikap pemerintah Belanda. Namun demikian, ada beberapa catatan penting yang perlu digarisbawahi menanggapi pengakuan kemerdekaan tersebut," ujar Bonnie yang disampaikan melalui keterangan tertulis, Kamis (15/6/2023).
Menurut dia, pengakuan Belanda atas kemerdekaan Indonesia ini menjadi momentum penting bagi kedua bangsa untuk belajar dari sejarah kelam kolonialisme.
Sebab, kata Bonnie, praktik perbudakan, penindasan, diskriminasi, rasialisme, dan kekerasan oleh negara terhadap warganya dan kekerasan horizontal antarwarga harus segera diakhiri.
"Penulisan sejarah seyogyanya mempromosikan nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan sebagai pembelajaran bagi generasi muda di masa kini dan masa depan. Melalui pemahaman sejarah yang lebih baik diharapkan hubungan kedua bangsa semakin erat di masa yang akan datang tanpa harus melupakan apa yang terjadi di masa lalu, atau bahkan menghindari soal-soal penting di dalam pengungkapan sejarah itu," papar Bonnie.
Selain itu, pengakuan kemerdekaan tersebut berdampak pada eratnya kerja sama Indonesia-Belanda. Hal itu bisa terjadi karena hubungan kedua negara harus berdasarkan prinsip-prinsip kepercayaan (trust) dan kesetaraan (equality).
"Bentuk konkret dari kerjasama ini bisa saja dalam bentuk pemberian visa on arrival kepada warga Indonesia yang hendak berkunjung ke Belanda. Karena selama ini pemberian fasilitas tersebut sudah disediakan bagi warga Belanda saat berkunjung ke Indonesia untuk kunjungan singkat," ucap dia.
"Tak hanya itu kerja sama lain yang bisa menjadi wujud hubungan baik kedua negara adalah dalam bidang pendidikan, pertanian, atau sektor penting lainnya," jelas Bonnie.
Pengakuan PM Belanda
Sebelumnya, diketahui, Belanda akhirnya secara resmi mengakui tanggal 17 Agustus 1945 sebagai tanggal kemerdekaan Indonesia. Bukan lagi 27 Desember 1949 saat Belanda pertama kali mengakui kedaulatan Indonesia.
"Belanda mengakui sepenuhnya dan tanpa syarat bahwa Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945," kata Perdana Menteri Mark Rutte seperti dikutip kantor berita AD.nl, Rabu 14 Juni 2023.
Menurut Rutte, dia akan berkonsultasi dengan presiden Indonesia untuk melihat bagaimana ini dapat diakui dan dilaksanakan bersama.
Sebenarnya tanggal 17 Agustus 1945, sudah lama dilihat sebagai awal kemerdekaan Indonesia, kata Rutte, dalam debat tentang kajian dekolonisasi (1945-1950).
Dia mencontohkan, Raja Belanda sudah mengirimkan telegram ucapan selamat ke Indonesia pada 17 Agustus setiap tahun.
Advertisement
Aksi Polisionil
Hingga saat ini, Belanda secara resmi selalu menganggap 27 Desember 1949 sebagai tanggal kemerdekaan. Belanda menyerahkan kedaulatan setelah perang yang berkepanjangan di Indonesia.
Mereka menyebutnya aksi polisionil, sementara Indonesia menyebut peristiwa itu sebagai Perang Kemerdekaan.
Pada tahun 2005, Belanda telah menerima 'secara politik dan moral' bahwa Indonesia merdeka pada tahun 1945. Tapi itu tidak pernah datang dari pengakuan penuh.
Rutte sekarang memenuhi ini atas permintaan anggota parlemen Corinne Ellemeet.
Belanda Akui Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945, Jokowi: Bagus, Impact-nya Kemana-mana
Sementara itu, Presiden Joko Widodo atau Jokowi akan meminta masukan dari Menteri Luar Negeri (Menlu) RI Retno Marsudi soal pengakuan Belanda bahwa tanggal 17 Agustus 1945 merupakan kemerdekaan Indonesia.
Pasalnya, kata dia, banyak dampak dari pengakuan Belanda tersebut.
"Ya bagus tapi nanti kita lihat saya minta masukan dulu dari Menlu karena impact-nya kemana-mana," ujar Jokowi di Pasar Menteng Pulo Jakarta Pusat, Kamis (15/6/2023).
Advertisement