Liputan6.com, Jakarta Sehari-hari, Wu Huayan mencoba menghidupi dirinya dan adiknya yang mengalami kelainan mental di tengah kemiskinan. Ia bahkan hanya sempat makan nasi dengan cabai selama lima tahun.
Dalam satu hari, perempuan 24 tahun ini hanya menghabiskan 2 yuan atau sekitar 3.900 rupiah per. Dia memang lahir dari keluarga yang miskin di Tongren, Guizhou. Kedua orangtuanya sudah meninggal.
Advertisement
"Waktu yang paling sulit adalah ketika makan hanya satu roti kukus per hari, saya makan nasi putih dicampur dengan cabai selama lima tahun, tetapi tidak ada cara lain," kata Huayan ketika diwawancara Chongqing Morning Post seperti dikutip dari ABC News pada Jumat (17/1/2020).
Pada Oktober 2019, pelajar sekolah vokasi ini dilarikan ke rumah sakit dengan kondisi kaki membengkak dan masalah pernapasan. Dia didiagnosis mengalami masalah jantung dan ginjal yang serius dan butuh dioperasi.
Karena kondisi gizi buruk akibat kemiskinan, Huayan dilaporkan hanya memiliki tinggi 135 sentimeter dan berat 21,6 kilogram.
Simak juga Video Menarik Berikut Ini
Meninggal Dunia
Dilaporkan South China Morning Post, masalah kesehatan yang dialami Huayan disebabkan oleh malanutrisi. Namun, dia tak punya uang untuk pengobatannya. Wanita ini pun hanya mengandalkan bantuan warga dan donasi.
"Nenek dan ayah semuanya meninggal karena mereka tidak punya uang untuk pengobatan. Saya tidak ingin mengalami itu, menunggu mati karena kemiskinan," kata Huayan.
Cerita Huayan terdengar masyarakat lewat media. Bantuan pun mengalir hingga sekitar satu juta yuan.
Namun, pada November, kondisi kesehatannya memburuk. Dia dipindahkan ke rumah sakit di Guiyang, ibukota provinsi. Pada 13 Januari yang lalu, Huayan akhirnya meninggal dunia.
Kejadian tersebut sontak memicu amarah dari masyarakat terhadap pihak-pihak yang dianggap bertanggung jawab atas kemiskinan di negara tersebut.
Advertisement