Liputan6.com, Jakarta Sebuah penelitian menunjukkan bahwa musik dapat mendukung suasana hati dan menjauhkan depresi. Hal ini juga dapat meningkatkan aliran darah dengan cara yang mirip seperti statin (obat penurun kadar kolesterol dalam darah), dan menurunkan kadar hormon terkait stres, seperti rasa sakit dan hormon kortisol.
Mendengarkan musik sebelum tindakan operasi bahkan dapat meningkatkan hasil pasca operasi, dilansir dari Time pada Senin (20/1/2020).
Advertisement
Bagaimana musik bisa berdampak positif?
Dikatakan oleh Kim Innes, profesor epidemologi di West Virginia University's School of Public Health, musik tampaknya secara selektif mengaktifkan sistem neurokimia (molekul organik yang terlibat dalam aktivitas sistem saraf) dan struktur otak yang terkait dengan suasana hati yang positif, regulasi emosi, perhatian dan memori dengan cara yang baik.
Penelitian yang dilakukan Innes membandingkan manfaat musik dengan meditasi untuk kesehatan mental. Dia menemukan bahwa kedua praktik tersebut dapat meningkatkan kualitas suasana hati dan tidur yang signifikan.
Memang mendengarkan musik dapat mengatasi kesehatan mental dengan cara yang mudah daripada bermeditasi, tetapi musik juga bisa meresahkan dan membuat tidak tenang.
Simak Video Menarik Berikut Ini:
Musik yang tidak tepat berdampak buruk
Sebuah studi pada 2015 dari Finlandia menemukan bahwa musik dapat meningkatkan emosi negatif, kemarahan, agresi, atau kesedihan. Mengapa?
"Karena irama dan karakteristik lain dari lagu yang kita pilih dapat memodulasi denyut jantung dan aktivitas jaringan saraf otak kita," kata Daniel Levitin, profesor psikologi yang meneliti ilmu saraf kognitif musik di McGill University, Kanada.
Lagu dengan tempo lambat cenderung dapat menenangkan, sementara musik tempo yang tak beraturan cenderung memiliki efek sebaliknya. Contohnya, mendengarkan musik inspirasional dapat membantu seseorang dapat berolahraga lebih keras.
Advertisement
Mendengarkan musik sebagai rutinitas malam hari
Jika ingin mendapatkan manfaat dari musik, cobalah untuk jadikan kegiatan itu dalam rutinitas malam. Berikut langkah-langkahnya:
- Tempo yang lambat adalah yang terbaik
Tubuh dan otak sangat responsif terhadap musik, termasuk ritme dan tempo. Gunakan musik yang memiliki irama sekitar 60 sampai 80 ketukan per menit. Detak jantung dan pernapasan akan secara bertahap menyesuaikan diri agar sesuai mengikuti ketukan musik. Musik dengan tempo cepat sebaiknya dihindari dan didengarkan pada pagi hari.
- Hindari lagu pemicu emosional
Jangan dengarkan lagu-lagu yang dapat memicu kesedihan, kemarahan, maupun kegelisahan.
- Perhatikan perasaan yang timbul karena musik yang didengar
Kita semua bereaksi dan berhubungan secara berbeda dengaqn musik dan menemukan makna yang berbeda di dalam musik tersebut. Musik klasik sering digunakan untuk membantu seseorang ketika hendak tidur.
Namun, jika tidak menyukainya bisa dengarkan jenis musik lainnya, seperti jazz atau folk.
Penulis : Vina Muthi A.