Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melalui Direktorat Jenderal Cipta Karya telah menyelesaikan pembangunan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) di Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat untuk mengurangi pencemaran dari limbah tinja sekaligus meningkatkan kenyamanan daerah wisata.
"Dengan adanya fasilitas ini, limbah tinja yang dibawa truk tinja secara periodik akan diolah di IPLT ini. Hasil pengolahannya aman dibuang ke saluran air dan diharapkan bisa mengurangi pencemaran air dan tanah dari bakteri ecoli," kata Menteri PUPR Basuki Hadimuljono dalam keterangan tertulis, Jumat (17/1/2020).
Baca Juga
Advertisement
Pembangunan IPLT Raja Ampat telah mulai dikerjakan pada 17 Juli 2019 dan selesai pada 13 Desember 2019. Fasilitas yang dibangun meliputi bangunan Solid Separation Chamber (SSC), bangunan Anaerobic Baffle Reactor (ABR), bangunan Drying Area (DA), Kolam Fakultatif, Kolam Maturasi, Bak Indikator, Kolam Wetland, serta kantor pengelola dan bangunan penunjang lainnya.
Sarana dan prasarana sanitasi ini dibangun melalui dana APBN sebesar Rp 4,6 miliar dengan kapasitas pengelolaan sebesar 50 m3 per hari. Lokasi IPLT sendiri dibangun di area yang jauh dari permukiman warga sehingga diharapkan masyarakat tidak terdampak polusi udara.
10 Kawasan Strategis Pariwisata
Dibangunnya IPLT ini sekaligus upaya Kementerian PUPR dalam mendukung layanan sanitasi di wilayah Kepulauan Raja Ampat yang merupakan salah satu dari 10 Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) yang dikembangkan Pemerintah untuk meningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara.
Penataan KSPN Raja Ampat dikerjakan secara terpadu baik penataan kawasan, jalan, penyediaan air baku dan air bersih, pengelolaan sampah, sanitasi, dan perbaikan hunian penduduk.
Ditjen Cipta Karya Kementerian PUPR sebelumnya juga telah melakukan penataan kawasan wisata Bukit Piaynemo yang merupakan salah satu ikon Raja Ampat. Penataan dilakukan dengan membangun anak tangga menuju puncak bukit, kios suvenir, gardu pandang, rest area, serta tambatan perahu apung dan perahu kayu.
Dengan dibangunnya anak tangga sebanyak 320 buah, diharapkan meningkatkan kenyamanan dan mempermudah wisatawan menuju puncak bukit dengan waktu tempuh sekitar 20 menit. Anggaran pembangunannya sebesar Rp 19,9 miliar yang bersumber dari APBN Tahun Anggaran 2018.
Advertisement