Liputan6.com, Jakarta Pada 8 Januari 2020 lalu, Pangeran Harry dan istrinya, Meghan Markle mengejutkan publik dengan pernyataan mereka untuk mundur sebagai Anggota Senior Kerajaan. Keputusan besar itu diumumkan melalui akun Instagram milik Sussex Royal yang memberikan ragam respon dari dunia terutama masyarakat di Inggris.
"Kami berniat mundur sebagai Anggota Senior Kerajaan dan bekerja agar bisa mandiri secara finansial," kata Pangeran Harry dan istrinya, Meghan Markle dalam pernyataan mereka, seperti dikutip dari BBC, Jumat (17/1/2020).
Advertisement
Mundurnya Pangeran Harry dan istrinya, Meghan Markle pun memunculkan julukan Megxit (Meghan Exit) yang terinspirasi dari Brexit (British Exit).
Dalam sebuah diskusi mengenai fenomena Megxit di acara talkshow "Dear Netizen" bertemakan "Potret Hidup Anak Kerajaan dan Fenomena Megxit" tersebut, Dosen Fakultas Sastra Inggris dari Universitas Indonesia, Inditian Latifa, berbagi pendapat mengenai kemunduran Pangeran Harry dan istrinya, Meghan Markle dari kerajaan Inggris.
Inditian Latifa mengatakan bahwa minimnya waktu bersama keluarga, dengan adanya kesibukan sebagai Anggota Senior Kerajaan merupakan salah satu alasan kemunduran Pangeran Harry dan istrinya, Meghan Markle.
"Yang paling kuat menurut saya, banyaknya beban-beban tugas, sebagai anggota senior kerajaan. Mungkin itu akhirnya membuat waktu keluarga antara Pangeran Harry dan Menghan Markle jadi berkurang. Jadi mungkin keluarga, inginnya ada lebih banyak waktu untuk keluarga, yang jadi alasan utama," ujar wanita yang akrab disapa Indi dalam "Dear Netizen" di kantor Liputan6.com, Jumat (17/1/2020).
Respons yang Tak Seharusnya Diberikan
Inditian Latifa juga mengatakan bahwa ia menyayangkan respons negatif dari publik terhadap fenomena ini. Menurutnya, keputusan Pangeran Harry dan Meghan Markle melepas takhta Inggris seharusnya dilihat sebagai hasil keputusan yang memang dibuat oleh dua pihak pasangan kerajaan tersebut.
Keputusan tersebut kini dikenal dengan Megxit, berasa dari kata Meghan Exit. Di mana menyiratkan yang memiliki andil dalam keluarnya pasangan itu dari takhta Inggris adalah Meghan seorang.
"Namun seharusnya kita juga harus berhati – hati, karena seolah olah, keputusan mereka untuk mundur adalah keputusan yang dibuat oleh Meghan seorang," katanya.
"Kita harus sedikit hati-hati soal ini, karena mereka kan pasangan. Kalau Megxit seolah-olah hanya Meghan yang keluar, padahal mereka kan mengambil keputusan bersama, bereng, negosiasi," jelas perempuan berkaca mata itu.
Jadi menurutnya, hal itu yang memicu blaming terhadap Meghan Markle. Semua seperti salah Meghan karena bukan darah biru.
Advertisement
Kagumi Kesabaran Meghan Markle
Ia menambahkan, bahwa masyarakat harus mengingat bahwa Pangeran Harry dan istrinya, Meghan Markle merupakan pasangan suami istri yang (pasti) akan saling berdiskusi dalam membuat keputusan bersama.
"Jadi kita juga harus melihat bahwa mereka adalah pasangan suami istri, keputusan mereka untuk mundur merupakan keputusan bersama dan merupakan hasil negosiasi," ungkap Inditian Latifa.
Inditian Latifa juga melihat kerja keras Meghan Markle dalam menjalani kehidupannya sebagai Duchess of Sussex. Selain banyaknya peraturan yang tampak ia taati, Inditian Latifa pun mengagumi kesabaran Meghan Markle saat ia menghadapi tantangan sebagai Anggota Keluarga Kerajaan.
Hal itu diketahui dari pengakuan Meghan Markle beberapa waktu lalu, yang mengungkap perasaannya terhadap apa saja yang sudah ia alami sebagai Anggota Senior Kerajaan.