Liputan6.com, Surabaya - Kepala Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga dan Pematusan (DPUBMP) Kota Surabaya, Erna Purnawati mengatakan, di Surabaya, Jawa Timur terdapat sekitar 1.300 Satgas PU yang bertugas normalisasi saluran-saluran atau box culvert yang tidak bisa dijangkau oleh alat berat.
"Jadi mereka yang melakukan normalisasi saluran ketika alat berat itu tidak bisa menjangkau," kata Erna, Jumat, 17 Januari 2020.
Namun demikian, kata Erna, jika musim hujan seperti ini, Satgas PU yang berjumlah 1.300 an orang, akan disebar untuk membantu pekerjaan di rumah-rumah pompa. Setidaknya ada 250 operator di 59 lokasi rumah pompa yang tersebar di beberapa titik Surabaya. Mereka pun terbagi menjadi tiga shift kerja.
"Satu rumah pompa itu terdapat 3 hingga 8 pompa. Sementara petugasnya, ada 250 an (operator), belum termasuk bagian penyarang sampah, kira-kira ada 300 an,” kata dia.
Baca Juga
Advertisement
Dia menuturkan, petugas di rumah pompa itu harus memastikan ketika hujan turun, debit air dalam kondisi aman. Selain itu, jika dalam keadaan listrik mati, mereka juga bertugas untuk memastikan genset dalam kondisi menyala.
"Mereka harus memastikan semuanya aman. Kalau sampahnya terlalu besar, maka pompanya dimatikan dulu, untuk mengambil (sampahnya) secara manual,” tutur dia.
Selain peran petugas tersebut, Pemkot Surabaya juga memiliki 72 alat berat untuk normalisasi saluran-saluran di Surabaya. Erna menyebut, pengerukan saluran menggunakan alat berat tak hanya dilakukan di waktu musim hujan.
Hal ini sebagai salah satu upaya agar Kota Surabaya aman dari banjir. "Jadi 72 alat berat itu juga tidak pernah berhenti, dari tanggal 1 (Januari) sampai Desember setiap tahunnya," kata dia.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Alasan Banjir di Mayjen Sungkono Cepat Surut
Sebelumnya, hujan deras mengguyur Surabaya, Jawa Timur pada Rabu sore 15 Januari 2020, sempat mengakibatkan banjir di beberapa titik lokasi. Namun, dalam waktu sekitar dua jam, banjir pun terlihat langsung surut seperti semula.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga dan Pematusan (DPUBMP) Kota Surabaya, Erna Purnawati mengatakan, ada berbagai upaya yang dilakukan untuk mengantisipasi banjir. Salah satunya yakni, memastikan 204 pompa yang berada di 59 titik rumah pompa, kondisinya baik.
"Kalau terkait sarana prasarana di Surabaya, Insya Allah semua kondisinya siap. Apalagi sama Ibu wali kota pompanya juga sudah diganti yang besar-besar (kapasitas), sehingga air surutnya cepat,” kata Erna, Kamis, 16 Januari 2020.
Di samping itu, kata Erna, rumah pompa tersebut juga didukung dengan genset. Hal ini untuk mengantisipasi ketika terjadi listrik padam, rumah pompa itu masih dapat bekerja. Setidaknya, ada 111 genset yang telah disiapkan pemkot untuk mendukung kinerja di rumah-rumah pompa tersebut.
"Sebagus apapun pompa kita, kalau listriknya mati misal dalam 10 menit saja, maka air pasti sudah langsung naik (meluap). Nah, itu sudah diantisipasi juga oleh Ibu Wali Kota dengan pengadaan genset,” ujar dia.
Namun begitu, Erna menyebut. walaupun kondisi rumah pompa sudah maksimal, terkadang ada beberapa penyebab, seperti dedaunan yang membuat saluran tersumbat. Sehingga air tidak bisa masuk ke dalam saluran kemudian meluap ke jalan.
"Kadang ketika hujan disertai angin, ada dedaunan atau apa-apa itu menutup saluran. Sehingga air tidak bisa masuk ke box culvert,” ungkapnya.
Salah satunya terjadi di kawasan Ruko Darmo Park II Mayjend Sungkono Surabaya. Selain saluran yang kondisinya kecil, beberapa dedaunan juga terlihat menyumbat, sehingga mengakibatkan air meluap ke jalan. Namun, karena sigapnya jajaran di Pemkot Surabaya, genangan air dalam waktu sekitar dua jam langsung surut.
Advertisement
Selanjutnya
Erna menuturkan, saluran di kawasan Ruko Darmo Park II, Mayjend Sungkono Surabaya tidak mampu menampung derasnya air hujan, karena salurannya terbilang kecil. Sejak 2017, pihaknya sudah berencana untuk memasang box culvert di kawasan itu, tapi terkendala dengan izin dari pengembang.
"Mulai tahun 2017 itu waktu aku bangun pedestrian, aku minta izin ke pihak pengembang untuk bongkar pagarnya agar box culvert besar bisa masuk, supaya dia tidak tergenang. Tapi mereka tidak mau. Padahal nanti kalau pekerjaan selesai, tak rekondisi (perbaiki pagarnya),” kata Erna.
Apalagi, di kawasan tersebut kondisi tanahnya juga lebih rendah. Karena itu dibutuhkan box culvert di kedua sisi jalan dengan ukuran besar agar mampu menampung debit air ketika hujan deras turun.
Erna memastikan akan berkomunikasi kembali dengan pihak pengembang, supaya kawasan Ruko Darmo Park II Mayjend Sungkono bisa dipasang box culvert.
"Tempatnya dia (ruko) memang lebih rendah, dia di bawahnya jalan. Tapi kalau dibangun saluran (box culvert) yang besar, InsyaAllah tidak lagi banjir,” kata dia.
Ia menambahkan, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini (Risma) sangat fokus terhadap masalah banjir. Oleh karena itu, ketika hujan deras turun, Wali Kota Risma selalu ikut terjun langsung untuk memantau kondisi Surabaya.
"Karena menurut Ibu wali, ketika warganya terkena banjir, itu akan semakin menambah miskin mereka, karena perabotan mereka bisa rusak dan sebagainya, makanya Ibu wali kota juga ikut terjun," pungkasnya.