Liputan6.com, Jakarta - Berbagai cara dilakukan Pemprov DKI untuk mengantisipasi dan menangani banjir. Salah satunya dengan pengadaan disaster warning system (DWS) atau alat peringatan dini.
Proses pengoperasiannya saat sungai telah mengalami kenaikan tinggi muka air menjadi siaga tiga atau waspada.
Advertisement
"Maka petugas BPBD akan mengoperasikan DWS dengan menyampaikan informasi langsung dari Pusat Data dan Informasi BPBD," kata Kepala Pusdatin BPBD DKI Jakarta Muhammad Insyaf saat dihubungi Liputan6.com, Jumat, 17 Januari 2020.
Setelah itu, petugas akan mengimbau masyarakat yang berada di wilayah rawan untuk lebih waspada adanya potensi banjir. Selain imbauan, Insyaf menyebut sirine di lokasi yang terpasang DWS juga akan berbunyi.
Berikut beberapa fakta mengenai speaker peringatan dini banjir ala Pemprov DKI:
1. Lokasi penyebaran di 6 Kelurahan
DWS atau alat berupa pengeras suara jarak jauh yang nantinya terhubung langsung dengan kantor BPBD.
Kepala Pusdatin BPBD DKI Jakarta Muhammad Insyaf mengatakan, rencananya enam DWS tersebut dipasang di enam kelurahan. Yakni Kelurahan Bukit Duri, Kebon Baru, Kedaung Kali Angke, Cengkareng Barat, Rawa Terate, dan Marunda.
"Anggaran sesuai dengan yang ada di e-budgeting," ucapnya
Saat ini, ucap dia, baru sebanyak 14 wilayah yang sudah terpasang DWS. Untuk wilayah Jakarta Selatan di antaranya, yakni Kelurahan Ulujami, Petogogan, Cipulir, Pengadegan, Cilandak Timur, dan Pejaten Timur. Sedangkan di wilayah Jakarta Barat ada Kelurahan Rawa Buaya, Kapuk dan Kembangan Utara.
"Jakarta Timur di Kampung Melayu, Bicara Cina, Cawang, Cipinang Melayu dan Kebon Pala," ujar dia.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
2. Dianggarkan Rp 4 Miliar
Kepala Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) BPBD DKI Jakarta Muhammad Insyaf menyatakan, disaster warning system (DWS) menggunakan teknologi VHF digital radio atau frekuensi 60 MHz.
Anggaran untuk alat-alat tersebut adalah Rp 4 miliar. "Anggaran sesuai dengan yang ada di e-budgeting (Rp 4 milliar)," jelasnya.
Berdasarkan apbd.jakarta.go.id, pengadaan enam DWS tersebut terdiri dari enam set stasiun ekspansi peringatan dini bencana transmisi Vhf Radio dengan anggaran Rp 3,1 miliar. Enam set pole atau menara DWS dianggarkan Rp 353 juta.
Kemudian ada enam set modifikasi software untuk telementry dan warning console, Rp 416 juta, enam set coaxial arrester, Rp 14 juta, dan enam set 30W horn speaker buatan lokal, Rp 7 juta. Lalu ada anggaran untuk enam set storage battery 20AH, 24V, Rp 70 juta serta enam set tiga element bagi antena sebesar Rp 90,392 juta.
Advertisement
3. Beda dengan Toa Masjid?
DWS tentu berbeda dengan toa masjid. Meski demikian, BPBD DKI bisa saja mempertimbangkan penggunaan toa di masjid untuk membantu peringatan dini banjir Jakarta. Misalnya, nanti ada permintaan dari warga agar peringatan disampoaikan di to-toa masjid di kawasan rawan banjir.
"Yang penting informasi peringatan dini bencana tersampaikan," kata Insyaf.
Diketahui, cara kerja DWS yakni ara petugas akan mengimbau masyarakat yang berada di wilayah rawan untuk lebih waspada adanya potensi banjir. Selain imbauan, Insyaf menyebut sirine di lokasi yang terpasang DWS juga akan berbunyi.
"Bentuk suara mengimbau masyarakat dan ada bunyi sirine juga," ucapnya.
Insyaf menyebut, alat DWS biasanya terpasang dengan jarak 500 meter dari sungai dan dapat menjangkau hingga jarak 300 meter.
Saat ini selain DWS, BPBD DKI telah menyiapkan beberapa cara peringatan banjir. Dari menyebar pesan singkat (SMS blast), pesan di grup-grup WhastApp kelurahan-kelurahan hingga peringatan dini pengeras suara atau Disaster Warning Sistyem (DWS).