Mengapa Tingkat Depresi Remaja Meningkat pada Anak Perempuan?

Ini jawaban mengapa depresi paling sering dialami anak perempuan dibandingkan anak laki-laki

oleh Liputan6.com diperbarui 24 Jan 2020, 07:00 WIB
Ilustrasi depresi (iStockphoto/AntonioGuillem)

Liputan6.com, Jakarta - Sejak 2010, tingkat depresi, menyakiti diri sendiri, dan angka bunuh diri telah meningkat di kalangan remaja laki-laki, tetapi tingkat depresi kalangan remaja perempuan di Amerika Serikat meningkat lebih banyak lagi, dari 12 persen pada 2011 menjadi 20 persen pada 2017.

Tingkat depresi mulai meningkat ketika ponsel pintar menjadi populer, sehingga media digital dapat berperan. Generasi remaja yang lahir setelah 1995 yang dikenal sebagai  Gen Z  adalah generasi pertama yang menghabiskan seluruh masa remaja mereka di pada ponsel pintar. 

Walaupun begitu, anak laki-laki dan perempuan mulai menggunakan ponsel pintar pada waktu yang bersamaan. Namun mengapa anak perempuan mengalami lebih banyak masalah kesehatan mental?

 

Simak Video Menarik Berikut:


Survei

Ilustrasi depresi. (iStockphoto)

Berdasarkan survei pada lebih dari 200.000 remaja di Amerika Serikat dan Inggris, ditemukan bahwa remaja laki-laki dan perempuan menghabiskan waktu media digital mereka dengan cara yang berbeda.

Laki-laki menghabiskan lebih banyak waktu bermain untuk game, sementara perempuan menghabiskan lebih banyak waktu untuk berkirim pesan dan menggunakan media sosialnya.

Satu penelitian menemukan bahwa membandingkan diri Anda dengan orang lain di media sosial dapat membuat seseorang lebih cenderung tertekan.

Penelitian sebelumnya mengungkapkan bahwa remaja yang menghabiskan lebih banyak waktu di media digital lebih cenderung mengalami depresi dan tidak bahagia. Dalam makalah baru yang dilansir dalam laman Live Science, ditemukan bahwa efek negatif ini lebih kuat menimpa anak perempuan daripada anak laki-laki.

Banyak yang mungkin sadar, pada tingkat tertentu, bahwa media sosial dapat membuat mereka merasa cemas atau sedih, hal yang mungkin dapat dilakukan orangtua untuk mengatasi masalah ini adalah menunda penggunaan media sosial sampai mereka berusia 13 tahun.

 

Penulis: Lorenza Ferary

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya