Sah, Reini Wirahadikusumah Jadi Rektor Perempuan Pertama di ITB

Profesor Reini Wirahadikusumah resmi dilantik menjadi rektor Institut Teknologi Bandung (ITB) periode 2020-2025.

oleh Huyogo Simbolon diperbarui 20 Jan 2020, 17:12 WIB
Ketua Majelis Amanat (MWA) ITB, Yani Panigoro melantik Rektor ITB periode 2020-2025 Prof. Reini Wirahadikusumah di Aula Timur ITB, Senin (20/1/2020). (Dok. Humas ITB)

Liputan6.com, Bandung Profesor Reini Wirahadikusumah resmi dilantik menjadi rektor Institut Teknologi Bandung (ITB) periode 2020-2025. Reini dilantik Ketua Majelis Amanat (MWA) ITB, Yani Panigoro di Aula Timur ITB, Senin (20/1/2020).

Diketahui, Reini terpilih sebagai rektor ITB periode 2020-2025 dalam pemilihan rektor yang ditetapkan dan disahkan MWA ITB pada 8 November 2019 lalu.

Reini, rektor wanita pertama ITB itu menggantikan rektor ITB sebelumnya, Prof Dr Kadarsah Suryadi, yang masa jabatannya berakhir pada 20 Januari 2020. Adapun Pilrek ITB 2020-2025 sudah dimulai sejak awal Agustus dan pelantikannya dilaksanakan hari ini.

"Saya percaya, kepemimpinan ITB merupakan untaian mata rantai yang sinambung, progresif, dan harmonis," kata Reini dalam pidato sambutannya.

Pengajar di Prodi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan ITB ini menyatakan siap mengemban amanah yang dipercayakan padanya.

"Saya akan menjalankan amanah yang sangat berharga tersebut dengan terus menerus memberikan kinerja terbaik, dengan segenap kerendahan dan ketulusan hati, dedikasi, integritas dan optimisme," ucapnya.

Diungkapkan Reini, Senat Akademik ITB telah menyusun rencana induk pengembangan ITB 2020-2025, yang memberikan arah bagi pengembangan untuk mewujudkan visi a Globally Respected and Locally Relevant University.


Target 2025

Kampus Institut Teknologi Bandung (ITB). (www.itb.ac.id)

Menurut Reini, pada prinsipnya, strategi pencapaian wujud ITB 2025 tersebut terdiri lima langkah. Pertama, soal penataan struktur organisasi agar mampu bergerak dengan gesit (agile), adaptif, dan efisien.

Pengelolaan segenap potensi insani sebagai human capital berfungsi untuk mendorong peraihan capaian-capaian yang terbaik dan pemanfaatan sistem informasi manajemen. Hal tersebut mengikuti best practices untuk mendukung fungsi organisasi dan kinerja insani.

Kedua, meningkatkan pendapatan kampus ITB. Kenaikan pendapatan itu tidak serta-merta menyusahkan mahasiswa, melainkan dengan berbagai cara yang kreatif dan inovatif.

"Kita juga relevan pada penekanan berbagai kegiatan yang berhubungan dengan implementasi transformasi," tutur Reini.

Langkah ketiga yang ditempuh adalah mengadopsi pendidikan 4.0. Sistem ini dianggap penting karena bisa mempermudah konektivitas dalam pembelajaran hingga perluasan pengalaman belajar sehingga lebih borderless.

"Juga disertai dengan penguatan kemampuan mahasiswa dalam critical thinking, complexity/non-Iinear thinking, interdisciplinary thinking, independent learning dan collective learning," ujarnya.

Keempat, upaya penguatan sistem, atau ekosistem inovasi ITB, dengan pondasi budaya ilmiah yang unggul. Berkaitan dengan hal ini, perumusan agenda riset unggulan perlu dipertajam dengan pendekatan lintas atau transdisiplin agar lebih mampu merespons kepentingan nasional dan dinamika ilmu pengetahuan global.

"Kata kuncinya di sini adalah perluasan academic freedom, demi mewujudkan added-values yang tinggi," ucapnya.

Kelima adalah manajemen perubahan. Partisipasi dari seluruh elemen ITB merupakan hal yang penting dalam transformasi ITB. Antusiasme dan komitmen bersama menjadi hal yang utama.

Menurutnya, visi, tujuan, dan sasaran capaian transformasi perlu dibagikan kepada segenap dosen dan tenaga kependidikan. "Untuk ini, komunikasi perlu terus menerus dipelihara, dikembangkan, dan diperluas," ujarnya.

Simak video pilihan di bawah ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya