Liputan6.com, Cilacap - Risiko bencana di Cilacap dan Banyumas, Jawa Tengah tak sekadar mengancam permukiman. Jalan raya tak luput dari bahaya longsor dan banjir, terutama di kawasan perbatasan dengan Kota Banjar, Jawa Barat.
Bina Marga Jawa Tengah melalui Pelaksana Jalan Nasional (PJN) Perbatasan Jawa Tengah-Jawa Barat mendeteksi puluhan titik berrisiko longsor. Karenanya, regu penanganan disiagakan 24 jam penuh.
Regu khusus itu bekerja mulai dari antisipasi hingga penanganan. Itu termasuk menambal jalan berlubang. Pasalnya, pada musim penghujan aspal mudah mengelupas dan meningkatkan risiko kecelakaan.
Baca Juga
Advertisement
Terlebih, pada musim penghujan wilayah ini rawan gerakan tanah. Sebagian ruas jalan di perbatasan Jateng-Jabar memang berimpitan dengan tebing atau jurang.
“Kalau boleh dikatakan, sepanjang jalan mulai dari Lumbir, Banyumas, hingga Dayeuhluhur sampai perbatasan itu rawan longsor semua,” kata Koordinator Pengawas Lapangan PJN Perbatasan Jabar-Wangon, Pujiono, Kamis, 16 Januari 2020.
Menurut dia, hal itu dipengaruhi oleh kondisi tanah dan kontur wilayah. Kondisi tanah juga labil. Akibatnya, ketika musim hujan tiba, jalan jadi rawan longsor dan ambles.
“Tahun 2020 ini kami ada pekerjaan di 15 titik rawang longsor,” ucapnya.
Dari belasan titik itu, kini ada tiga titik yang sangat rawan banjir lumpur dan longsor saat hujan deras turun. Tiga titik tersebut yakni, di Cigulingharjo, Padangjaya Majenang, Cimanggu, dan Karangpucung, Kabupaten Cilacap.
Antisipasi Longsor dan Jalan Ambles
“Jadi kalau hujan deras itu lumpur naik ke badan jalan. Tebal itu lumpurnya. Alhamdulillah sekarang Perhutani sudah mulai menangani,” dia menjelaskan.
Untuk mengurangi risiko longsor di jalan nasional lintas selatan, PUPR juga telah mengepras tebing di wilayah Sengkala, Lumbir, Banyumas. Drainase dibangun untuk memperlancar aliran air agar lumpur tak melimpas ke jalan raya.
Sebelumnya, banjir selalu terjadi akibat tersumbatnya drainase oleh lumpur dari tebing. Akibatnya, air lumpur dan material lain naik ke badan jalan dan membahayakan pengguna jalan.
Untuk mengantisipasi penurunan atau amblesnya badan jalan, Badan penelitian dan Pengembangan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) juga memasang drainase Aremco di Sengkala.
Pujiono bilang drainase itu dilakukan lantaran di titik ini badan jalan sudah ambles berkali-kali. Diduga, air permukaan merembes ke badan jalan sehingga tekstur tanah lembek dan mudah ambles.
Selain itu, air permukaan yang meresap ke bagian dalam tanah juga menyebabkan material di bawah badan jalan terbawa aliran. Akibatnya, badan jalan terus turun.
“Itu sudah berkali-kali ambles. Diuruk, dipasang beton, tapi masih juga ambles. Kena beban itu turun-turun terus,” dia mengungkapkan.
Untuk mengantisipasi resapan air, Litbang Kementerian PUPR memasang drainase hasil inovasi. Jika biasanya drainase terbuat dari beton, di titik ini drainase menggunakan baja berlapis Galvanis.
Bentuk drainasenya pun tidak persegi empat seperti pada umumnya drainase. Saluran drainase berbentuk setengah lingkaran, dengan permukaan yang lebih lebar.
“Jadi itu untuk mencegah air permukaan masuk ke dalam tanah. Harapannya, kalau bawanya kering tanah akan stabil,” ungkapnya.
Dia mengungkapkan, pemasangan Aremco sepanjang 150 meter itu sudah dilakukan sebelum musim hujan. Memasuki bulan kedua musim hujan, kondisi tanah masih stabil dan tak lagi terjadi penurunan.
“Kalau ini sudah benar-benar aman nanti akan dilanjutkan dengan rising. Agar jalannya memiliki permukaan yang sama,” dia menjelaskan.
Simak video pilihan berikut ini:
Advertisement